Ini Cerita Saya, Seorang Wanita di Dunia Software Development

google doodle Indonesia 21 April 2016

Ingin mendapatkan tool dan tutorial pemrograman gratis? Kunjungi Intel Developer Zone http://sh.teknojurnal.com/witidz

Zaman sekarang wanita di dunia teknik sepertinya sudah tidak aneh. Lihat saja sekarang di kelas IPA bertebaran wanitanya. Kalau dulu zaman orangtua kita dulu paling hanya satu-dua orang. Paling banyak lima orang. Sekarang sih bebas. Jadi jangan heran kalau sekarang semakin banyak wanita yang memilih jurusan teknik sebagai fokus belajarnya. Termasuk saya, memilih IT sewaktu kuliah.

Kenapa pilih IT?

Selain karena sekolah dulu, nilai-nilai saya untuk mata pelajaran eksak lumayan bagus, menurut cerita dan saran dari orang-orang yang saya tanya, IT dibilangnya menjanjikan. Oh iya, IT itu singkatan dari Information Technology atau dalam bahasa Indonesia disebuat Teknologi Informasi. Saat saya mendaftar kuliah, IT sedang jadi buah bibir banyak orang. Bidang yang menjanjikan dan akan berkembang pesat nanti.

Namanya juga kuliah pasti ada yang namanya magang. Pengalaman magang pertama saya adalah di sebuah software house yang membuat aplikasi core banking sebagai Quality Assurance. Tidak seperti cerita teman-teman lain yang ketika magang hanya mendapatkan pekerjaan yang santai, Bahkan terkadang lebih banyak memfotokopi dokumen.

Di perusahan itu saya bekerja layaknya pegawai biasa. full time, full responsibility. Tanggungjawab saya seperti tanggungjawab pegawai biasa dan memiliki otoritas akses terhadap aplikasi yang sama. Saya jadi mengetahui seluk beluk dunia perusahaan IT dan juga tentang perbankan. Seorang pegawai IT baik software developer ataupun functional/quality assurance dituntut setidaknya mengerti business process yang terjadi pada aplikasi yang dia kerjakan. Demikian pula dengan diri saya, saya jadi tau apa itu pinjaman, dan bagaimana process pinjaman dapat di setujui.

Karena rumitnya core banking application ini saya pun tidak dapat mengelak dari yang namanya lembur. Pergi pagi pulang malam selama berhari-hari. Pergi ke client dan menghadapi tegangnya ketika testing di client. Seru lah pokoknya, saya juga dapat uang lembur, dan efek dari lembur-lembur itu juga badan jadi remuk, Tapi kita mendapatkan hal lain yaitu solidaritas sesama pegawai yang lembur. Perasaan teman seperjuangan para lemburer.

Setelah habis masa magang saya selama 7 bulan perusahaan itu menawarkan saya untuk menjadi pegawai tetap. Walaupun status saya belum lulus sebagai mahasiswa. Namun karna saya ingin fokus menyelesaikan skripsi saya, Jadi saya tidak mengambil kesempatan itu.


Pengalaman Ngoding


ilustrasi ngoding (sumber: http://dailydotnettips.com/)

Sehabis lulus dari S1 saya melamar menjadi developer di sebuah perusahaan IT tempat sekarang saya bekerja. Sejujurnya saya tidak sering melakukan coding. Saya hanya ngoding pada saat tugas kuliah dan skripsi. Tugas kuliah pun hanya beberapa kali dan ada pembagian tugas sehingga ngoding menjadi sedikit.

Nah pada saat awal-awal kerja sebagai developer sebetulnya masih canggung juga. Tapi yang namanya hidup ya jalani saja. Übung macht den Meister, artinya dicoba maka jadi mahir begitu pesan guru bahasa jerman saya ketika SMA. Dan benar saja, ketika kita terus mencoba sesuaatu kita menjadi mahir akan hal itu. Ya sudah jalanin saja dulu, caranya adalah ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Pertama cari contekan codingannya, Kedua tiru kemudian modifikasi sesuai kebutuhan kita.


Harapan Ke Depan

Saat ini saya bertanggungjawab atas sebuah produk aplikasi pada lini Human Resource. Modul yang saya pegang disebut Workflow. Modul ini akan membantu para pengelola HR di sebuah perusahaan dalam mengelola pekerjaannya. Karyawan sudah tidak perlu lagi datang ke meja HR untuk mengajukan cuti misalnya. Cukup melalui aplikasi ini saja sudah selesai semuanya.

Pandangan miring soal wanita di dunia teknologi sering saya dengar. Namun hal tersebut tidak pernah saya alami. Kalau team leader meminta saya untuk menyelesaikan tugas dengan segera dan meminta saya untuk lembur, maka saya akan lembur. Tapi yang sering terjadi justru team leader saya seperti memberikan kelonggaran pada saya. Ketika teman-teman dalam tim lembur untuk menyelesaikan pekerjaan, saya tidak. Namun kejadian tersebut tidak lantas membuat iri yang lain, karena saya anggota dari tim yang juga bertanggungjawab.

Ke depan, saya masih punya keinginan untuk menjadi seorang IT profesional yang mampu menganalisa sebuah business process dan menerjemahkannya menjadi rancangan program yang solutif. Sehingga kelak saya bisa membuat sebuah produk IT yang andal.


Intel RealSense
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment