5 Hal yang Perlu Kamu Tahu Tentang Penyakit Kaki Gajah



Disclaimer : Tolong jangan baca tulisan ini saat makan. Karena kalau dibayangkan, bisa merusak selera.

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan hadir pada acara sosialisasi #Belkaga2018 di Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Informasi acaranya terbilang cepat, dan saya nyaris saja batal ikutan karena telat respon. Untung masih bisa, dan bisa hadir di TKP.

Acara temu blogger ini memberikan wawasan kepada saya soal kaki gajah ini. Dan melihat gambar-gambar yang dipaparkan di layar di depan, saya jadi ingat dulu ada tetangga yang mengidap penyakit ini. Tidak di kaki, tapi pada pelir. Waktu itu saya masih kecil dan enggak ngerti, yang saya tahu babeh (begitu saya memanggilnya) pokoknya mengidap penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Dari pertemuan ini, setidaknya ada 5 hal yang saya dapatkan tentang endemik kaki gajah ini.

1 Disebabkan oleh Cacing

Dipaparkan kemudian oleh Dr Elizabeth Jane Sopeardi, MPH, Dsc, selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, kalau penyakit Kaki Gajah ini disebabkan oleh cacing. Ada 3 jenis cacing yang menyebabkan penyakit ini. Dan ketiganya, ada di Indonesia. Ini sebarannya :

Sebaran peta cacing - sapadunia
Sebagai catatan, jangan samakan dengan cacing yang mengganggu penyerapan sari makanan pada usus yang bisa menghambat pertumbuhan anak-anak. Cacing penyebab Kaki Gajah ini bergerak di dalam darah. Sekali lagi, di dalam darah! Nulis ini aja saya bergidik.

2 Menular Melalui Nyamuk

Walupun Kaki Gajah ini menular melalui cacing, tapi tidak bisa menular dengan kontak langsung si penderita. Karena cacing ini baru bisa masuk ke dalam tubuh manusi ketika dalam bentuk larva. Dan proses pembentukan larva ini baru bisa terjadi dan pindah melalui nyamuk.

Proses penularan baru bisa terjadi jika kita digigit oleh nyamuk yang membawa mikro filaria. Itupun kalau lolos dari sistem imun tubuh kita, kita bisa kena. Nyamuk bisa membawa mikro filaria, jika menggigit orang yang sudah terkena cacing penyebab kaki gajah. Dimana orang tersebut memiliki cacing jenis jantan dan jenis betina.

proses penularan cacing - sapadunia
Terkesan ribet ya penularannya. Intinya sih kalau di lingkungan rumah kita tidak ada nyamuk, aman! Terus terang sebelum ikutan acara ini, saya suka menganggap istri lebay saat ada nyamuk di kamar. Takut gigit Damar katanya. Tapi setelah ikut acara ini, kehebohan istri saya soal nyamuk itu ada benarnya juga. Ayo basmi nyamuk!

3 Tidak Hanya Terjadi pada Kaki

Seperti yang saya tulis di atas soal tetangga saya waktu kecil, saya menduga babeh kena Kaki Gajah, tapi tidak di kaki. Menurut Prof. Dr. Dra. Tania Supali, Anggota National Task Force Filariasis, jenis cacing W.bancrofti merusak jaringan pada skortum. Akibatnya pelir menjadi bengkak dan membesar.

Bukan Cuma itu, air seni yang dihasilkan oleh penderita lebih berwarna keruh. Mungkin kalau dibandingkan lebih mirip Extra Joss kali ya. Serius deh, penjelasan Dr Tania Supali ini bikin saya lebih memperhatikan air seni saya, apakah lebih keruh dan banyak busa atau tidak.

4 Menyebabkan Cacat Seumur Hidup

Penyakit Kaki Gajah ini tidak ujug-ujug langsung besar seperti yang banyak tersebar. Tapi perlahan-lahan, setidaknya ada 7 stadium penderita Kaki Gajah. Pada stadium I, memang bengkak, tapi hanya terjadi pada malam hari dan besok paginya hilang. Bengkaknya jangan dipikir seperti yang horor-horor itu ya, karena bentukan kulit masih mulus, Cuma bengkak aja dan besok pagi hilang.

Sementara stadium II, walaupun kulit masih mulus, tapi besok paginya masih bengkak juga. Sebagai catatan, menurut keterangan Tania Supali, untuk penderita stadium I dan stadium II masih bisa disembuhkan. Sementara untuk stadium III dan seterusnya, sudah tidak bisa disembuhkan dan mengakibatkan cacat permanen.

Kebayang ya kalau sudah lebih dari stadium II, pasti ada rasa minder, keluar rumah malu. Belum lagi untuk orang yang tidak tahu penyakit ini dengan mudah bilang KUTUKAN, AZAB dan seterusnya. Lah malah bikin penderita makin malu dan dikucilkan.

5 Endemik Kaki Gajah Bisa Dimusnahkan

Indonesia sendiri punya target 2025 bebas dari filariasis ini. Setidaknya butuh waktu hingga 5 tahun untuk menghilangkannya. Sudah dipetakan oleh Kementrian Kesehatan RI lebih dari 200 kota/kabupaten di Indonesia terdampak. Caranya sederhana, cukup minum obat sekali setahun selama 5 tahun.

Definisi terdampak itu maksudnya saat dilakukan penelitian tahun sebelumnya, masih ditemukan adanya filariasis.

Sebagai informasi, tahun ini adalah tahun ke empat. Jadi tinggal tahun ini dan tahun depan. Untuk tahun ini diadakan pada minggu pertama – kedua di bulan Oktober 2018. Jangan pernah merasa sehat dan merasa lingkungannya aman. Coba tanya juga sama Puskesmasnya, ada program #Belkaga2018 tidak? Kalau ada, Ikut! Ajak orang-orang Antara usia 2 – 70 tahun untuk minum juga!

Sekali lagi ya, jangan pernah merasa sehat. Karena bisa jadi kita adalah pembawa larva cacing filarial bagi orang lain. Sebelum kita jadi penular untuk orang lain, kita musnahkan cacing pada diri kita.

Oh iya, buat yang cacingan juga bisa sembuh minum obat di helatan #Belkaga2018 loh.

Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment