![]() |
Tampilan depan bakso gejrot 3 |
Baca : Bakso Tasikmalaya
Tahun ini sebenarnya ada 2 bakso yang saya cicipi, pertama bakso Laksana yang lokasinya tidak jauh dari masjid agung. Tapi lantaran saya tidak membelinya sendiri (dengan mendatanginya) saya urung menuliskannya. Lagian harganya kurang bersahabat menurut saya. Masa' seporsi bisa 35 ribu rupiah. Aji mumpung banget ya?
Nah, bakso gejrot ini saya temui saat saya tersasar bersama istri pulang dari Galunggung. Menuju jalan pulang ke Sukarindik, kami lewat jalan besar. Dan melewati tempat ini. Maka esok harinya direncanakan untuk datang ke sini.
![]() |
Menu dan harga yang ditawarkan |
![]() |
Nomor pesanan. |
![]() |
saat bakso tiba. |
Bagaimana rasanya?
Persis seperti tulisan yang tertera pada nomor pesanan. Baksonya empuk banget dan tidak kenyal. Begitu digigit seperti ada yang meledak dalam mulut. CROOOT! Mungkin begitu suaranya kalau ada suaranya.
Sensasi crotnya seperti makan lava cake sekali hap. Ada yang meleleh di mulut. Selidik punya selidik, ternyata yang meleleh di mulut ini adalah gajih. Tahu kan gajih? Lemak daging sapi. Luar yang empuk ditambah gajih di dalamnya. Kebayang enaknya? eh kebayang lemaknya? Yang pasti ibu saya takut sekali makan bakso ini. Takut darah tinggi katanya. Gajihnya itu loh. Mengerikan katanya.
Saya sih suka banget sama sensasi gejrotnya. Dan berhubung saya ini penyuka yang kenyal-kenyal termasuk gajih, jadi ya saya suka banget sama bakso ini. Tapi dalam taraf sadar diri untuk kesehatan ya. Plus harganya murah pulak. Dan mienya juga sepertinya bikin sendiri. Tidak kalah lembut dari baksonya.
Asik!
![]() |
Sebelum pulang, foto dulu, eh masnya nengok. Cekrek! |
0 komentar :
Post a Comment