X-Men Apocalypse: Membunuh Dewa

Salah satu poster X-Men Apocalypse - screenrant.com
Ini salah satu film favorit yang sukses ditonton baru-baru ini. Suka X-men sudah dari zaman putih-merah alias Sekolah Dasar alias SD. Dulu sih ada serial kartunnya di RCTI, setiap rabu sore kalau tidak salah. Eh enggak tau deng, lupa setiap hari apa. Pokoknya sore sekitar jam 4 atau jam 5.

Nah, untuk film ini masih lanjutan dari film X-Men sebelumnya yang berjudul Days of Future Past. yang ceritanya Eric si Magneto menghilang dan Raven si Mistique seolah menjadi pahlawan penyelamat kala itu.

Pada film X-Men ini menceritakan kebangkitan seorang mutant superpower zaman Mesir Kuno yang tiba-tiba bangkit. Namanya En Sabah Nur. Penggambarannya persis sekali dengan penggambaran Firaun dalam cerita-cerita Mesir Kuno. Ini Hollywood memang canggih deh soal cocokloginya. Firaun yang kala itu katanya disembah seperti tuhan juga berlaku pada En Sabah Nur. Dia juga diagungkan oleh para pengabdinya.

En Sabah Nur bersama Four Horseman - movieplot.com
Kemampuannya pun terbilang sangat unik. Yaitu menyerap kemampuan mutant lain hingga mutant yang diserap itu kemudian mati. Sementara kemampuan En Sabah Nur kian meningkat seiring perpindahan kemampuan tersebut. Hingga pada satu waktu ketika En Sabah Nur sedang melakukan ritual perpindahan kemampuan, diganggu oleh pembelotnya sehingga perpindahan gagal dengan membunuh keempat pengawalnya. Sementara En Sabah Nur tak sadarkan diri. Ya bisa dibilang tertidur.

Secara tak sengaja, En Sabah Nur bangkit. Sebenarnya tidak secara tak sengaja juga, ada pengikut ajaran kuno yang seolah mencari jalan untuk membangkitkan dewanya. Ya kemudian Nur bangkit. Kayaknya enggak enak banget ya nyebut Nur?

Pada saat bangkit, En Sabah Nur merasa sedih. Karena di masanya, manusia-manusia yang tidak memiliki kemampuan mutant adalah budak. Sementara yang memiliki kemampuan adalah kalangan bangsawan. Melihat dunia di tahun 1980an itu En Sabah Nur merasa ada yang tidak beres dan harus dibenahi. Terlebih ketika melihat Ororo Munroe (Storm) yang sepertinya tertindas.

Berdasarkan kebutuhan En Sabah Nur ini, dia mulai mengumpulkan asistennya dimulai dari Ororo Munroe (Storm). Kemudian Angel yang sayapnya kemudian berubah menjadi silver setelah ditransformasikan kekuatan oleh En Sabah Nur. Lalu Psylocke. Dan Magneto. Eric (Magneto) memutuskan bergabung dengan En Sabah Nur karena Eric yang sudah mengasingkan diri ternyata mendapati istri dan anaknya harus terbunuh karena sebuah insiden. Masyarakat dimana tempat Eric tinggal masih belum bisa menerima mutant dan tidak bisa hidup berdampingan. Eric kemudian kembali berselisih dengan Charles (Profesor X).

Nah, sudah terbayang lah ya tujuan En Sabah Nur ini? Mengumpulkan ajudan dan kekuatan untuk menguasai dunia. Halah bahasanya sadis ya? Pokoknya En Sabah Nur ini ingin tatanan dunia seperti saat dia berkuasa.

Kubu penantang En Sabah Nur dipimpin oleh Profesor X - enter.co
Sementara di kubu lain, Charles masih meyakini bahwa mutant dan manusia bisa hidup berdampingan. Maka dia terus mengedukasi mutant untuk mengendalikan kekuatannya sambil belajar pada sekolah privat yang didirikan. Perekrutan terhadap mutant muda terus berlanjut, yang direkrut pada film ini Scott Summers (Cyclops) yang direkrut langsung oleh sepupunya Alex Summers (Havok)

Charles yang sempat menganalisa kedatangan En Sabah Nur itu disambut dengan baik oleh En. En sukses masuk ke dalam sistem cerebro yang sedang dikontrol oleh Charles. Hasilnya, En bisa mengetahui posisi dan kemampuan seluruh mutant yang ada di dunia dan menghubunginya. Sementara Charles harus menderita karenanya. Lalu untuk memutuskan hubungan En dengan cerebro, akhirnya Havok mengeluarkan segala kemampuannya untuk menghancurkan cerebro. Hingga mengorbankan nyawanya sendiri.

Di sini peperangan kedua kubu dimulai.

Sekolah X-Men diserang, beruntung ada Peter Maximoff (Quicksilver) yang memang sedang berkunjung karena memang ingin bertemu dengan Prof X. Semua sukses diselamatkan olehnya. Setelahnya, para mutant muda ini kemudian bertolak menuju tempat En Sabah Nur untuk menggagalkan rencananya membangun piramida untuk tempatnya melakukan ritual pemindahan kemampuan. Lah kalau piramida ini sukses dan ritualnya rajin, siapa yang bisa mengalahkan En Sabah Nur kelak?

Udah kali ya ceritanya sampai sini aja. Pokoknya saat melawan En Sabah Nur ini, Phoenix bangkit dari dalam diri Jean. Turut serta melawan En Sabah Nur. Beberapa punggawa dari Four Horseman membelot dari En dan berbalik melawan hingga akhirnya En kalah.

Sisanya setelah keadaan damai, sekolah kembali berlanjut dengan tambahan pelajaran bagi para siswa yang cocok menjadi troops X-Men.

Sekian.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment