Dua Alat untuk Atasi Naik Turun Tegangan Listrik

sumber : improgrammer.net

Buat pekerja di bidang IT, ketersediaan listrik adalah hal primer. Memang sih untuk level konsep dan perencanaan mungkin masih bisa dilakukan dengan menggunakan buku atau board di dinding untuk brainstorming. Tapi untuk urusan development kudu ada listrik. Namanya juga teknologi, pasti kudu pakai listrik.

Tapi ketersediaan listrik juga bukan soal hanya tersedia saja. Diperlukan listrik yang benar-benar stabil. Perlu diketahui bahwa listrik yang ada di Indonesia adalah 220 volt. Kebutuhan stabil artinya tetap di angka tersebut, tidak naik dan tidak turun.

Saya punya pengalaman buruk soal listrik yang tidak stabil. Zaman kuliah, pernah kehilangan flash disk kesayangan. Iya, zaman itu flash disk adalah barang mewah yang mahal. Punya flash disk dengan kapasitas 256MB saja bangganya setengah mati. Tapi rusak karena listrik tetap saja menyebalkan. Flash disk ini wafat saat terjadi turun tegangan ketika aktifitas mengkopi file dari PC ke flash disk. Hanya dalam tik flash disk tersebut error dan tidak bisa terbaca lagi. Innalillahi.

Masih ada lagi kejadian asem soal listrik yang tidak stabil. Ini kejadian beberapa waktu lalu di kantor. Yes di kantor. Saat ini di kantor sedang development produk baru. Karena dana terbatas, maka segala keperluan server masih dilakukan internal di dalam gedung kantor. Dengan menggunakan komputer-komputer yang ada tentunya. Ternyata kantor dengan domisili Jakarta bukan jaminan bahwa listrik akan stabil. Tetap saja di sini listrik tidak stabil. Sering naik turun. Bahkan beberapa kali pernah mati mendadak. Gara-gara ini server database yang ada di kantor akhirnya meleduk. Harddisknya bau gosong. Untung saja kami masih punya backup data seminggu kemarin.

Penyebab naik turun tegangan banyak macamnya. Bisa karena jaringan listrik internal yang tidak standar. Misal kabel yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi dari PLN. Bisa juga karena memang trafo penurunan tegangan dari PLN tidak stabil. Namun kelebihan beban sering jadi penyebab utama. Mungkin akan berasa pada saat beli barang elektronik anyar yang penggunaannya tinggi. Atau bisa dirasakan juga untuk daerah-daerah yang baru berkembang dimana jumlah penduduk mulai meningkat sementara ketersediaan listrik belum meningkat. Itu lah sebabnya kenapa di daerah-daerah sering terjadi pemadaman bergilir, ini adalah contoh kelebihan beban yang benar-benar kelebihan.


Balik lagi ke soal tegangan naik turun, ada 3 hal yang bisa disediakan untuk menghadapi masalah ini.

Langkah pencegahan yang pertama adalah dengan menggunakan stabilizer listrik. Saya pernah merasakan manfaat alat ini saat kuliah dulu. Komputer yang dari awal kuliah hingga lulus awet kelistrikannya. Baru jebol setelah stabilizer listriknya juga jebol. Tapi tetep saja kudu was-was kalau pinjam perangkat orang lain. Dimana nyarinya? Sekarang udah canggih, tinggal cari saja website yang jual stabilizer listrik. Buanyak.

Kalau ternyata listrik yang digunakan sering mati nyala, ada baiknya menggunakan UPS. Adalah kepanjangan dari Uninterruptible Power Supply. Fungsinya untuk memberikan energi listrik sementara. Ini cocok banget digunakan untuk tenaga sementara sebelum mematikan server. Banyak server yang butuh waktu lama juga untuk dimatikan. Atau penggunakan UPS ini bisa digunakan untuk tenaga listrik cadangan sambil menunggu menyalakan Genset.

Dua alat ini cocok banget untuk kelistrikan Indonesia yang tidak stabil ini. Mengingat Indonesia saat ini sedang balap-balapan antara jumlah penduduk dengan jumlah ketersediaan listrik. Pertumbuhan penduduk yang sadis masih belum seimbang dengan peningkatan ketersediaan listrik. Doakan saja program BKKBN sukses menekan pertumbuh penduduk dan proyek-proyek ribuan megawatt sukses menambahkan. Biar listriknya stabil.

Share on Google Plus

1 komentar :

  1. Penyebab naik turun tegangan banyak macamnya. Bisa karena jaringan listrik internal yang tidak standar

    ReplyDelete