Ini Yang Saya Siapkan Untuk Melatih Kreatifitas Anak, Semoga Tepat.

intellectual capital word cloud - 123rf.com
Masa depan yang pasti penuh tantangan. Semakin penuh tantangan terlebih dengan semakin maraknya hadir teknologi-teknologi yang kian canggih, beragam dan banyak menyelesaikan persoalan. Dan banyak sekali prediksi para ahli yang mengatakan kalau di masa mendatang, pekerjaan-pekerjaan yang kita lihat sekarang ini akan sangat mudah dilakukan oleh robot.

Pekerjaan-pekerjaan itu adalah pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang. Seperti cuci piring, kasir di pintu tol atau teller bank. Ya minimal semua itu akan lenyap pada waktunya. Sepertinya prediksi yang dikatakan oleh Michio Kaku seorang Theoretical Physicist. Menurutnya pekerjaan-pekerjaan kerah biru dan beberapa pekerjaan kerah putih akan lenyap ditelan teknologi kecerdasan buatan.


Terus terang analisa Michio Kaku di atas membuat saya semakin berpikir keras bagaimana caranya saya membentuk anak saya, penerus saya nanti. Memantaskan diri tentu harus jadi prioritas. Bagaimana caranya saya bisa membentuk anak menjadi kreatif kalau sayanya sendiri tidak kreatif? Ya menulis blog ini juga merupakan salah satu cara saya untuk mengasah kreatifitas saya.

Lebih banyak membaca cerita dan menjauhkan gadget. Ini yang jadi target saya kemudian. Ini sudah diingatkan oleh dokter pada saat kemarin kami melakukan imunisasi. Sang dokter bilang "jangan main gadget ya! Lebih bagus baca buku cerita"

Saya dan istri sepenuhnya setuju dengan ucapan sang dokter. Dan kami berusaha menjalankannya jauh sebelum dokter mengingatkan. Tapi ya memang agak sulit. Kadang gatel juga untuk lihat apa yang sedang terjadi di media sosial. Tapi ya gitu, diusahakan tidak di depan anak. Walaupun kadang-kadang keceplosan juga.

Soal membacakan buku cerita, saya cukup banyak informasi yang saya baca dan terima dari teman-teman komunitas mendongeng. Saya juga melihat bagaimana atraktifnya anak yang sering didongengi (halah katanya ribet banget) jika dibandingkan yang tidak. Anak yang diberi dongeng lebih aktif berpikir menurut saya. Karena saat dia menerima cerita, si anak akan belajar mendengarkan, lalu memproses kata-kata yang dia dengar, kemudian membayangkannya. Ada proses melatih receptor dan proses membayangkan di sana. Bisa jadi anak yang lebih banyak mendengar dongeng lebih cerdas berbahasa dibandingkan anak gadget yang sehari-harinya cuma nonton youtube.

Rajin mendengarkan dan memberi umpan untuk berpendapat. Saya juga sengan melakukan ini pada anak-anak yang saya temui. Saya senang sekali mendengar anak-anak berpendapat. Terlebih saat saya menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang kadang aneh dan sulit. Misalnya, saat saya berbicara dengna anak SD kelas 2. Satu waktu dia bilang, "Om, itu ada apel di atas meja ya?" Terus saya jawab "Gak mungkin lah, apel mah di lapangan!" Lantas si anak bingung. Karena apel yang dia ucapkan berbeda dengan apel yang saya ucapkan. Jadi, soal apel tadi kemudian saya jelaskan.

Ya begitu, kadang saya tanya-tanya balik. Di sekolah ngapain aja? Udah bisa ngapain aja? Coba buktikan kalau sudah bisa! Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kalau si anak sudah nyaman, dia akan nyerocos. Dan tanpa sadar hal tersebut bisa jadi ajang pembuktian si anak pada penanya. Ya, selama si anak didengarkan ya. Karena kalau anak tidak didengarkan, ya sama saja mereka tidak dianggap. Nah, kalau sudah muncul perasaan tidak dianggap, gimana?

Tapi saya juga masih kesulitan untuk menerapkan konsep membiarkan anak merasa bosan. Saya belum ketemu euy bagaimana ciri-ciri anak bosan. Karena katanya cara ini sangat baik dan bisa jadi peluang untuk mengingkatkan kreatifitas si anak. Karena si anak akan dengan mudah memaksimalkan daya imajinasinya. Begitu kata penelitian yang dilakukan oleh Pennsylvania State University.

"Ketika bosan, orang akan terjebak pada situasi yang tidak memuaskan dan kehilangan banyak pengalaman emosional dan kognitif", kata Andreas Elpidorou.

Saat ini sih baru itu yang bisa saya lakukan. PR banget nih untuk semakin memantaskan diri untuk menciptakan anak yang kreatif. Semoga dipantaskan!
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment