![]() |
Difabel month awarenes - pld.uin-suka.ac.id/ |
Sudah ya soal judul, sekarang saya ingin menjabarkan kenapa orang-orang difabel itu adalah manusia super. Kriterianya sederhana. Ketika teman-teman difabel itu mandiri, maka sudah dipastikan mereka adalah manusia super. Bayangkan saja dengan keterbatasan fisik yang mereka miliki, mereka bisa hidup mandiri seperti manusia normal lainnya. Menurut saya ini luar biasa.
Di dekat rumah juga ada yang seperti ini. Mereka tuna netra. Namun mereka mandiri. Tidak mengemis dan tidak mengharapkan bantuan orang lain. Mereka berjualan kerupuk udang di pinggir jalan. Catat loh ya, di pinggir jalan. Ngeri gak sih lihatnya? Orang buta berjualan kerupuk di pinggir jalan. Sementara jalanan yang ada di Indonesia kan belum bersahabat untuk difabel. Jangankan di jalan krukut sini, di kota besar saja kadang kurang diperhatikan.
Saya pernah beli beberapa kali. Harganya pun standar. Seperti kerupuk udang lain yang dijual di pasaran.
Salah satu penjual kerupuk itu adalah sepasang suami istri tuna netra. Mereka sekarang sudah memiliki anak. Dan tahukah anda? Anak mereka berdua lahir dalam keadaan normal dan bisa melihat. Semoga cepat mengenal uang dan ekonomi ya nak, biar bisa bantu orangtuanya.
Bikin haru!
Satu lagi kejadian mengharukan mengenai sepasang tuna netra ini. Saya pernah bersama calon istri (ketika itu) naik S-16 dari DDN menuju rumah. Ada sepasang tuna netra kemudian naik. Si lelaki kemudian menyebutkan tujuan pada sang supir agar nanti berhenti di sana, lalu kemudian mereka naik.
Entah saya yang merasakan atau memang hanya baper saja, saya merasa suasana iba di dalam angkot tersebut. Sebagian penumpang normal merasa iba dengan sepasang tuna netra tersebut. Tapi kemudian saya menyaksikan sesuatu yang keren. Si lelaki kemudian menelepon (atau menerima - saya lupa). Dia kemudian berbicara dalam bahasa Jawa. Saya memang tidak tahu artinya, tapi terlihat sekali si lelaki tadi baru berbincang sambil bercanda dengan kawannya di ujung telepon.
Seketika saya merasa terhantam! Anjrit ini si bapak tuna netra sama sekali tidak mengiba pada dirinya lantaran memiliki kekurangan. Beliau bisa dengan tenang menjalani hidup dengan kekurangannya. Dari tadi saya merasa iba kemudian merasa malu sendiri. Kadang saya yang normal saja masih sering mengeluh, sementara bapak yang tuna netra tadi masih bisa berbincang sambil tertawa. Sungguh seperti manusia normal lainnya.
Sepasang tuna netra tadi kemudian turun di tempat yang sudah diberitahu pada sang supir. Sementara mereka turun dan menyeberang jalan, saya masih melongo dan merasa tertampar sore itu.
Coba lihat video di bawah ini :
0 komentar :
Post a Comment