Oesin Batfari: Jejak Kelam Kriminal Pertama yang Dihukum Mati di Indonesia



Oesin Batfari. Nama ini mungkin tidak sepopuler nama-nama kriminal lain dalam sejarah Indonesia, namun kisahnya menyimpan bobot sejarah yang tak kalah signifikan. Ia adalah kriminal pertama yang dijatuhi hukuman mati di era Orde Baru, sebuah preseden kelam yang mengukir namanya dalam tinta merah sejarah hukum pidana Indonesia. Siapa sebenarnya Oesin Batfari, dan bagaimana jejak kejahatannya mengantarkannya ke tiang eksekusi?


Latar Belakang dan Awal Mula Kejahatan

Oesin Batfari, yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang kulit kambing, tidak pernah terbayang akan menjadi sosok yang paling dibenci dan ditakuti di masanya. Pada awal tahun 1960-an, tepatnya antara tahun 1961 hingga 1964, Oesin mulai melancarkan aksi kejahatan yang menggemparkan. Ironisnya, korban-korbannya adalah sesama pedagang, orang-orang yang seharusnya menjadi rekan atau setidaknya pesaing dalam dunia perniagaan. Apa motif di balik kejahatan berantai ini? Nampaknya, keserakahan akan harta menjadi pemicu utama yang mendorong Oesin pada jalan gelap ini.

Oesin memanfaatkan profesinya sebagai pedagang untuk mendekati calon korbannya. Ia dikenal pandai merayu dan meyakinkan, sebuah keterampilan yang ia gunakan untuk memancing para pedagang lain ke dalam perangkapnya.


Modus Operandi yang Mengerikan: Perangkap di Rumah Jagal

Modus operandi Oesin Batfari sungguh mencengangkan dalam kesederhanaan dan kekejamannya. Ia akan menipu para pedagang dengan iming-iming keuntungan besar dalam berbagai bisnis, mulai dari dagang kulit, pupuk, emas, hingga komoditas lainnya. Dengan janji-janji manis tersebut, ia berhasil mengajak korban-korbannya untuk datang ke rumahnya.

Rumah Oesin, yang seharusnya menjadi tempat aman, justru berubah menjadi rumah jagal bagi para korbannya. Setibanya di sana, Oesin akan menyuguhi mereka minuman seperti kopi atau teh manis. Di saat yang bersamaan, ia ditemani oleh beberapa kaki tangannya, seperti Alwi dan Iteng, yang turut membantu dalam melancarkan aksinya. Sementara Alwi dan Iteng berbincang-bincang dengan korban, Oesin akan mengawasi dari balik tirai, menunggu momen yang tepat.

Ketika korban lengah, Oesin dengan brutal memukul kepala mereka menggunakan lesung atau sebatang besi hingga tewas. Setelah memastikan korbannya tidak bernyawa, ia akan merampas seluruh harta benda yang dibawa oleh korban. Mayat para korban kemudian disembunyikan dengan rapi di dalam properti rumahnya.


Terbongkarnya Kejahatan dan Skala Horor

Kejahatan yang terorganisir dan tersembunyi ini akhirnya terkuak juga. Penyelidikan polisi mengarah pada rumah Oesin Batfari. Saat dilakukan penggeledahan, polisi menemukan pemandangan yang mengerikan: sembilan kuburan tersembunyi di dalam area rumah Oesin. Penemuan ini sontak menggemparkan publik dan membuka mata betapa kejam dan terorganisirnya kejahatan Oesin.

Namun, jumlah korban tidak berhenti di angka sembilan. Seiring berjalannya penyelidikan dan pengakuan dari Oesin sendiri, terungkap bahwa jumlah korban mencapai angka fantastis: 25 orang. Ini menunjukkan skala kejahatan yang luar biasa besar dan tingkat kekejaman yang tak terbayangkan. Oesin Batfari telah menjelma menjadi pembunuh berantai yang haus darah dan harta.


Proses Peradilan dan Hukuman Mati

Penangkapan Oesin Batfari menjadi berita besar di seluruh Indonesia. Proses peradilannya pun berlangsung dengan sorotan tajam dari media dan masyarakat. Kejahatan yang dilakukannya begitu keji sehingga tuntutan hukum yang paling berat pun dianggap pantas.

Akhirnya, pada 14 September 1978, Oesin Batfari dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan. Keputusan ini menjadi sejarah. Oesin Batfari adalah penjahat pertama yang dieksekusi mati di era Orde Baru, sebuah penanda dimulainya era penegakan hukum yang keras di bawah rezim tersebut. Meskipun ada kemungkinan upaya banding atau permohonan grasi, hukuman mati terhadap Oesin tetap dilaksanakan, menunjukkan ketegasan negara dalam menindak kejahatan berat.





Implikasi dan Warisan Sejarah

Eksekusi Oesin Batfari bukan hanya sekadar akhir dari hidup seorang kriminal, tetapi juga memiliki implikasi luas dalam sejarah hukum pidana Indonesia. Kasus ini menjadi preseden penting, menunjukkan bahwa negara tidak akan ragu untuk menerapkan hukuman terberat bagi pelaku kejahatan keji.

Selain itu, kasus Oesin Batfari juga memicu diskusi dan perdebatan tentang hukuman mati dan sistem peradilan di Indonesia. Apakah hukuman mati adalah jalan yang paling efektif untuk memberantas kejahatan? Bagaimana sistem peradilan dapat menjamin keadilan bagi korban dan terdakwa? Pertanyaan-pertanyaan ini terus bergema hingga kini, dan kasus Oesin Batfari menjadi salah satu titik tolak penting dalam perdebatan tersebut.


Mengenang Sejarah untuk Pelajaran Masa Depan

Kisah Oesin Batfari adalah pengingat yang suram tentang sisi gelap kemanusiaan dan konsekuensi dari keserakahan yang tak terkendali. Ia adalah gambaran mengerikan dari seorang individu yang memilih jalan kejahatan, dan akhirnya membayar dengan nyawanya.

Meskipun kisah Oesin Batfari telah berlalu puluhan tahun, warisannya tetap relevan. Kasusnya mengingatkan kita akan pentingnya penegakan hukum yang tegas, namun juga mendorong kita untuk terus merefleksikan efektivitas dan moralitas hukuman mati dalam sistem peradilan modern. Dengan memahami kisah-kisah kelam seperti Oesin Batfari, kita dapat belajar dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih adil dan aman.




Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment