Ber-amal jariyah lewat LinkedIn


Hijrah Algorithm

Kata yang pertama kali saya dengar dari Husein Ja'far Al Hadar pada talkshow EndGame bersama Gita Wirjawan. Sebenarnya saya sudah sangat familiar dengan istilah algoritma. Betapa tidak, sebagai seorang jebolan Teknik Informatika, harusnya tahu soal ini. Ditambah lagi saya pernah berkutat dengan platform social media monitoring pada saat musim pemilu. Ya alhamdulillah makin ngerti lah dengan makhluk ini.

Salah satu pencapaian saya "memanipulasi" algoritma sosial media adalah saat pilpres 2014 dan 2019 silam. Dengan serampangan saya follow semua orang-orang dari kedua kubu. Dari yang garis keras, hingga yang moderat muncul semua di timeline saya. Seru sih, dari sana saya belajar banyak hal. Kadang kasihan melihat akun yang mengagung-agungkan pilihannya seperti sang Maha sambil menginjak-injak lawannya. 

Kadang, bukan cuma sumbu-nya aja yang pendek, tapi juga visinya juga pendek. Menyedihkan.

Agak kasihan sih lihat pendukung-pendukung yang melihat pilpres ini layaknya pertarungan. Pokoknya harus menang dan dia yang di panggung adalah segalanya. Yang pilihannya beda, musuhi! Kasihan!


Kadang seneng juga melihat akun yang bisa dengan jernih membandingkan kontestan. Kalau lihat semuanya dari kedua kubu, harapannya sih bisa lebih memilih dengan jernih. Tapi justru yang saya dapatkan malah memilih dalam kesunyian (diam).


Satu lagi yang sukses saya "manipulasi" adalah tampilan FYP untuk Tiktok. Setelah saya spent 1 jam sehari selama 2 minggu, saya sukses merubah tampilan FYP saya menjadi topik yang saya mau. Engine social media populer pasti sudah menggunakan yang namanya machine learning. Dimana engine tersebut memantau seluruh aktifitas kita di platform social media tersebut. Ya kalau kita suka gambar-gambar seksi, ya otomatis pada jejeran timeline akan muncul tuh gambar-gambar seksi tersebut. 

Sebagai catatan, FYP itu singkatan dari For Your Page. Adalah konten-konten pilihan Tiktok yang disajikan pada beranda kita. Untuk fase awal, dimana saat Tiktok belum memiliki data (ketertarikan) dari kita (penggunanya), biasanya ditampilkanlah konten-konten yang populer. Untuk fase awal ini, jangan kaget kalau yang muncul adalah gadis-gadis muda, cantik dan seksi menari-nari. Karena menurut data Tiktok, konten semacam ini lah yang populer dan berhasil menarik minat penggunanya. 

Kebanyakan product digital fokus pada engagement. Mereka berupaya bagaimana penggunanya bisa lekat dengan produknya.

Dari yang populer-populer ini lah Tiktok mulai menjaring dan menganalisa konten seperti apa sih yang kita (pengguna) sukai. Untuk mengetahui konten ini disukai atau tidak, ya dengan interaksi kita pada konten. Interaksinya macam-macam, ada love, share, bahkan sampai bisa langsung follow creatornya. Nah, dari sinilah Tiktok mengenali siapa kita. Dan kira-kira konten seperti apa yang mungkin kita sukai. 

Udah cukup lah ya pembukanya, kepanjangan. Sekarang kembali ke judul.


Tentang LinkedIn

Secara sederhana, LinkedIn bisa disebut sebagai sosial media untuk profesional. Dengan LinkedIn, kita bisa berkoneksi dengan profesional-profesional di seluruh dunia. Bukan cuma membangun koneksi, dengan tambahan fitur learning-nya, kita juga bisa mengasah kemampuan yang kita minati di dunia profesional. 


Ada yang membedakan LinkedIn dengan social media yang sudah mature menurut saya. Pada Facebook, Instagram, dan Tiktok, rekomendasi postingan yang muncul di beranda adalah postingan yang sesuai dengan minat kita sebagai penggunanya. Sementara pada LinkedIn, postingan yang muncul di beranda adalah seluruh aktifitas dari connection atau akun-akun yang kita follow. 

Kabar baiknya, karena LinkedIn fokus pada dunia profesional dan yang muncul adalah seluruh postingan dan aktifitas dari connection, maka dengan mudah kita terpapar pada informasi terkait dunia profesional.


Terus amal-jariyah-nya di mana?

Seorang teman yang sama-sama #jobseeker beberapa waktu lalu baru saja onboard pada semua company. Kami sempat bertemu kopi darat. Waktu saya sebut salah satu connection saya yang kebetulan kerja di company tersebut, dia lantas bilang, "Lah, aku kan ikut course-nya dia gara-gara liat kamu like postingan dia di homepage!?!"

Jadi, hanya karena like pada sebuah postingan, teman saya itu ngulik lebih jauh tentang connection saya tadi. Mengikuti course-nya dan onboard

Kebayang gak? itu baru like doang loh. Gimana kalau yang aktif berbagi kemampuan profesional dan sharing profil teman-teman yang #opentowork ? Berapa banyak orang yang karirnya terbantu karenanya?

Bukan bermaksud untuk riya. Tapi semoga ini bisa jadi ajakan untuk teman-teman untuk berbagi. Semoga setiap yang kita bagikan bermanfaat untuk orang lain dan siapa tahu diganjar amal-jariyah. Iya gak?!?


Udah gitu aja.
Semoga bermanfaat.

Share on Google Plus

1 komentar :