Alternatif Bahan Pembuat Kertas, Dari Pup Gajah

sabak, media catat zaman bahela - http://infokepegawaian.blogspot.co.id/

"Zaman mamah dulu sih belum ada kertas. Yang ada sabak."
Begitu tuh ucapan emak kalau cerita soal zaman Sekolah Dasar. Lahir di daerah dusun Kabupaten Kuningan ternyata tidak menyurutkan semangat belajar anak-anak pada masa si emak. Emak kelahiran tahun 1956, kalau SD masuk mulai usia 7 tahun, artinya emak ini sekolah sejak 1961. Dan sangat wajar pada tahun tersebut kertas masih merupakan barang mewah.

Saya sendiri pernah mengenal sabak setelah modern. Penggunaannya pun sangat mudah, cukup digoreskan saja dengan benda tumpul yang agak keras, maka sabak akan membekaskan segala goresan benda tumpul tadi. Sehingga, bekas yang tadi tercipta bisa berupa gambar atau catatan sekolah. Tulis, hapus, tulis hapus. Begitu metode zaman dahulu dalam mencatat. Tidak seperti anak sekarang yang menggunakan kertas atau gawai.

ilustrasi kertas - pixabay.com

Gawai memang belum populer seperti sekarang ini. Maka dulu jika ingin mencatat harus menggunakan kertas. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.

Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.

Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau.

Nilai ekonomis kertas membuat manusia-manusia serakah merusak hutan. Banyak pohon-pohon yang ditebang hanya untuk diambil pulp-nya saja kemudian dibuat menjadi kertas dengan tidak menanam kembali pohon yang sudah ditebang.

Disamping masalah keserakahan tersebut, Taman Safari Indonesia mampu menghasilkan kertas dari daur ulang kotoran gajah. Produksi kotoran gajah yang hingga 2,5 ton sehari itu dibuat menjadi kertas dan kemudian dijual pada pengunjung. Kotoran-kotoran kaya serat ini kemudian diubah menjadi kertas dengan cara sederhana. Hasilnya cukup mengagumkan.



Mungkin harusnya kita berpikir untuk lebih hormat dan tidak memperkosa bumi. Sejak sekarang perlu dibuat kampanye untuk makan genjer bersama agar kelak kotoran-kotoran kita (manusia) bisa dibuatkan kertas juga. Siapa tahu kualitasnya lebih bagus dan lebih menjual. Hahahaha
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment