Kelebihan Gula Pada Anak, Bisa Jadi Tanggungjawab Orangtua

tempe goreng - vemale.com
“Jangan dikasih ayah!”

Begitu kata istri saya saat memergoki saya yang akan memberikan potongan tempe goreng pada Damar anak kami. Anak kami yang baru 11 bulan itu sama sekali dilarang untuk makan-makanan bergaram. Menurut istri saya, kalau ingin makan, ya makan saja makanan asli dengan rasa yang asli. Jangan rasa yang dibuat-buat seperti dengan garam dan bumbu-bumbu lain.

Menurutnya, fenomena anak yang susah makan dewasa ini adalah murni kesalahan orangtua si anak. Karena anak sudah terlanjur mencicipi makanan kaya rasa, sehingga ketika sampai di rumah dan merasakan masakan rumah yang “kurang rasa” menjadikannya tidak bernafsu untuk makan.

“Apalagi kalau makanan yang banyak MSGnya, pasti enak banget dimakan.”

Ya, namanya MSG (Monosodium Glutamat) adalah penguat rasa. Jadi kalau rasa dasarnya manis, ya semakin manis, rasa dasarnya asin, dibuat semakin asin, dan seterusnya. Gurih, kalau kata orang. Semakin banyak MSG, maka semakin gurih.

msg - diynatural.com
Dulu saya penikmat MSG. Hampir setiap hari makan mie instant. Gak usah ditanya lah badannya kayak apa. Tapi semenjak menikah, saya benar-benar STOP MSG. Alhasil, kalau makan di warung nasi yang kaya MSG, sekarang saya langsung pusing-pusing dan mual. Entahlah ini sugesti atau memang MSG itu membahayakan kesehatan. Tapi pusing dan mual yang saya rasakan itu benar-benar terjadi.

Sepertinya bukan hanya makanan gurih saja. Setiap orang tua juga bertanggungjawab atas kadar gula pada anak-anaknya. Orangtua mana sih yang tidak senang melihat anaknya senang? Banyak dari orangtua yang bangga sekali membiarkan anaknya menyantap eskrim demi bisa melihat rekah senyum di bibir si anak. Padahal, membiasakan diri memberikan gula pada anak, bisa membahayakan hidupnya kelak. Kenapa? Karena sejatinya tubuh manusia itu sangat adaptif, dia muda beradaptasi. Hari ini mungkin kemanisan, tapi besok, tubuh akan meminta yang lebih manis karena manis yang kemarin sudah biasa saja.

Sama seperti pengguna narkoba. Kenapa banyak yang kemudian ditemukan meninggal overdosis? Ya karena secara psikologis kadar yang dimasukan terasa kurang, sementara secara nyata, tubuh juga punya batasan. Pecandu akan terus menambah dosisnya karena dirasa kurang, sementara tubuh punya batas wajar penggunaan. Ya kalau berlebihan, tubuh juga protes dan akhirnya rusak dan tak bisa diperbaiki lagi.

Kembali ke soal gula, anak yang kelebihan mengkonsumsi gula, cenderung obesitas. Menurut ilmu biologi, gula itu memang sumber energi tubuh. Yang paling mudah dirubah menjadi gula adalah karbohidrat yang berasal dari nasi yang biasa kita makan. Karbohidrat ini kemudian dirubah menjadi glukosa (nama ilmiah gula) untuk digunakan sebagai bahan bakar tubuh. Nah, kalau glukosa-nya sudah berlebih, maka akan disimpan di antara kulit dan daging yang kita sebut lemak.

Ilustrasi gula - kendaripost.fajar.co.id
Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Kelebihan gula ini membuat tubuh menyimpan kelebihan di mana-mana. Selain disimpan dalam bentuk lemak yang mengakibatkan orang yang mengkonsumsinya menjadi obesitas dan berat badannya bertambah, kelebihan gula juga bisa disimpan dalam darah. Akibatnya salah satunya kelebihan kadar gula (diabetes). Kadar gula yang tinggi di dalam darah menjadikan darah semakin kental. Dan darah yang semakin kental, tentu semakin sulit untuk dialirkan. Tantu bisa membahayakan jalur darah dan jantung yang memompa darah.

Sebelum mengganggu sistem aliran darah, kelebihan gula juga merusak produksi insulin dalam tubuh. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh tubuh untuk membantu tubuh mencerna gula. Semakin banyak gula yang harus dicerna, maka semakin banyak pula insulin yang dihasilkan. Efek dari produksi insulin berlebih ini mengakibatkan mudah lelah, mudah lapar, dan tekanan darah meningkat. Jadi kebayang lah ya kenapa orang yang rajin mengkonsumsi gula cenderung mudah lapar.

Kesehatan itu soal gaya hidup.

Litebite, snack bebas gula yang dapat dikonsumsi bagi pemerhati gula, tanpa gula dan tetap manis - pribadi
Bagaimana cara mengurangi bahaya gula di atas? Tentu cara yang paling benar adalah dengan merubah gaya hidup kita. Gaya hidup konsumsi gula berlebih harus dihentikan. Selain mengurangi makan makanan manis. Tentu snack dan cemilan yang biasanya manis juga harus dihentikan. Kalaupun tidak bisa dihentikan, perlu diperhatikan kadar gulanya. Lebih baik tanpa gula sama sekali. Begitu juga untuk minuman. Kurangi dan hentikan konsumsi berlebih minuman ringan yang banyak mengandung gula.

Terakhir sih olahraga. Ini yang masih sulit saya lakukan dan saya ajarkan pada anak. Untuk urusan jaga makanan buat saya sangat mudah dilakukan dan diterapkan. Tapi untuk gaya hidup yang satu ini sangat sulit.

Oh iya, satu lagi. Untuk mengetahui minuman dingin kita itu rasa gulanya tinggi atau tidak itu begini caranya. Coba minum minuman tersebut dalam keadaan tidak dingin. Bagaimana rasanya? Kalau tiba-tiba terasa tercekik sangat manis atau langsung batuk, itu artinya minuman ringan kesukaan anda tinggi gula. Saran saya sih dihentikan.

Semoga bermanfaat.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment