Sharing Tuhu Nugraha Pada BloggerHangout Di BloggerDay2018

Pemateri pada BloggerDay2018

Empowering Blogger, itu yang saya tangkap dari asal usul pendirian komunitas blogger bernama Blogger Crony ini. Makanya kalau ada konsep dengan tagline Blogger Hangout yang konsep acaranya kumpul-kumpul blogger pasti ada ilmunya. Dan konsep ini tentu ada pada acara #BloggerDay2018 pada ulang tahun ke 3 dari Blogger Crony.

Dan jelas pada ulangtahun yang ke 3 ini Blogger Hangout hadir dengan elmu yang tidak main-main. Ada Tuhu Nugraha yang berbagi tentang Digital Influencer: Fenomena & Strategi Kreatif. Kemudian ada Anwari Natari yang berbagi tentang Creative Writing with Mind Mapping.


Pada sesi pertama ini diisi oleh Tuhu Nugraha tentang digital influencer. Sepertinya semua orang yang hadir di Blogger Crony Community 3rd Anniversary ini sadar dan tahu betul apa itu influencer. Apa itu? Kalau diartikan ke bahasa Indonesia, influencer itu pelaku yang berpengaruh. Lantas ketika dikawinkan dengan digital, maka bisa diartikan akun yang berpengaruh pada dunia atau ranah digital.

Apakah digital influencer itu adalah mereka-mereka yang punya follower, friend atau subscriber yang banyak? Iya, memang besarnya pengaruh seorang digital influencer bisa diambil tolak ukurnya dari 3 hal tersebut. Tapi, ketika saya misalnya memposting sebuah gambar secangkir kopi dan kemudian teman saya di instagram misalnya berkomentar "aduh, jadi pengen ngopi." maka pada kejadian tersebut saya sudah berhasil mempengaruhi teman saya untuk ngopi juga. Jadi, bisa dibilang saya adalah digital influencer juga.

Sebelum masuk ke soal strategi kreatif, Tuhu Nugraha membeberkan sedikit fenomena yang terjadi dewasa ini. Bahwa sekarang, dunia sedang bertransformasi ke arah digital. Yang paling terasa layanan keuangan dan logistik. Karena memang 2 bidang itu yang menjadi pondasi dan terasa sekali sekarang digital merambah ke bidang-bidang lain. Menjamur lah alat-alat bantu digital dalam bentuk software accounting, HR dan lain sebagainya. Tak heran kalau IM3 punya tagline #IndonesianDigitalNation. Ini bukan isapan jempol.

Tak ketinggalan marketing juga. Makanya kencang sekali Digital Marketing sekarang ini. Dan imbasnya terasa pada para pemilik akun yang memiliki banyak follower, friend, atau subscriber. Para pemilik akun ini dijadikan sebagai media promosi mutakhir garis depan bagi para pemilik brand mempromosikan produknya.

Sadar tidak sadar, pemilik akun yang sempat atau dilirik dijadikan media promosi digital marketing adalah sebuah brand. Iya! Pemilik akun itu adalah sebuah brand atau produk. Bedanya, brand atau produknya adalah dirinya sendiri (atau mungkin yang berkepribadian ganda, produknya adalah akun miliknya). Jadi, personal branding ini penting untuk para pemilik akun.

Personal branding tuh kurang lebih ketika kita disebutkan salah satu akun, maka kita dengan mudah menyebutkan ciri-cirinya.

Misal, Ria Ricis. Oh itu wanita berjilbab yang ceriwis, gokil, konyol dan suka squishy.

Atau, Raditya Dika, dia seorang komedian, sutradara, pemain film, stand up comedian, penulis, youtuber dan temannya Pandu.

Ketika persepsi banyak orang sama terhadap personal brandingnya, maka bisa dibilang personal branding akun tersebut berhasil. Eh ini bukan akun berarti ya, sebut saja orang. Tapi tunggu! personal branding ini tentu ada tantangannya, bahkan untuk influencer besar seperti Ria Ricis dan Raditya Dika. Ini yang disebut strategi kreatif.

Raditya Dika misalnya, secara karya harus diakui buku dan film yang dihasilkan Raditya Dika ini tumbuh. Pada sebuah diskusi di vlognya, Radit mengakui karyanya tumbuh seiring dengan bertambahnya usia para penikmatnya. Radit yang karya-karyanya melulu soal jomblo dan percintaan, mungkin akan berubah setelah nanti menikah dengan Annisa (karena kemarin sudah tunangan) atau saat sudah memiliki anak. Kebayang dong kalau nanti Radit yang sudah bapak-bapak dan punya anak masih mengeluarkan karya tentang jomblo dan segala keresahannya, pasti aneh!

Begitu juga Ria Ricis, apa brandingnya yang sekarang akan dipertahankan ketika nanti sudah punya suami? Kemungkinan besar suaminya akan melarang. Tapi enggak tahu juga kalau nanti suaminya mengijinkan.

Sudah kebayang banget lah ya tantangannya untuk digital influencer.

Strategi yang dipaparkan Tuhu Nugraha kemarin sih ada beberapa, tapi yang paling oke menurut saya ini. Menjadi diri sendiri (sesuai personal branding yang diinginkan) atau mengikuti pasar, itu sih balik lagi ke diri masing-masing. Kalau enjoy menjalankannya, ya kenapa tidak? Resiko kan tanggung sendiri.

Udah gitu aja. Yang Mind Mapping pada postingan berikutnya aja.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment