![]() |
Poster Bilal - A New Breed of Hero |
Ada muslim
yang tidak kenal dengan Bilal? Rasanya bukan dianggap muslim jika Bilal pun tak
tahu. Dan baru-baru ini film mengenai kisah Bilal diangkat dalam film animasi
besutan Barjaoun Entertainment ini sempat mendapat sambutan baik dari Festival
Film di Arab Saudi sana. Ya walaupun pada penayangannya sempat mendapat kecaman
dari beberapa pihak.
Kecaman
karena memang untuk banyak umat muslim penggambaran sebuah sosok sahabat Rasul
adalah hal yang tabu dan bisa mengakibatkan kemusyrikan. Karena bisa jadi
orang-orang yang melihat sosok animasi Bilal akan kemudian
membanding-bandingkan perawakan Bilal yang ada pada film animasi dengan
aslinya.
Tapi,
daripada merisaukan masalah tersebut, tonton saja filmnya. Toh sejak rilis film
ini menuai banyak penghargaan, salah satunya The Best Inspiring Movie pada
Cannes Film Festival 2016.
![]() |
Bilal yang selalu menjaga adiknya Ghufaira |
Film ini
menceritakan kisah perjuangan dari Bilal. Di awal film digambarkan Bilal kecil
yang begitu ceria dan bercita-cita menjadi ksatria berkuda lengkap dengan
pedang dan kudanya. Pada adegan lanjutannya Ghufaira, adik perempuan Bilal
justru mengganggu imajinasi Bilal hingga wajahnya kotor. Ibunya dengan lembut
membasuh wajah Bilal yang kotor dan mengatakan kalau menjadi ksatria itu bukan
soal punya pedang atau kuda yang gagah, tapi ada di sini (sambal menunjuk dada
Bilal).
Sungguh
seorang Ibu yang lembut dan bijaksana. Tapi menyebalkannya, baru mendapati
karakter asik, kemudian datang gerombolan menuju rumah tempat tinggal Bilal.
Ibunya kemudian tergesa-gesa menyelamatkan mereka untuk bersembunyi di balik
lemari. Bilal dan adiknya yang masih kecil itu kemudian menyaksikan Ibunya
dibunuh dengan keji dan mereka berdua kemudian dijual menjadi budak. Pesan
terakhir Ibunya sangat sederhana, Jada
adikmu Ghufaira.
![]() |
Sosok Umayya |
Bilal dan
Ghufaira adiknya kemudian menjadi budak seorang saudagar ternama di Mekah
bernama Umayya. Seorang saudagar penyembah berhala. Merupakan orang yang paling
menentang ajaran Rasul pada masa itu.
Bilal kecil
sudah tumbuh menjadi sosok yang kuat dan berkarakter. Bayangkan saja ketika
Shafwan anak dari Umayya yang bermain-main dengan panah pada Ghufaira dengan
mudah dipecundangi oleh Bilal. Bukan hanya Shafwan saja, bahkan ketiga kawan
Shafwan pun dipecundangi dengan mudahnya.
Karena
kejadian ini, Umayya yang kemudian mengetahui perlakukan Bilal pada Shafwan
kemudian mencambuknya. Tidak ada penyesalan, tidak ada tangisan yang keluar
dari mulut Bilal. Umayya meminta Shafwan mencontohnya, lihat! Dia bahkan tidak menangis walaupun dicambuk.
![]() |
Shafwan |
Bilal yang
masih terobsesi dengan pedang dan kuda diam-diam setiap pagi menunggangi kuda
milik Umayya. Hingga dia mahir. Dan memang dasar karakter yang kuat dan pintar
membuat Bilal juga berpikir tidak ada gunanya menyumbang pada dewa (berhala).
Hal tersebut membuatnya semakin yakin lantaran menyaksikan kejadian dimana ada
anak kecil kurus yang butuh makan dihiraukan sama sekali oleh orang-orang yang
lewat. Orang-orang itu justru lebih memilih memberikan uangnya pada dewa
(berhala) ketimbang menolong anak ini.
Bilal
kemudian menghentikan usaha anak tadi yang mencoba mengambil uang dari mangkok
sebuah berhala. Dia kemudian memberikan rotinya pada anak ini sambil berujar kita
mungkin miskin, tapi kita tidak boleh mencuri.
Kejadian
itu disaksikan langsung oleh seorang saudagar bernama Abu Bakr. Melihat
kejadian tersebut kemudian terjadi dialog antara Abu Bakr dengan Bilal. Intinya
Bilal menyatakan tidak setuju dengan ajaran dewa (berhala), namun dirinya masih
belum bisa mengatakan ajaran mana yang sesuai. Mendapati pemikiran dari Bilal
tersebut, Abu Bakr bertekad untuk membeli Bilal dari Umayya.
[img abu
bakr]
Pada malam
sebelum Abu Bakr membeli Bilal, Bilal hadir pada sebuah jamuan yang diadakan
oleh Umayya yang mengundang petinggi-petinggi lain yang menentang ajaran
Muhammad. Mereka merasa tidak percaya dengan dakwah yang diajarkan oleh Muhammad.
Lantas setelah meminta Bilal bernyanyi, Umayya bertanya pada Bilal mengenai
pendapatnya tentang ajaran Muhammad.
Bilal
dengan lantang mengatakan percaya pada apa yang diajarkan oleh Muhammad. Bilal
meyakini bahwa semua manusia terlahir dalam kondisi setara. Kasarnya sih enggak
ada tuh yang namanya budak lahir dari keturunan budak dan saudagar lahir dari
keturunan saudagar. Semua terlahir sama di dunia.
Mendengar
jawaban ini Umayya geram dan lantas memerintahkan untuk mencambuk Bilal.
Besoknya barulah Bilal dibeli oleh Abu Bakr, walaupun harganya tinggi, Abu Bakr
tetap membelinya demi menyelamatkan saudara seiman. Tapi kemudian Abu Bakr
tampak sedih karena ternyata Ghufaira adik perempuan Bilal yang baru diketahui
Abu Bakr tidak masuk dalam perjanjian pembelian. Bilal kemudian menjadi manusia
bebas.
Cerita
berlanjut hingga hijrah dari Mekkah ke Madinah. Bilal belajar ilmu pedang pada
Saad Bin Abi Waqqas. Hingga terjadi peperangan pertama antara umat muslim
dengan kafir Quraisy dengan perbandingan 1 : 100. Yang tentu saja dengan
bantuan pasukan langit, umat muslim bisa menang.
Film ini
kemudian ditutup dengan pertemuan Bilal dengan Ghufaira yang semula mengira
Shafwan mengeksekusi mati Ghufaira, ternyata tidak. Pertemuan yang mengharukan.
Apa yang
bisa diambil dari film ini? Ya jelas perjuangan dan keteguhan hati Bilal
menjadikannya sosok yang berkarakter. Dan tentu saja bahwa semua manusia itu
setara. Tidak ada kasta yang membeda-bedakan. Ya minimal anak yang menonton
film ini jadi tidak sombong menganggap dirinya hebat karena bapaknya punya
mobil sementara temannya tidak.
Udah gitu
aja.
0 komentar :
Post a Comment