Bagi Pengalaman Enterpreneur dari #MillennialsPreneurClub MoneySmart

Banner MoneySmart MillenialsPreneurClub
Beberapa waktu lalu di sebuah grup WhatsApp yang saya ikuti muncul informasi menarik soal dunia usaha. Buat generasi produktif, siapa sih yang tidak tergiur dengan posisi seorang pemilik bisnis? Apalagi buat pegawai rendahan yang mungkin tertindas, pasti sangat tergiur dengan posisi pemilik bisnis. Tapi untuk mencapai ke sana tentu lah tidak mudah.

Makanya begitu dapat informasi ini, langsung pingin hadir. Memang setiap orang punya jalan suksesnya sendiri. Belum tentu cara yang dilakukan oleh 3 nara sumber ini bisa cocok dengan jalan takdir kita, tapi setidaknya kita bisa punya jawaban ketika mengalami tantangan seperti yang mereka alami.

Mengurangi Baper ala Yasa Singgih

Saya tahu nama ini dari istri saya yang sama-sama pernah satu pelatihan dengannya. Kalau soal gigih, jangan ditanya lah, semua orang yang berhasil pada posisi Yasa yang sekarang sudah tidak diragukan kegigihannya.


Satu hal yang pasti dari orang ini, dia orang baik. Saat salah satu penanya bilang kalau dia sudah beberapa kali beli produk Mens Republik, respon pertama Yasa adalah "Terimakasih telah memberi saya nafkah". Mungkin buat orang yang negatif akan berprasangka kalau Yasa ini bitter. Tapi ekspresi muka saat mengatakan itu terlihat tulus.

Dan dugaan saya benar, Yasa pasti bermasalah dengan hubungan profesional dengan rekan kerjanya. Dia sendiri cerita kalau salah satu tantangan terberat merintis bisnis ini adalah saat melepas kepergian "karyawan" yang sudah dia latih, didik, bahkan sudah seperti keluarganya sendiri. Eh maksud melepas kepergian itu resign ya, bukan wafat.

Profesional Terhadap Saudara ala Haikal

Lain halnya dengan Haikal Kamil. Buat yang tahu sinetron tahun 2000an seenggaknya pernah lihat Haikal di televisi untuk beberapa judul sinetron. Mulai meninggalkan dunia sinetron karena kuliah, pas mau balik lagi udah enggak laku. Tahu sendiri lah ya yang mau jadi artis itu banyak, saat sudah dianggap tidak dibutuhkan, sudah banyak yang siap menggantikan. Ini benar-benar mati satu tumbuh seribu.

Satu hal yang enggak saya sangka dari latar belakang Haikal ini, ternyata keluarganya pernah susah. Ya mungkin standar "susah" tiap orang beda-beda ya, tapi untuk ukuran artis sinetron yang keluarganya sampai jual mobil satu-satunya demi kuliah itu bisa masuk hitungan susah sih.


Beruntung sudah punya nyali dagang dari usia sekolah, Dari situ kemampuannya melihat peluang terasah. Termasuk jualan marchendise artis luar yang lagi konser di Indonesia. Berbisnis dengan sahabat sendiri kadang enggak enakan dan terbukti dia pecah kongsi dengan sahabatnya. Bahkan saat bekerjasama dengan kakaknya, Zaskia, pun mengalami hal yang sama.

Alhasil, semuanya dilakukan secara profesional. Hitam di atas putih dengan segala poin resikonya.

Profesional ala Michael

Ini pembicara terakhir yang bisa dibilang paling senior. Bukan hanya secara usia, tapi pengalaman untuk urusan brand lebih panjang. Ya jelas aja, Michael ini pernah bekerja untuk konsultan restoran. Jadi dari A sampai Z soal marketing restoran sudah dikuasainya.


Salah satu orang dibalik EatLah bertutur pentingnya pembagian profesionalisme dalam unit usahanya. Ya kalau tanggungjawab kamu adalah A dan partnermu adalah B, jangan pernah sekalipun kamu mencampuri urusan temanmu yang B. Bukan cuma temanmu yang akan risih, tapi juga ini soal kepercayaan kamu padanya. Fokus saja pada A yang bagian kamu, kalau ikutan yang B, artinya kamu tidak percaya sama temanmu. Bukankah berbisnis itu urusan kepercayaan?

Tidak hanya berbagi soal profesionalisme, Michael ini menekankan tentang pentingnya produk. Produk itu harus bagus, toh dia meriset menu andalan EatLah ini sampai setidaknya 6 bulan. Sampai-sampai orang rumah eneg sama menu ini. Bukan cuma produk yang bagus saja, tapi juga kemasan pembungkus dan logo produk itu juga harus bagus. Pokoknya gimana caranya saat orang lihat bungkusnya atau logonya, langsung ingat produk kita.

Udah gitu aja.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment