Disebuah kamar yang temaram, hanya bercahaya dua buah lilin di sana. Satu lilin disimpan di atas meja rias. Sementara satu lagi disimpan di meja kecil persis di sebelah kasur. Rini, gadis pemilik kamar itu tampak duduk di depan cermin meja riasnya. Tangannya menggenggam lipstick murah berwarna merah. Dengan daster bermotif batik yang sudah lusuh, rambut awut-awutan dan mata bengkak seperti habis menangis. Bibirnya membletersungging pada wajahnya. Berbicara pada bayangannya di cermin.
Kenapa?!? Kenapa kau tidak dapat diandalkan Yen?!?
Kita sudah hampir enam bulan bersama…
Sebagai satu tim…
Kita sudah berbagi tugas…
Aku dan kau sudah sepakat…
Sebagai satu tim…
Kita sudah berbagi tugas…
Aku dan kau sudah sepakat…
Tapi…. tiga bulan terakhir kau meninggalkan aku…
Aku yang terpaksa menjalankan seluruh tugasmu…
Kau seperti tak perduli..
Kau menganggap remeh…
Aku yang terpaksa menjalankan seluruh tugasmu…
Kau seperti tak perduli..
Kau menganggap remeh…
Semua hening mendadak hilang. Tergantikan berisiknya turun hujan. Deras. Gelegar petir bersahut-sahutan saling memamerkan suaranya menggelegar. Kilatan-kilatan cahaya membesuk tegas ke dalam kamar Rini. PENGKHIANAT KAU YENI, tertulis jelas pada dinding seberang jendela.
Sekarang aku berada di ambang ketidakpastian..
Bang Juy manager kita menyerahkan beban itu padaku..
Ya.. Semuanya padaku…
Hahahahahahahahaha… Penghianat kau Yeni…
PENGHIANAT…
Bang Juy manager kita menyerahkan beban itu padaku..
Ya.. Semuanya padaku…
Hahahahahahahahaha… Penghianat kau Yeni…
PENGHIANAT…
Aku tak mengerti apa yang ada di kepalamu sekarang?!?
Pernah terpikirkah sedikit oleh otak kecilmu itu?!?
Apakah hati baikmu juga pernah berpikir?!?
Pernah terpikirkah sedikit oleh otak kecilmu itu?!?
Apakah hati baikmu juga pernah berpikir?!?
Tangan kiri Rini kemudian menjambak rambutnya. Ia kemudian tergelak tertawa. Membahana nyaris mengalahkan gelegar petir di luar. Ia kemudian berdiri menuju dinding. Menempelkan badannya pada dinding tersebut. Gontai. Lispstick masih dalam genggaman. Mulai menggores dinding.
Yeni… Kau sangat baik.. Hahahahahaha
Keluargamu sangat manis, mereka mau menampungku di rumah orang tuamu
Keluarga harmonis dengan rumah besar dan asri pernah menaungiku
Keluargamu sangat manis, mereka mau menampungku di rumah orang tuamu
Keluarga harmonis dengan rumah besar dan asri pernah menaungiku
Tapi Yen…
Kenapa kau acuh?!?
Kenapa sekarang kau tak perduli?!?
Sudah bosankan kau satu tim bersamaku?!?
Jawab Yen… JAWAAAAAAAAB…
HAHAHAHAHAHAHAHA….
Kenapa kau acuh?!?
Kenapa sekarang kau tak perduli?!?
Sudah bosankan kau satu tim bersamaku?!?
Jawab Yen… JAWAAAAAAAAB…
HAHAHAHAHAHAHAHA….
Lipstick masih dalam genggaman Rini. Kemudian ia tusuk-tusukkan pada dinding tadi. Blitzcahaya petir meneranginya sekilas. Terlihat di sana gambar bulat dengan empat bulatan lain di dalamnya. Terbentuk seperti sebuah gambar abstrak. Pada bagian mata kanan dan pipi kiri gambar tersebut terlihat berantakan karena tusukkan lipstick Rini. Dan dia masih tertawa. Ia kemudian kembali ke kursi depan meja riasnya.
YENI PENGKHIANAAAAAAAAAAT.
Tangan kanannya melemparkan lipstick pada kaca rias. Kaca tersebut retak. Rini tertawa tergelak. Jam meja kemudian diambilnya, ia berdiri, mundur dua langkah.
dasar penghianat…
Rini bergumam sambil melemparkan jam tadi pada cermin rias. Cermin terberai. Serpihannya memantul pada lilin diatas meja rias. Lilin itu jatuh dan padam. Berserakan di lantai bersama dengan serpihan kaca dan kayu meja rias. Rini mendekati bekas cermin meja rias. Wajahnya terlihat senang sekarang. Terlihat api semangat dari matanya. Dia tersenyum. Kakinya tampak santai menginjak serpihan-serpihan kaca. Bercak darah keluar pada kakinya sekarang. Menciptakan bercak-bercak merah pada lantai marmer putih itu.
Ia menunduk. Tangannya menopang badannya dengan kedua tangan pada kursi meja rias. Tiba-tiba Rini berdiri, mengangkat kursi meja rias, berbalik badan dan melemparkan kursi meja rias ke arah jendela.
Hahahahaahahahaha…
Puas kau Yen?!?
Hah!?!
PUAS KAU?!?
Puas kau Yen?!?
Hah!?!
PUAS KAU?!?
Jendela kamar Rini pecah. Lilin di meja samping kasur menjadi padam dan jatuh ke lantai. Di luar masih deras. Gelegar petir masih bergantian bersahutan. Kilatan cahaya masih masuk menerangi kamar Rini sedetik-sedetik. Terlihat disana Rini duduk berlutut. Menunduk. Dengan lutut dan telapak kaki yang terluka karena pecahan kaca. Bersandar pada dinding. Dinding coretan yang dibuatnya dengan lipstick. Rini tertunduk. Kemudian menangis. Dalam kamar gelap bermandikan kilatan-kilatan cahaya petir.
___________________________________
, terkhianati, marah, pasrah, mencari ketenangan
, terkhianati, marah, pasrah, mencari ketenangan
0 komentar :
Post a Comment