Konflik Transportasi Online: Menambahkan Usulan Rhenald Kasali



Setelah berkecamuk di lebih dari 10 negara di dunia, akhirnya taksi online menemukan konfliknya di Indonesia Maret 2016 ini. Perancis, Inggris, Jerman, dan Kanada adalah beberapa negara yang tercatat mengalami konflik dengan taksi online (sumber : bintang.com). Di banyak negara, taksi online semodel Uber ini bermasalah lantaran tidak tunduk pada aturan transportasi di negara tersebut. Di Jepang, taksi online tidak berdaya menghadapi sistem yang sudah dibuat oleh layanan transportasi di sana. Sementara yang paling mengerikan terjadi di Belgia, Uber dihentikan lantaran kekerasan yang diterima oleh para pengemudi Uber.

Konflik taksi online di Indonesia sudah memasuki babak baru. Setelah Menkominfo Rudiantara kekeuh untuk tidak memblokir aplikasi Grab Car dan Uber di Indonesia (sumber : tempo.co). Saat isu ini mencuat, kemudian Grab dan Uber sepertinya sedang bermetamorfosis menjadi sebuah Koperasi (sumber : id.techinasia.com). Ini sepertinya menarik untuk dilihat kemudian perkembangannya. Apakah akan seperti KOSTI yang merupakan cikal bakal taksi di Indonesia atau hanya kamuflase saja agar tetap bertahan dan diterima.

Namun protes para supir taksi plat kuning terus berlanjut. Hari ini (22/03/2016) menjadi lebih menggila. Demo hari ini menjadi sangat anarkis. Bahkan terjadi sweeping di jalan tol. Taksi yang berpenumpang, dihentikan, penumpang dipaksa turun, supirnya dipaksa ikut berdemo. Jika melawan, pengrusakan dilakukan. Aneh juga ya, merusak armada milik temannya sendiri.


Dihadang, Supir Taksi Biru Ngamuk dan Gilas Pendemo
#Bintang #Video #DemoTaksi Dihadang, Supir Taksi Biru Ngamuk dan Gilas Pendemo. Lihat video selengkapnya di sini http://bit.ly/22t64nr
Posted by Bintang.com on Monday, March 21, 2016


Tapi jangan salah, ada juga pengemudi-pengemudi taksi yang tetap beroperasi. Mereka melawan dengan garangnya. Karena pihak Blue Bird sendiri mengeluarkan edaran untuk para pengemudinya agar tidak ikut berdemo dan bagi pengemudi yang memiliki penumpang tetap wajib mengutamakan keselamatan dan kenyamanan penumpangnya.


Kesintingan para pendemo hari ini bukan hanya menyasar pada taksi online. Pendemo juga menyasar pada Ojek online. Terjadi insiden yang merugikan Rider Go-Jek kemudian. Namanya juga online, informasi dengan cepat tersebar pada pengemudi Go-Jek lain dan kemudian terjadi aksi balasan. Padahal Nadiem pun mengeluarkan surat edaran agar para pengemudi Go-Jek untuk tidak melakukan aksi anarkis.


Tapi solidaritas dan perasaan senasib bagi bangsa ini sudah kadung besar. Bangsa ini juga kan hadir karena perasaan senasib yang bikin kita Merdeka. Jadi, balasan dan bentrokan antara pendemo pengemudi konvensional dengan pengendara ojek online tidak bisa dihindari. Ah semoga sama konflik ini tidak berkepanjangan. Kan kasihan yang tidak tahu apa-apa kalau tiba-tiba kena imbasnya di jalan raya.



Demo blue bird berakhir jd anarki!
Posted by Evony Arty Jiwani on Monday, March 21, 2016


Yang pasti, Blue Bird benar-benar jadi momok sekarang ini. Blue Bird sudah dijuluki Angry Bird warna biru lantaran pengemudi-pengemudinya yang berdemo berlaku anarkis. Kasihan juga ya, padahal bukan hanya Blue Bird saja, ada Express juga di sana. Bahkan untuk kompensasi yang terjadi hari ini, manajemen Blue Bird berlakukan naik Blue Bird gratis (sumber : detik.com).

Bagaimanan sih baiknya konflik ini dihentikan? Dari belasan negara yang mengalami konflik serupa, banyak yang berakhir dengan memberikan cap ilegal pada taksi online untuk menyelesaikan masalah. Beberapa terjadi lantaran sikap anarkis yang merugikan para pengemudi taksi online.

Menurut Rhenald Kasali (sumber : kompas.com), fenomena taksi online adalah sebuah bentuk dari sharing economy. Menurutnya dunia berubah, anak-anak muda lebih cerdas menekan biaya ekonomi dengan metode sharing sehingga menghasilkan harga yang jauh lebih bersaing. Dalam kolomnya itu, Rhenald menyarankan agar pemerintah melegalkan praktik sharing economy tersebut dan mendorong pelaku-pelaku lama untuk menyesuaikan diri.

Agaknya penyelesaian konflik ini perlu ditambahkan dari yang diusulkan oleh Prof Rhenald Kasali. Pasalnya perusahaan transportasi plat kuning itu punya regulasi resmi sesuai dengan aturan dari pemerintah. Jadi, mau tidak mau pemerintah harus jadi penengah konflik ini. Entah itu membekukan taksi online atau melegalkan taksi online dengan memberikan insentif tertentu pada perusahaan plat kuning.

Tapi perlu diingat mungkin ada ratusan pengemudi taksi online Uber dan Grab Car yang nekat banting stir dari pengemudi taksi konvensional, memaksakan untuk DP mobil pribadi dan melakukan cicilan 5 jutaan setiap bulannya untuk jadi pengemudi Uber dan Grab Car. Nah kalau ternyata aplikasi taksi online dibekukan, kasihan juga ya. Walau pun tidak sebanyak pengemudi taksi konvensional yang jumlahnya lebih dari 50 ribu itu.

Ah, perubahan kadang membawa konflik. Tinggal pilih saja kita mau jalan keluar yang seperti apa.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment