Bootstrapping vs Fundraising Dalam Dunia Teknopreneur

Logo BRI Teknopreneur forum 2016 - bloggercrony

Menjadi bagian dari komunitas blogger tentunya menghadirkan benefit tersendiri. Sebagai orang yang senang dengan dunia start-up tentu senang sekali bisa hadir di acara berbau startup. Apalagi bisa dengar langsung dari pelaku dan wakil dari pemerintah tentang dunia teknopreneur. Dan kesempatan itu saya dapatkan dari acara BRI TEKNOPRENEUR FORUM 2016 yang saya tahu informasinya dari bloggercrony.

Saya sendiri dalam beberapa kesempatan diajak oleh kawan saya yang juga sedang mengembangkan startup. Teman saya yang hobi dengan dunia dirt bike dan motorcross bersama beberapa kawannya sukses meluncurkan gasspoll.com. Sebuah portal jual beli khusus untuk barang-barang dirtbike. Terakhir saya ikut dalam perhelatan mandirihackathon. Hanya ada dua tulisan yang saya rangkum di ghumi.id ini, pertama tentang technical meeting dan tentang konten pembicaraan Rudiantara selaku Menkominfo. Selebihnya hanya tercatat pada postingan-postingan di instagram saja.

Kembali lagi ke acara BRI TEKNOPRENEUR FORUM 2016.

Mungkin orang-orang ketika mendengar startup selalu saja identik dengan rintisan perusahaan berbasis teknologi. Padahal tidak melulu soal itu, startup sebenarnya adalah rintisan perusahaan saja yang belum tentu ada embel-embel teknologi. Jika sudah menyangkut teknologi, barulah pelakunya disebut teknopreneur. Begitu sederhananya. Tapi karena rintisan usaha yang sekarang sedang seksi adalah startup berbasis teknologi, maka segala aspek mengenai pembahasan startup teknologi ini semakin gaung dan sering dibahas.

Nah, acara BRI TEKNOPRENEUR FORUM 2016 di Jakarta ini membahas soal Bootstrapping dan Fundraising. Pembukaan yang dijelaskan oleh Adi selaku moderator dari Teknopreneur sedikit mengulas kalau Bootstrapping ibarat modal mandiri, sementara Fundraising menerima suntikan modal dari luar.

Tiga pembicara BRI TEKNOPRENEUR FORUM 2016 (kiri - kanan) : Hari S (Deputi Bidang Infrastruktur BE KRAFT RI), Fajrin Rasyid (Co-Founder Bukalapak.com), Horasman (Kepala BRI Radio Dalam Jakarta) - sumber FP Teknopreneur

Karena pembahasan kali ini di Jakarta adalah mengenai pendanaan dalam startup, maka hadir secara khusus Kepala BRI Cabang Radio Dalam. Menurutnya, BRI siap secara aktif untuk berperan serta dalam pengembangan startup di Indonesia dengan segala kecanggihan perbankan BRI. Salah satunya adalah BRI Hybrid Banking yang cukup membawa e-KTP saja untuk menjadi nasabah BRI. Scan KTP, buku tabungan dan kartu debit otomatis tercetak.

Yang lebih sadis lagi dari Bank dengan jaringan terluas ini adalah rencana untuk meluncurkan satelit mandiri yang diberinama BRISAT. Wajar sih hal ini perlu dikeluarkan mengingat cabang BRI ada di hampir setiap kecamatan di seluruh Indonesia. Kayaknya sih dengan hadirnya BRISAT bakal menekan biaya komunikasi antar cabang menjadi lebih murah dan terkoneksi secara real-time.

Oke, udah lega kan dengar pernyataan BRI yang siap membantu startup untuk tumbuh dan berkembang. Sekarang dari sisi pemerintah yang tidak kalah menarik mengenai Bootstrapping dan Fundraising di dunia startup.

Narasumber yang berasal dari pemerintah ini rada unik, bernama Hari S Sungkari yang menjabat Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif RI ini sangat segar sekali pembawaannya. Wajar saja bapak yang satu ini sangat lihai memainkan audiensi, ternyata beliau juga sebagai motivator bisnis, jadi jangan heran kalau ngocehnya enak banget didengar.

Pada kesempatan ini Hari mengenalkan sedikit tentang Bootstrapping dan Fundraising. Secara sederhana Bootstrapping adalah modal mandiri. Bisa dengan nebeng gedung sama teman, pinjam modal lunak pada orang tua dan lain sebagainya. Pokoknya sebisamungkin semua expenses ditekan sejadi-jadinya demi menghemat biaya. Dan saat ini sebagai informasi, pemerintah sedang merancang ekosistem pendukung pelaku ekonomi kreatif.

healthy active startup ecosystem - slideshare.com

Diberi nama Back-Up yang digadang-gadang adalah ekosistem yang ideal untuk para pelaku ekonomi kreatif termasuk menumbuhkembangkan para startup kelak. Kenapa begitu lama mendesain rencana ini? Karena stakeholder dalam mewujudkan ini buanyak sekali. Dan perlu diingat bahwa peran pemerintah hanya bagian kecil saja, walaupun landasan aturan menjadi sangat penting. Lihat saja gambar di atas mengenai skema yang membuat ekosistem startup menjadi aktif dan sehat.

Secara konsep sudah dipaparkan secara lugas oleh Hari Sungkari, sekarang giliran pelaku yang sudah terbukti sukses, selanjutnya Fajrin Rasyid selaku Co-Founder dari Bukalapak.com.

Sebenarnya saya sempat dengar betapa berdarah-darahnya dulu 3 founder bukalapak.com merintis usahanya. Mereka hidup di kos-kosan dengan modal mandiri merintis bukalapak.com. Ritual membuatkan akun pelapak menjadi ritual harian yang dilakukan. Konon kata Zacky pada lain kesempatan membeberkan membuat seribuan akun dalam satu hari. Kawan saya yang sempat mendengar penuturan Zacky bahkan lebih ekstrem lagi, mereka (bukalapak.com) hidup dari hackathon ke hackathon untuk bertahan hidup. Karena teknopreneur saat itu belum populer dan minta dana ke alumni ITB saja tidak disetujui.

Balik lagi ke BRI TEKNOPRENEUR FORUM 2016, Fajrin mengatakan bahwa bukalapak.com hidup secara Bootstrapping awalnya. Menurutnya pengembangan bukalapak.com sudah sejak 2009 namun baru secara resmi meluncur pada awal 2010. Kemudian mereka bootstrapping hingga sekitar akhir 2011. Oh iya, sebelum menjelaskan soal alasan menerima fundraising, bukalapak.com memiliki konsep network marketing. Sebuah konsep dimana memanfaatkan orang lain untuk menggunakan bukalapak.com


"Apa alasan kamu menggunakan Whatsapp? Kebanyak pasti bilang karena teman juga pakai!"

Begitu kata Fajrin, itu adalah penggambaran network marketing. Kita pakai sebuah produk lantaran orang lain juga pakai. Kita pakai Whatsapp misalnya lantaran teman-teman kita juga banyak  yang pakai. Masuk akal banget sih, kenapa Grab dan Gojek pada awal-awalnya sangat memberikan insentif tinggi pada pengemudinya. Ini digunakan semata-mata untuk menarik para pengemudi yang akan bergabung di Grab dan Gojek. Semakin banyak pengemudi, maka semakin mudah melayani pelanggan. Begitu juga yang dilakukan oleh bukalapak.com dulu, bayangkan saja dalam satu hari mereka memasukkan secara sukarela para pelapak baru sekitar seribuan. Kebayang enggak sih keritingnya itu jari?

Dengan konsep network marketing ini pulalah yang membuat bukalapak.com mau menerima fundraising dari VC (Venture Capital). Alasannya sederhana, semakin banyak modal, maka gaungnya juga akan semakin besar sehingga akan menarik minat pelapak semakin tinggi. Maka berubahlah bukalapak.com yang dulu dikenal sebagai pusat sparepart dan segala tentang sepeda menjelma menjadi marketplace yang menjual semua barang. Semakin besar dan semakin besar hingga menjadi seperti sekarang dengan sedikitnya terdapat 800.000 pelapak terdaftar. SADIS YA?

Tapi fundraising juga hadir tidak tanpa resiko. Banyak teknopreneur kadang gelagapan saat menerima uang dalam jumlah besar. Bisa-bisa expensesnya menjadi tidak terkontrol. Yang punya cita-cita pingin mengembangkan startup justru habis karena nafsu sesaat. Dalam kesempatan ini Fajrin memberikan tips dengan membuat batas pengeluaran. Misal jika dalam satu pengeluaran dibatasi jika di bawah 25 juta maka keputusan di tangan operasional, tapi jika di atas angka tersebut harus melibatkan komisaris atau pemegang saham yang biasanya diisi oleh orang-orang VC.

Nah. Kebayang banget kan tantangan-tantangan soal bootstrapping dan fundraising? Mau pilih yang mana tergantung visi dan misi awal pembentukan startup. Tanya lagi saja pada diri masing-masing arahnya mau dibawa kemana. Semoga gasspoll.com juga bisa menjejak menjadi badan mandiri yang sukses dan memberi banyak manfaat. (do'a colongan)

Aamiin.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment