Hati-hati kalau cukur bulu hidung, kalau luka bisa begini....

Penampakan wajah bengkak sebelah kanan.

Ini cerita yang agak menyebalkan yang saya alami awal bulan ini. Lebih tepatnya bulan kemarin pada Jumat 29 Mei 2020. Saat bangun pagi, saya merasa ada yang mengganjal di lubang hidung kiri bagian depan. Siang harinya, yang mengganjal tasi terasa semakin berat. Kemudian selepas maghrib, terasa semakin besar. 

Duh malamnya langsung terasa demam, obat demam dan racikan essential oil dari bini kemudian jadi kawan tidur. 

Begini penampakan wajah pada jumat malam. Karena terasa semakin bengkak dan sakit, dioles sudocream dan ramuan essential oil untuk memberi kehangatan.

Paginya enakan. Tapi bengkaknya semakin membesar. Karena masih dalam suasana PSBB, saya memutuskan untuk melakukan konsultasi melalui online dengan Halodoc. Alasannya simple, biar gak kemana-mana dan kebetulan ada promo gratis konsultasi dengan dokter umum. Ditambah lagi beberapa waktu lalu pernah manjur konsultasi dengan Halodoc.


Langsung lah pada Sabtu 30 Mei 2020 pagi langsung coba kontak dokter umum. Sudah dianalisa dan sudah keluar resep juga. Tapi karena keterangannya lebih baik konsul dengan dokter THT, maka saya konsul lagi dengan dokter THT di Halodoc. Dari sini saya mendapatkan informasi mengejutkan kalau bisa jadi bengkak terjadi karena luka di dalam hidung. Karena saya sempat memfotokan bagian dalam lubang hidung kanan saya. Dan dokter tersebut mampu melihat ada luka.

Menurut sang dokter, luka ini bisa disebabkan saat melakukan pembersihan kotoran hidung. Padahal sebut saja ngupil yang terlalu kasar. Dan karena penjelasan dokter ini, saya jadi ingat kalau beberapa hari lalu saya sempat cukur bulu hidung. Dan setelahnya saya merasa ada ruam di dalam hidung. Rasanya sama seperti ruam yang terjadi setelah cukur bulu ketiak. Dugaannya sih karena ini. 

Pada siang hari obatnya datang. Di hari itu saya sudah mulai minum obatnya. Malamnya, saya bisa tidur dengan nyenyak. 

Pada Minggu 31 Mei 2020, bengkak di wajah terlihat lebih kempis. Dengan percaya diri saya kemudian keluar dan sok-sokan olahraga bersama Damar. Tapi kemudian pada sore harinya, mulai terasa lagi nyut-nyutan dan mulai terasa demam. Akhirnya coba kompres dengan yang anget. Karena tidak punya gel kompres dan tidak nyaman kompres dengan kain, maka saya pakai botol kaca yang diisi air panas.

Sebelah kiri adalah penampakan wajah yang dikompres dengan botol anget. Sebelah kanan adalah kondisi pada hari senin. 

Pada minggu malam, saya merasakan kondisi hampir mirip seperti Jumat malam, hanya saja, bedanya pada minggu malam, saya tidak terlalu demam. Pada Senin 1 Juni 2020, wajah kanan terasa semakin besar. Tapi karena baru dapat obat hari Sabtu, saya coba bertahan hingga esok hari biar pas 3 hari. Kalau misalnya kondisinya tidak membaik, saya harus ke rumah sakit. 

Pada Selasa 2 Juni 2020, kondisi masih sama, sehingga saya memutuskan untuk pergi ke dokter. Saya dan istri kemudian memutuskan untuk mencari rumah sakit yang bukan rujukan covid. Sebenarnya rumah sakit terdekat adalah RS Puri Cinere, tapi karena rumah sakit tersebut adalah rujukan covid, maka saya dan istri memilih RS Permata Depok. Dan kebetulan ada dokter spesialis THT di sana. 

Setelah menceritakan kondisi saya dan membuka semua obat yang saya dapat dari Halodoc, saya kemudian diperiksa. Ada alat yang dimasukan ke hidung saya, alat tersebut berkamera dan dapat melihat langsung kondisi bagian dalam hidung saya. Benar, ada luka. Hidung kanan saya kemudian dibersihkan dan disarankan untuk dirawat. Saat melihat obat dari Halodoc, sang dokter mengatakan kalau dosisnya kurang.

Oke, ini pelajaran untuk yang suka pakai aplikasi konsultasi online. Isi data diri yang benar, karena itu penting untuk pemberian dosis obat. 

Begini kondisi saya setelah mendapat perawatan dari kunjungan ke dokter THT. Sebisa mungkin lukanya ditutup agar tidak ada infeksi baru.

Anggap lah saya masuk kamar perawatan sekitar jam 2 siang. Sejak masuk, badan saya uring-uringan. Saya stop minum obat dari Halodoc, sementara obat untuk saya belum datang. Duh ampun dah rasa sakitnya. Rasanya seperti 2 kali lipat dari Jumat malam kemarin. Baru selepas asar, obat itu datang dan tubuh saya terasa hangat, berkeringat, dan saya bisa tidur nikmat. 

Setelah bangun, saya merasa seperti orang sehat. Badan tidak merasa nyeri, bisa beraktifitas dengan baik. Hanya saja infus dan bengkak di wajah masih terasa. 

Rabu 3 Juni 2020, saya betul-betul merasa sehat dan minta pulang. Sebenarnya dokter meminta saya dirawat 2-3 hari. Tapi karena saya merasa sehat dan bosan (karena RS Permata Depok ini juga menjalankan protokol covid-19, yang dirawat, tidak boleh ditemani), maka saya meminta untuk pulang. Setelah visit dengan dokter THT dan melihat kondisi saya, sang dokter pun mengijinkan saya. 

Tapi sebelum pulang, saya diajari cara-cara untuk membersihkan dan mengganti perban di hidung. Ini juga bisa dipakai sebagai pengganti ngupil (cara no 1):
  1. Bersihkan hidung dengan cairan NaCl. Saya ingat saat pelajaran kimia di SMA dulu kalau NaCl adalah Natrium Clorida dan air garam punya kandungan ini. Cara membersihkannya sangat mudah, masukan kapas dengan cairan ini, lalu bilas-bilas pada bagian dalam hidung. Ya gampangnya sih basahkan kapas, balut pada cotton-bud, lalu masukan ke hidung. Sumpah ini lebih enak dibanding ngupil. Jangan kira upil yang keras dan nempel di bulu hidung itu bakal melunak dan menempel di kapas. 
  2. Saya diberi kasa obat. Kasa obat ini diolesi lagi dengan salep antibiotik dan tinggalkan di dalam hidung kanan.
  3. Tutup dengan kasa (hingga jadi seperti kumis) agar jika ada obat yang menetes, tidak mengganggu mulut. Ya selain menjaga yang menetes, juga menjaga agar tidak ada yang masuk. 
Hari Jumat 5 Juni 2020, saya kembali datang ke dokter untuk kontrol. Hari itu menjadi hari yang menyiksa buat saya. Karena ternyata wajah yang bengkak itu isinya adalah NANAH dan harus dikeluarkan. Pipi saya dipencet-pencet hingga keluar dari dalam hidung (luka yang sengaja dibuka terus agar jadi jalan keluar).

Karena suster yang bantu juga mencetnya penuh dengan semangat, akhirnya di bagian mulut membentuk 2 luka baru. Dan proses pencet-pencet luka ini terus berlangsung hingga tidak ada lagi nanah yang keluar. Setelah dokter yakin kalau nanahnya sudah keluar semua, proses berikutnya adalah menambal rongga bengkak tadi.

Bagaimana menambalnya? Dimasukan tampon yang sudah dilapisi betadine ke dalam luka tadi. Satu sarung tangan steril masuk ke dalam 2 rongga luka dibagian mulut. Dan proses ini dilakukan tanpa bius. WANJIRRRRRRR SAKIT BOSQUE.

Kelihatan kan di dalam mulut ada putih menggantung? Nah itu ujung tampon-nya. Sengaja dibiarkan agar gampang nariknya.

Esoknya Sabtu 6 Juni 2020, saya harus visit lagi untuk diambil tamponnya, dan kemudian diberikan obat untuk perawatan lukanya. Dan beberapa hari kemudian, visit lagi ke dokter untuk melihat lukanya, jika masih terbuka akan dilakukan proses jahit. Beruntung pada visit lanjutan lukanya sudah tertutup sempurna. Hanya tinggal bengkaknya saja. Bukan bengkak sih, tapi lupa istilahnya apa, kata dokternya bisa kempis sendiri 2-6 minggu ke depan. 

Begini penampakan terakhir setelah visit. Sudah lebih presisi lah ya wajahnya. Walaupun foto di atas adalah foto iseng pakai filter dan tidak.

Salah satu yang bikin cepat sembuh itu saya mulai minum jus pelangsing. Kalau jus pelangsing itu isinya bahan-bahan alami, ya anggap saja jus pelangsing ini macam super food yang bisa jadi andalan nutrisi. Ceritanya nanti aja ah.

Udah gitu aja.
Share on Google Plus

9 komentar :

  1. wah gegara cukur bulu hidung bisa fatal ya akibatnya ..hrs hati2 ini..terima kasih sdh sharing pengalaman ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan gara2 cukurnya, tapi lukanya dan tidak benar merawat luka.

      Delete
  2. Duh serem Juga akibatnya ternyata memang sekitaran buku hidung itu bayak syarafnya jadi mesti hati2.. klo membersihkn bulu hidung

    ReplyDelete
  3. Aku ngilu bacanya mas
    Ternyata panjang sekali proses pengobatannya, padahal bisa dibilang penyebabnya sepele banget ya huhuhu
    Jadi pelajaran banget buat yang lain untuk berhati-hati terkait aktivitas dengan rongga hidung

    ReplyDelete
  4. Ya ampun ngeri yah Kak bisae separah itu. Harus aku sampaikan ke suami nih supaya lebih aware memakai shaver.

    ReplyDelete
  5. Ya Alloh dampak cukur bulu hidung sedemikian sakit ya kak. Saya biasanya dicabutin sih, dan itu seperlunya saja.

    ReplyDelete
  6. Waduh, perkara cabut bulu hidung bisa sampai panjang begini urusannya ya kak. Alhamdulillah sudah sembuh yaa. Jadi pelajaran juga nih agar kita lebih berhati-hati karena area hidung memang banyak syarafnya.

    ReplyDelete
  7. hah... bisa fatal gitu mas... terlihat cukur bulu hidung tuh nggak berbahaya ya ... tapi ternyataaaaa... thanks udah berbagi.. dan semoga cepat sembuh ya mas

    ReplyDelete
  8. Ya ampun kak...hoorrooorrr.... Suamiku sering cabut bulu hidung yang offside kak, alhamdulillah aman2 aja. Tapi aku sebel samakebiasaannya, ini aku lihatin artikel dirimu kak, biar hati2 kalau cabut bulu hidung.

    ReplyDelete