10 Yang Ngereuyeuh dari Film Dilan 1990

poster Dilan 1990 - falcon
Film yang diadaptasi dari novel laris punya keuntungan dan tantangannya sendiri. Keuntungan karena bisa dipastikan bakal banyak penontonnya. Sementara tantangannya ya harus memuaskan fans yang sudah tumbuh dari novelnya. Salah-salah kalau tidak sesuai dengan ekspektasi pembaca bisa dihinadina filmnya. Tapi kalau sukses memuaskan, pasti akan disanjung.

Btw tulisan ini cuma catatan-catatan adegan-adegan mana yang bikin bergetar di hati saya saja saat menontonnya.

1.

Momen awal yang soal Dilan meramal akan ketemu di kantin itu bisa dibilang perkenalan sosok Dilan yang sengak dan belagu yang pas. Ada cewek cakep pindahan dari Jakarta, langsung dipepet dengan memberikan teka-teki walaupun akhirnya ramalan gagal total karena Milea ternyata tak jadi ke kantin.

2.

Ketika Nandan meminta Milea untuk menjadi sekertaris, ini momen yang kampret banget. Dimana sang ketua kelas yang punya hati pada anak baru, lantas memanfaatkan kewenangannya untuk menunjuknya menjadi sekertaris. Padahal modus norak untuk mendekati si murid perempuan pindahan dari Jakarta.

3.

Ketika Dilan mengantar Milea pulang naik angkot. Kesampingkan soal quote sekarang aku belum mencintaimu, enggak tahu kalau sore. Tapi lihat keberanian anak cowok SMA yang nge-gombal di angkot yang berpenumpang. Luar biasa JUARA. Belum lagi teduhnya Bandung tahun 1990 berasa pingin lagi ke Bandung. Padahal dulu kuliah juga tahun 2000an masih adem. Kebayang tahun 1990 ademnya kayak apa.

4.

Ketika Milea bertemu Bunda (emaknya Dilan). Duh ini momen ngarepnya cewek SMA diangkat mantu. Agak geli-geli gimana gitu ngeliatnya. Berasa lebih sayang sama emak-emak yang baru ketemu dibandingkan dengan ibunya sendiri. Dikit-dikit peluk. Momen paling geli itu saat ditanya sama adiknya, malah dijawab calon mertua. Ini momen ANJAY bener dah! Tapi kayaknya pas deh ini penggambaran anak cewek SMA jaman itu. Sederhana, luhung, dan masih belum mementingkan editan foto selfie. Tapi ya tetep aja ngereuyeuh.

5.

Dilan dan Milea sempat pulang malam-malam. Dan saat tiba di rumah Milea, masih ada Kang Adi. Aduh-aduh guru privat yang punya hati pada Milea ini seperti tidak bisa membaca situasi kalau dirinya sudah kalah sebelum berperang. Walaupun mungkin Kang Adi ini secara kasta merasa lebih tinggi dibandingkan anak SMA. Tapi tetep aja kasihan lihat momen ini.

6.

Saat menyebut Dilan sebagai Panglima Tempur agak kurang pas dengan perawakannya ya. Tapi ya bentuk fisik tidak segaris lurus dengan nyali memang. Mungkin kalau bentuk badannya agak berisi sedikit seperti Anhar bisa lebih pas. Tapi memang Iqbal Ramadhan lebih menjual ketimbang Giulio Parengkuan.

7.

Pertemuan dengan keluarga Dilan ini juga ajaib. Darimana karakter Dilan bisa seperti itu? Ya bisa dilihat dari Ibunya yang metal yang bawa defender dan kelakuan ajaib adiknya yang saat pertama bertemu dengan Milea. Rasanya pingin mendidik anak lelaki saya kelak seperti Dilan. Bukan soal gombalnya sama cewek. Tapi percaya diri dan yakin dengan apa yang dia pilih.

8.

Karakter Beni yang tempramen dan tidak dewasa ini kok saat lihat scene-nya terasa banget anak orang kaya yang segala sesuatunya terpenuhi tapi tidak bisa memenuhi kedewasaannya. Kesel dikit, langsung memaki. Eh ternyata tidak jantan karena mau minta maaf saja harus bersama bapaknya datang ke Bandung. Cupu!

9.

Saya tidak suka adegan Suripto yang menghukum Dilan. Tapi saya suka proses kesalahannya. Dimana Dilan dengan penuh percaya dirinya mendekati Milea hingga merusak barisan. Anjrit nih bocah tengil banget ngejar cewek sampe segitunya.

10.

Penanda jadian antara Dilan dan Milea ini yang paling saya suka. Seperti perjanjian pasal per pasal lengkap dengan materai. Anjrit kepikiran aja nih bocah tengil bikin deklarasi cinta monyetnya dengan materai segala. Unik dan Khas!

Udah ah gitu aja.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment