Belajar Pendidikan dari Film Kungfu Panda 3



Akhirnya kemarin kesampaian juga nonton film Kungfu Panda yang ke 3. Benar seperti yang dihadirkan pada trailer Kungfu Panda 3 lalu. Selanjutnya Po si panda harus naik kelas. Bukan lagi seorang Pendekar Naga, melainkan harus menjadi seorang guru. Setidaknya begitu katau Master Shifu di awal film.

Ujian pertama sebagai seorang master saat mengajar The Furious 5 gagal total. Kelima jagoan, Tigress (Harimau), Monkey (Monyet), Mantis (Belalang), Viper (Ular) dan Crane (Bangau) dibuat babak belur saat latihan. Mereka semua tampak kapok. Hingga akhirnya dalam sebuah ketidaksengajaan, Po bertemu dengan ayah kandungnya di kedai mi milik ayahnya. Hm, maksudnya ayah angkatnya yang unggas itu.

Masalah kemudian muncul ketika Kai yang pernah menjadi partner Master Oogway berhasil kembali ke dunia fana dan mencari Pendekar Naga. Ambisi Kai untuk menguasai seluruh tenaga chi akhirnya memaksa Po untuk ikut bersama ayahnya Li San pulang kampung ke perkampungan panda. Hal ini dilakukan Po agar bisa belajar tenaga Chi langsung dari sumbernya. Karena konon komunitas Panda adalah satu-satunya spesies yang menguasai tenaga Chi ini.

Singkat cerita, The Furious 5 dan bahkan Master Shifu sungguh dibuat tidak berdaya melawan Kai si kerbau jahat ini. Kai juga berhasil menghancurkan Istana Giok tempat agung dari pendekar naga. Tigress yang menyusul Po di perkampungan panda kemudian memberikan informasi tersebut. Ternyata tenaga chi yang dulu dikuasai oleh panda sekarang sudah tidak lagi ada yang mahir. Mau tak mau Po harus mengajari komunitas panda untuk berkungfu agar bisa membantunya melawan Kai.

Nah, ini yang menarik. Dalam komunitas panda ini terdapat beberapa karakter dengan keahliannya masing-masing. Misalnya saja panda-panda kecil yang senang bermain bola. Po mengajari mereka bagaimana menjugling bakpao. Hingga lama-lama bakpao tadi diganti dengan batu. Tendangan dan jugling anak-anak panda ini kemudian semakin bertenaga dan lihai. Terbukti mereka bisa menghancurkan batu saat menendang batu tersebut dengan batu kecil.

Kebiasaan panda yang lain yang dimanfaatkan adalah kemampuan panda bergelinding. Di dalam film ini diceritakan bahwa kepandaian panda berguling lantaran mereka terlalu malas untuk berjalan. Jadi, untuk sampai ke tempat yang lebih landai, mereka memilih berguling. Nah, kemampuan berguling ini yang dilatih Po kemudian. Hingga panda-panda yang dilatih sudah seperti batu yang berjatuhan dari atas bukit.



Selain dua karakter panda di atas, masih ada 2 lagi karakter panda yang menonjol gaya berlatihnya. Pertama adalah panda gila yang senang sekali berpelukan. Untuk panda yang satu ini, Po melatih kemampuan memeluknya hingga akhirnya panda yang hobi memeluk ini mampu menghancurkan batu dengan pelukan. Selanjutnya Mei si panda penari. Dengan kelihaiannya menari, Po mengajarkan kemampuan menari selendang seolah berlatih dengan double-stick.

Bagaimana kelanjutan pertarungan penduduk desa panda dengan Kai? Bukan itu yang mau dibahas, lagian enggak enak lah kalau jadi spoiler. Kan enggak asik nanti nontonnya. Sekarang balik lagi ke soal belajar pendidikannya.



Pernah lihat gambar di atas? Sebuah gambaran betapa tidak adilnya sistem pendidikan kita dewasa ini. Dari gambar di atas tentu kita tahu betul bahwa tidak semua binatang memiliki kemampuan atau diberkahi kemampuan untuk menjat pohon. Sebagian mungkin mampu menghancurkan pohon tapi mereka bisa membuat sarang yang indah.

Nah kecerdasan Po ini tentu mengajarkan kita umumnya dan pendidik khususnya untuk melihat lebih dalam potensi dan kemampuan anak didiknya. Setelah kemudian mengetahui potensi dan kemampuannya, barulah diasah berdasarkan potensi dan kemampuan anak didik tadi. Kelak jika sudah sesuai diasah potensi dan kemampuannya, anak didik ini tentu kelak akan lebih lihai menjalani hidup.

Seperti murid-murid panda asuhan Po ini. Karena berlandaskan potensi dan kemampuan, pelajaran kungfu menjadi sangat menyenangkan dan mereka mahir sesuai dengan potensi dan kemampuannya.

Overall, film ini recommended banget buat anak-anak yang beranjak dewasa. Buat orang dewasa juga okeh nih film. Selalu ada nilai baik untuk animasi semodel ini. Jangan lupa pesan dan energi baik itu juga disampaikan pada anak, adik atau ponakan kita yang ikut menonton. Bukankah berbagi manfaat tentu punya nilai lebih disamping film yang menghibur?
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment