Catatan #tiajkt2016 : Belajar dari Evolusi Tokopedia

Bincang CEO Tokopedia William dengan - id.techinasia.com
Belajar dari startup yang sukses memang selalu seru. Terlebih untuk starup yang juga terus berkembang dan membesar, selalu ada saja hal-hal baru yang bisa dipelajari. Salah satunya hadir dari Tokopedia yang sekarang memiliki jumlah pegawai 800an dari hanya kurang dari 18 pegawai. Dan startup ini kian seksi karena terus berkembang dan mengembangkan diri. Dalam bidang teknologi, Tokopedia punya Tech A Break yang rutin dilaksanakan kalau tidak salah satu bulan sekali.

Sebelum mengupas apa saja yang bisa dipelajari dari Tokopedia, ada yang menarik dari ucapan Amit Lakhotia selaku VP Business dari Tokopedia pada ngobrol-ngobrol yang bertajuk Indonesia and India's Tech Ecosystem. Lakhotia mengatakan bahwa membuat e-commerce baru bukan lah langkah cerdas untuk ide startup sekarang ini (mungkin takut jadi saingan Tokopedia - pikir saya awalnya), karena hampir seluruh lini sudah memiliki e-commerce. Jadi, lebih baik membuat startup yang bisa menunjang startup yang sudah lebih dulu establish.

Contohnya, saat ini Tokopedia membutuhkan kerjasama B2B untuk bisa mengajarkan penjual di Tokopedia untuk memproduksi gambar yang baik, hingga tampilan barang yang didagangkan akan lebih menarik minat pembeli.

Amit Lakhotia ini benar-benar orang bisnis. Dia secara gamblang menjelaskan kebutuhan bisnis saat ini di dunia startup. Bener juga sih, daripada berdarah-darah membangun bisnis yang sudah ada, lebih baik menyokong startup yang sudah mapan. Membangun bisnis dari yang sudah ada juga tidak salah sih, hanya saja kue yang diperebutkan menjadi lebih sedikit. Paling nanti bertarung di level promosi saja. Eh tapi sepertinya untuk urusan foto memfoto untuk penjual di e-commerce sepertinya sudah didahului oleh Elevania. Dia punya studio foto khusus yang bisa digunakan para penjualnya di kantor Elevania. Kali ini jempol untuk Elevania.


Oke, balik lagi ke cerita Tokopedia ya.

Membangun startup itu sepertinya tujuannya ada dua (ini menurut saya pribadi loh ya). Pertamai, startup dibangun semata-mata hanya untuk keuntungan. Ini terjadi untuk startup-startup yang bisa jadi tujuan membuat startup agar startup yang dibuat diakuisisi oleh bisnis besar yang lebih matang. Ada bisnis seperti ini? Ada! Dan menguntungkan!

Kedua, membangun startup untuk menyelesaikan masalah. Nah, ini yang berat dan punya cita-cita luhung nan agung. Melihat masalah, melihat peluang, kemudian dijadikan bisnis. Menurut William, walapun gagal, pasti punya alasan untuk bangkit dan kembali berjuang. Karena membangun startup itu bukan soal sprint, tapi soal marathon. Harus cerdas untuk tahan lebih lama. Dan bisa dipastikan lah ya, Tokopedia ada di golongan kedua ini.

Ilustrasi orientasi pengguna - kunjungieridong.blogspot.com
Ada beberapa hal yang seksi dari Tokopedia hingga menjadi sekarang ini. Berikut dua hal inti yang saya catat :

1, Orientasi Pengguna

"Kerja ada dulu deh yang bener. Duit mah pasti ngikutin!"

Pernah dengar quote seperti di atas? Pernah lihat ada orang-orang yang sukses dengan menjalankan quote di atas? Saya kasih tau, BANYAK! Ya tapi kan perlu istiqomah dan sabar untuk menjalaninya, dan tentu harus ada passionnya. Salah satunya adalah Tokopedia.

Tokopedia sejak awal (setahu saya) selalu menggunakan jargon ini, "orientasi pengguna". Hal tersebut bisa dilihat bagaimana Tokopedia menjaga hubungannya dengan para penggunanya. Penggunanya hanya terbagi menjadi dua, pembeli dan penjual. Coba kita ulik satu-satu ya.

Dari Penjual, Tokopedia belajar untuk menghargai waktu si penjual. Salah satu fitur hasil mendengarkan keluhan dan masukan para penjual adalah adanya fitur tutup toko. Ini oke banget untuk penjual yang kebuanyakan order. Nanti bisa-bisa reputasi mereka bisa anjlok kalau tidak distop. Bukan hanya itu, setahu saya Tokopedia punya tim khusus yang mengurusi para penjual ini. Dari mulai mengajarkan penggunaan di Tokopedia bahkan sampai mengajarkan cara marketing segala. Ya pokoknya ada tim yang ngurusin segala keperluan penjual lah.

Untuk urusan pengguna yang Pembeli, yang paling standar tentu pemberian diskon dan promo. Ini yang bikin pengguna balik lagi dan lagi. Belum lagi nanti Harbolnas, pasti buanyak diskon nih. Bukan cuma itu, karena orientasi pembeli ini, Tokopedia pelan-pelan merambah ke ranah Fintech. Bekerjasama dengan bank-bank di Indonesia untuk membuat mekanisme pembayaran. Bukan cuma itu, Tokopedia juga bekerjasama dengan Indomaret dan Alfamaret untuk metode pembayarannya. Jadi, segala lini pembayaran sepertinya dijajal semua oleh Tokopedia. Belum lagi untuk lini delivery juga sudah kerjasama dengan Gojek dan Grab Bike untuk antar-antar barangnya. Manjain pembeli banget kan?

2. Menjaga Kultur Internal

Ini yang baru saya tahu saat ngobrol-ngobrol di #tiajkt2016. Tokopedia punya yang namanya Nakama Academy. Sebuah program yang diberikan pada karyawan yang baru masuk. Nakama Academy ini semacam ospek yang memberikan pengetahuan dan wawasan pada karyawan baru untuk menyamakan persepsi misi dan visi perusahaan. Jadi, semuanya satu tujuan.

Bukan cuma itu, salah satu yang paling oke dari Tokopedia adalah tetap bertahannya para founder di dalam struktur Tokopedia yang sekarang. Mereka tetap menjadi jiwa dan marwah Tokopedia.

Begitu deh Evolusi dari Tokopedia ini. Seru kan untuk dipelajari? Semoga bisa membawa manfaat ya. (Closingnya gak okeh ya?)
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment