Nyangkut Di Kabah Saat Enichisai

Salah satu penampakan lampion di sudut Enichisai.
Abang ke Enichisaiyuk?, begitu ajak istri.

Enichisai yang sudah rutin diadakan setiap tahun ini selalu menarik minat istri untuk datang. Karena memang istri senang sekali budaya Jepang. Bahkan dia pernah kursus bahasa Jepang segala. Bukan cuma budaya, istri saya senang dengan makanan Jepang karena didominasi dengan makanan laut yang dia suka. Takoyaki seolah jadi menu wajib kalau datang ke festival Jepang.

Begitu lah kami datang sore banget, bahkan jelang maghrib. Jadi ya kami langsung ke dalam Blok M Plaza untuk mencari tempat shalat. Di sini kami memilih masjid di puncak mall. Karena menurut kami pasti besar dan luas masjidnya.

Jreeng....

Benar saja, di sini ada kabahnya, Kalau dilihat dari pengumumannya, tempat ini sering dijadikan ajang latihan manasik haji. Tempatnya besar dan banyak anak-anak lelarian. Ya semoga saja kami diberi kesempatan untuk umrah atau haji bersama kelak.


Begitu lah penampakan kami selepas maghrib. Norak dan foto-foto dekat kabah. Dan kami sukses membuat Damar tersenyum.

Perjalanan kami lanjutkan untuk tujuan utama kami ke sini. Menikmati festival Enichisai di bawah. Lantas kami langsung kebawah dan ini lah yang kami lakukan.


Kami belum pernah hadir di festival ini hingga akhir. dan entah ini kereta-keretaan untuk apa? ada sake dan buah-buahan segala di dekatnya. Sepertinya saat mulai dan berakhir, kereta ini akan diarak bersama dengan kereta-kereta yang lainnya.


Buat yang enggak kuat manis jangan coba-coba beli ini. Biasa aja.


Gyoza, saya tetap saja menyebutnya Siomay Goreng Jepang. Karena teksturnya mirip sekali dengan siomay. Walaupun rasanya tidak setajam siomay, tapi ya sama saja menurut saya. Tapi untuk harga festival ini kayaknya mahal. Tapi ya oke lah, namanya juga lapar.


Ini penampakan rumah hantu. Iya, ada rumah hantu dalam bentuk booth di enichisai ini. Saya sih menduga kalau ini bagian dari promo sebuah film. Tapi entah lah, pengetahuan sinema Jepang saya jeblog. Dan tentunya saya tidak berani masuk ke sini. TAKUT!

Little Tokyo, begitu orang-orang juga menyebut tempat ini. Dan memang benar, banyak sekali toko di sini yang menggunakan tulisan kanji. Eh entah lah kanji atau hiragana, saya tidak mengerti. Tapi yang jelas, saat saya masuk ke dalam market bernama papaya, lazim sekali ucapan itterasai di sini. Dan informasi harga ditulis dalam dua bahasa, Jepang dan Indonesia.

Wajar lah ya disebut Little Tokyo.


Terakhir, ini yang saya suka. Saya senang memberikan pengalaman baru untuk Damar. Memang sih ini malam dan harusnya sudah masuk jam tidurnya dia. Tapi Damar begitu penasaran melihat apa saja yang ada di sini.

My Precious.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment