Begini Emosi Terbentuk

Ilustrasi pindai emosi - theverge.com
“Jangan lakukan itu!” sambil melotot dan mendengus.

Pernah melihat adegan itu? Sepertinya untuk kita yang tinggal di Indonesia dan pernah beberapa kali menonton sinetron pasti sering melihat adegan tersebut. Atau mungkin pada serial-serial India yang membanjiri televisi Indonesia juga menampakkan hal tersebut. Setiap emosi yang ingin disampaikan oleh aktor/aktris pasti terlihat jelas pada mimik wajah dan gerak tubuh lakonnya.

Dengan seringnya melihat adegan tersebut, kita menjadi sangat mudah menentukan bahwa orang tersebut sedang marah. Atau yang lebih berbahaya, kita menentukan sikap bahwa marah itu harusnya begitu, misalnya. Jadi, secara tidak sadar kita sedang membentuk pemahaman tentang emosi itu sendiri. Semakin sering melihat, semakin mudah kita menginterpretasikan emosi itu apa dan seperti apa.

Secara sosial kita benar-benar bisa memahami bagaimana emosi tersebut terlihat dari mimik dan gerak tubuh seseorang. Apalagi kalau orang tersebut melengkapinya dengan ucapan “saya sedang marah!”. Wah lengkap sudah pemahaman kita tentang emosi marah tersebut.

Namun ada yang menarik, Lisa Feldman Barret seorang neuroscientist dari Northeastern University di Boston, Massachusetts mengatakan bahwa memahami emosi seseorang dari mimik dan gestur bisa jadi salah total. Menurutnya, memang otak mengeluarkan hormon-hormon ketika bereaksi terhadap suatu kejadian. Tapi hormon-hormon tersebut bisa jadi tidak sesuai dengan pengalaman orang tersebut. Karena bisa jadi, pelajaran mengenai emosi pada setiap orang bisa jadi berbeda-beda.

Mungkin contoh paling sederhana soal ekspresi emosi berdasarkan pengalaman bisa terlihat pada pengalaman di dalam keluarga. Misal si A adalah anak yang tumbuh dengan sering melihat adegan orangtuanya berantam sambil pukul atau lempar barang. Bisa jadi, si A ini akan tumbuh menjadi orang yang mudah memukul atau merusak barang pada saat marah. Sementara si B tumbuh dengan tidak pernah melihat orangtuanya berkelahi. Mungkin ekspresi kemarahannya akan jauh berbeda dengan si A.

Sederhananya kurang lebih seperti itu.

Sai - wtfgamersonly.com
Contoh lain tentang pembelajaran emosi itu seperti Sai padai serial Naruto. Sai adalah ninja yang sedari kecil dididik untuk menjadi Anbu Konoha. Semacam pasukan khusus yang menerima tugas langsung dari Kage pemimpin Konoha. Buat pecinta Naruto pasti paham betul bagaimana sulitnya Sai dalam mengekspresikan emosi pada saat bergabung dengan tim 7 bersama Naruto dan Sakura.

Jadi, intinya apa yang kita pahami selama ini bisa jadi salah soal emosi. Karena memang tidak semudah itu menginterpretasikan sebuah emosi. Karena alat pendeteksi kebohongan saja bisa ditipu oleh orang yang sudah terlatih kok. Iya gak?

Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment