Sinergi Pemimpin dan yang Dipimpin untuk Beradab



Seluruh dunia berdecak kagum tatkala melihat masyarakat Jepang pasca dilanda tsunami. Betapa tidak, tidak ada berita kriminal yang terjadi disana. Ditengah perut lapar melanda dan ditengah ketidakpastian kelanjutan hidup, mereka masyarakat Jepang setia menunggu dengan sabar pertolongan pemerintahnya. Dan ketika bantuan datang, mereka laksana manusia tertib yang berbaris mengantri mengambil jatah bantuan. Seluruh dunia pun menaruh hormat pada mereka. Bangsa yang sungguh beradab. Terlihat betapa bersinerginya pemerintah dan masyarakatnya. Pejabatnya tanpa ragu lengser dari jabatannya ketika terjadi kecelakaan atau tersebar berita miring tentangnya yang belum tentu benar kepastiannya. Sungguh memberi contoh teladan yang baik.

Ada satu hal yang paling saya suka dari budaya Jepang. Mereka tidak segan untuk saling menyemangati. Dalam sebuah forum maya di Indonesia sempat ditulis bahwa pasca terjadinya bencana tsunami tersebut, tidak ada acara-acara cengeng pada media-media Jepang. Justru mereka saling menyemangati dengan ‘banzai’-nya.

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah ada semangat bangkit di sini?

Ada.!!!

Yogyakarta disambangi gempa pada Mei 2006. Perlahan tapi pasti, ekonominya sudah kembali bergeliat. Dan jangan lupa, awal 2011 kemarin Yogyakarta juga menjadi bagian dari amukan merapi. Dua bencana besar tadi nampak tidak melunturkan masyarakatnya untuk berkarya. Yogyakarta masih exist.

* * *

Pada tahun 2004 saya pernah menginjakan kaki di Yogyakarta. Dengan bertopeng mengikuti ujian seleksi UGM, saya keluar kandang. Merasakan kebersahajaan dan ketenangan Yogyakarta. Walau hanya sekitar tiga hari, rasa nyaman begitu membekas. Dan idul fitri kemarin, saya juga menyambangi kediaman dari kakak ipar saya yang kebetulan orang sleman. Masih terlihat jelas debu-debu halus pasca merapi disana. Namun suasana bersahaja dan tenang masih dapat dirasakan.

Bukan bermaksud mengagungkan pemimpin Yogyakarta, tapi saya menilai bahwa sinergi pemimpin dan yang dipimpin sangat penting untuk menciptakan suasana ‘nikmat’ di lingkungan kita. Betapa Sultan sangat bersahaja di mata yang dipimpinnya. Betapa Sultan sangat dihormati oleh masyarakatnya menjadi indikator. Dan jelas masyarakatnya juga membanggakan dengan nilai-nilai luhur yang masih dipegang kokoh.

* * *

Dalam masyarakat sunda, ada raja yang sampai melegenda, sebutlah Prabu Siliwangi. Terkenal sebagai raja yang sangat bijaksana. Konon katanya bisa disebut puncak kejayaan pada masanya. Banyak artikel yang menyebutkan bahwa siliwangi adalah merupakan gelar terhadap sang raja. Dikatakan disana sebagai silihwangi. Terdiri dari dua susunan kata, silih yang berarti saling, dan wangi yang berarti harum. Banyak digambarkan bahwa pada masa tersebut, sang rakyat sangat bangga sekali dengan pemimpinnya, dan sang raja sangat bangga dengan rakyatnya. Sang raja digambarkan sosok pemimpin yang arif bijaksana, sementara si rakyat digambarkan patuh dan bersahaja. Semua berperan sesuai perannya dengan sangat baik.

Bagaimana dengan kondisi sekarang? Sedih rasanya melihat pemimpin yang tanpa malu berkoar berhasil walau dilapangan nyata nihil. Sedih pula melihat yang dipimpin justru malah menjadi pemalas yang mengharap iba dan mencari jalan pintas. Bisa jadi itu hanya bualan media karena perang kepentingan, atau memang kenyataan yang dibuat lebay. Atau mungkin saya ini hanya sok suci karena belum mendapat kesempatan karena berada diluar pagar? Entahlah….

Yang jelas saya berusaha untuk tidak merokok sembarangan, berusaha untuk tidak membuang sampah sembarangan, memiliki KTP satu, dan membayar pajak. Masih berusaha menjalankan Gerakan Disiplin Nasional yang dulu sempat mendoktrin ketika Sekolah Dasar. Semoga kita bisa saling berbagi kebaikan, saling memberi contoh baik dan saling menyemangati untuk mengukir senyum kelak.


“Tidak akan berubah nasib suatu kaum selain kaum itu sendiri yang merubah nasibnya.”
__________________________________
,Catatan galau dari Cilegon
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment