Zenbu, Ini Paduan Jepang dan Eropa kayaknya

Cover menu Zenbu
Nyasar ke tempat ini sebenarnya karena ajakan bini yang gawe di Sency. Dia ujug-ujug pingin makan siang bareng. Ya sudah lah saya susul ke Senayan City. Pusing muter-muter di lantai 5 tempatnya makanan, akhirnya milih Zenbu. Alasannya sederhana, terlihat luas yang ternyata cuma kaca. Nice!

Sebenarnya saya malas banget kalau harus makan siang di luar. Karena memang saya dan istri ini punya kebiasaan bawa bekal dari rumah. Selain hemat waktu karena tidak harus habis waktu cari makan, juga hemat uang. Tapi ya boleh lah sekali-kali makan di luar. Setelah duduk dan pilih-pilih menu, ada dua makanan yang kami pilih. Ini dia.

Sengaja ditampilkan 2 sisi, penampakan di menu dan wujud aslinya.


Kali ini istri memilih Chicken Ramen yang pedas. Sengaja ditambahkan bubuk cabai lagi malah. Enggak tahu kenapa akhir-akhir ini lidahnya lebih kuat makan pedas, lebih kuat dibandingkan saya malah. Jadi pilih yang level lumayan, eh malah ditambah lagi bubuk cabainya.

Untuk kesegaran sayuran mah jangan ditanya ya. Seger dan terasa enak sayurannya. Kalau kekenyalan mie khasnya ramen lah, mungkin kalau dibandingkan dengan mi instan, kekenyalannya sama seperti mie sedap namun lebih tipis.

Untuk rasa, saya dan istri suka. Saat awal masuk, ada rasa gurih dan pedas yang nyaris bersamaan. Tapi setelah ditelan dan dikecap, ada rasa manis yang lembut keluar dari hidung.  Kacau nih, bikin nagih.


Ini pesanan saya, Modanyaki. Belum pernah nyoabin juga itu sejenis makanan apa. Dan karena namanya aneh dan terkesan original, ya saya pesan. Dengan tambahan rawit di dalamnya. Maklum gak mau kalah sama istri yang lagi doyan pedas.

Di kepala saya, kalau ditambah potongan cabai bakal terasa pedas. Eh tapi ternyata enggak dong. Potongan cabainya sendiri malah tidak terasa pedas. Seger iya, tapi terasa seperti acar saja. Pedasnya cuma cimit-cimit aja. Belum lagi kalau dimakan bersamaan dengan mie dan telurnya. Pedasnya langsung hilang karena mienya terasa manis.

Sebenarnya paduan antara telur, mie dan rawitnya enak. Cuma karena harapan saya pedasnya terasa lebih nonjok, jadi agak kurang.

Dari dua makanan yang diicip, saya malah lebih merasa kalau restoran Jepang ini tidak murni Jepang karena saya menduga manisnya itu berasal dari keju. Lebih ke perkawinan silang Jepang dan Eropa nih kayaknya. Saya yang sempat penasaran, iseng nanya sama pelayannya, ini masakan Jepang Eropa ya? Eh ternyata dugaan saya salah, kata mbaknya, ini Jepang modern.

Udah gitu aja.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment