Di era serba ngebut ini, kita seringkali ngerasa tekanan buat jadi "luar biasa". Entah itu dari media sosial yang isinya pencapaian orang lain, atau dari omongan yang nanya "sudah sampai mana nih sekarang?". Tapi, pernah gak sih kepikiran, gimana kalau hidup biasa aja itu justru yang luar biasa?
Filosofi ini diangkat sama seorang filsuf modern keren bernama Alain de Botton, pendiri School of Life. Dia ngajak kita mikir ulang tentang definisi kebahagiaan, karena menurutnya, bahagia itu bisa kok dicapai meskipun kita cuma jalanin hidup yang biasa-biasa aja. Gak percaya? Yuk, kita bedah kenapa tekanan buat jadi "luar biasa" ini malah bikin kita senewen, dan gimana sih caranya bisa asoy dengan hidup yang biasa aja.
Kenapa Kita Susah Banget Bahagia?
De Botton nunjukin ada tiga biang kerok utama di dunia modern yang bikin kita sulit ngerasain kebahagiaan sejati:
1. Si Sombong yang Bikin Gerah (Snobbery)
Pernah gak sih ngerasa risih pas ditanya "Kerja apa sekarang?" atau "Udah nyampe mana nih karier kamu?". Nah, itu dia yang disebut De Botton sebagai 'snobbery'. Masyarakat modern tuh gampang banget nilai orang dari pencapaian materi dan pekerjaan. Seolah-olah, kalau Anda gak punya jabatan mentereng atau rekening gendut, Anda gak ada apa-apanya.
Akhirnya, kita jadi terpaksa ngejar pengakuan dari orang lain. Ngejar status, ngejar harta, ngejar pujian. Padahal, seringkali ini ngejauhin kita dari hal-hal yang benar-benar punya arti dalam hidup. Kita jadi sibuk pencitraan, sibuk nyesuain diri sama standar sosial yang seringkali gak masuk akal. Coba deh, jujur, berapa banyak dari kita yang beli barang branded bukan karena butuh, tapi biar diliat keren sama orang lain? Atau, berapa banyak yang ngambil kerjaan bukan karena passion, tapi karena gajinya gede dan biar bisa pamer ke teman-teman?
Tekanan buat jadi 'sesuatu' di mata orang lain ini justru bikin kita kehilangan diri sendiri. Kita jadi gak nyaman sama diri sendiri kalau gak ada yang bisa dibanggakan secara materi. Padahal, kebahagiaan itu datang dari dalam, bukan dari pandangan orang lain.
2. Kangen Pelukan alias Kurangnya Kasih Sayang
Ini relate banget sih buat kita yang sering ngerasa kesepian di tengah keramaian media sosial. De Botton bilang, banyak dari kita tuh kurang banget sosok yang bisa nerima kita apa adanya, tanpa mikirin pekerjaan Anda apa, gelar Anda berapa, atau sudah seberapa sukses Anda di mata dunia.
Akibatnya, kita jadi gampang banget bandingin diri sama orang lain, apalagi di Instagram yang isinya cuma highlight kehidupan. Lihat teman liburan ke luar negeri, kita langsung ngerasa insecure. Lihat teman pamer mobil baru, kita langsung mikir "Kok aku gini-gini aja ya?". Ini bikin kita terus-terusan nyari validasi, nyari perhatian, dan nyari pujian dari luar.
Bahayanya, kalau kita terlalu fokus nyari kekayaan atau status biar dikagumi, kita malah jadi gak nyaman sama diri sendiri. Ujung-ujungnya? Bisa depresi, bisa kesepian, padahal followers ribuan dan likes bejibun. Kenapa? Karena kita lupa, validasi yang paling penting itu datang dari diri kita sendiri, dan kasih sayang yang tulus itu gak memandang harta atau jabatan.
3. Jebakan Sistem Meritokrasi
Pernah dengar kalimat "Siapa yang usaha keras, dia yang dapat hasil"? Nah, itu namanya meritokrasi. Sepintas memang kedengaran adil banget ya. Siapa yang rajin, dia yang sukses. Siapa yang malas, ya jangan harap. Tapi, ada sisi gelapnya lho.
Meritokrasi ini secara gak langsung bilang kalau kegagalan itu sepenuhnya salah individu. Kalau Anda gak sukses, berarti Anda kurang usaha. Ini bikin kegagalan jadi sesuatu yang horor banget. Kita jadi takut buat salah, takut buat jatuh, karena seolah-olah itu adalah bukti kalau kita gak cukup baik.
Padahal, hidup itu gak sesederhana itu. Ada banyak faktor di luar kendali kita yang bisa mempengaruhi kesuksesan. Dan kegagalan itu bagian dari proses belajar, bukan akhir dari segalanya. Kalau kita terus-terusan takut gagal karena sistem meritokrasi ini, kita jadi gak berani ambil risiko, gak berani coba hal baru, dan akhirnya cuma stuck di zona nyaman yang bikin kita gak berkembang.
Hidup Biasa Aja, Asal Anda Bahagia!
Oke, jadi intinya, tiga masalah di atas bikin kita stres dan ngerasa harus jadi "luar biasa". Tapi, De Botton ngajakin kita buat realistis. Cuma sebagian kecil dari kita kok yang bakal bener-bener jadi Elon Musk atau Bill Gates selanjutnya. Mayoritas dari kita, ya, bakal jalanin hidup yang biasa-biasa aja.
Dan tahukah kamu? Hidup yang biasa aja di zaman sekarang ini sudah tergolong LUAR BIASA NYAMANNYA! Coba deh pikirin, kita punya akses kesehatan yang gampang (walaupun kadang antri), makanan gampang didapat (tinggal klik layanan pesan antar), dan informasi juga melimpah ruah (tinggal scroll media sosial atau tonton video). Kakek nenek kita dulu mana kepikiran bisa segampang ini?
Jadi, pesan utamanya adalah: hidup biasa aja itu juga luar biasa, dan kita bisa banget bahagia dengan hal tersebut. Jangan sampai kita cuma ngejar ambisi yang dibentuk sama ekspektasi orang lain, terus lupa sama makna hidup yang sebenarnya.
Jadi, Gimana Caranya Bahagia dengan Hidup Biasa Aja?
Ini dia kuncinya! Kebahagiaan sejati itu bukan datang dari seberapa banyak uang Anda, atau seberapa tinggi jabatan Anda. Itu datang dari hal-hal yang gak bisa dibayar:
- Bangun Hubungan yang Dalam: Fokus sama teman-teman dan keluarga yang benar-benar peduli sama Anda. Luangkan waktu buat ngobrol dari hati ke hati, bukan cuma chat receh di grup. Kualitas hubungan lebih penting daripada kuantitas followers.
- Apresiasi Hal Kecil: Coba deh, sesekali matikan HP, terus perhatikan hal-hal kecil di sekitar Anda. Secangkir kopi hangat di pagi hari, matahari terbit yang indah, atau suara hujan yang bikin tenang. Hal-hal sederhana ini seringkali jadi sumber kebahagiaan yang terlupakan.
- Miliki Kebebasan: Kebebasan di sini bukan berarti bebas ngelakuin apa aja tanpa tanggung jawab. Tapi, kebebasan buat memilih apa yang Anda mau, ngelakuin apa yang bikin Anda senang, dan gak terbebani sama ekspektasi orang lain. Punya waktu luang buat hobi, atau sekadar rebahan tanpa rasa bersalah, itu juga bagian dari kebebasan.
- Kenali Diri Sendiri: Ini penting banget. Anda harus tahu apa yang bikin Anda bahagia, apa yang bikin Anda sedih, dan apa yang Anda inginkan dalam hidup. Jangan cuma ikut-ikutan tren atau ekspektasi sosial.
- Terima Ketidaksempurnaan: Hidup itu gak selalu mulus, dan kita semua punya kekurangan. Terima diri Anda apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Gak perlu berusaha jadi sempurna di mata semua orang, karena itu cuma bikin capek.
Intinya, jangan biarkan tekanan dunia luar mengganggu kebahagiaan Anda. Hidup biasa aja itu sudah lebih dari cukup. Fokus sama diri Anda, bangun koneksi yang berarti, dan nikmati setiap momen kecil dalam hidup. Percaya deh, hidup biasa aja yang bikin Anda bahagia, itu jauh lebih luar biasa daripada hidup "luar biasa" tapi bikin Anda sengsara.
Gimana, sudah siap buat jadi luar biasa dengan hidup yang biasa aja?
0 komentar :
Post a Comment