Perang antara Israel dan Iran memasuki babak baru dengan eskalasi yang mengkhawatirkan, terutama dalam periode 13 hingga 18 Juni 2025. Konflik ini tidak hanya menguji ketahanan sistem pertahanan rudal Israel, tetapi juga menyoroti peran krusial bantuan militer dari Amerika Serikat.
Salah satu perkembangan paling signifikan adalah ancaman terhadap pertahanan rudal Israel. Sistem seperti Arrow 2 dan Arrow 3, yang selama ini menjadi tulang punggung pertahanan udara Israel, menghadapi tekanan luar biasa dari serangan Iran yang intensif. Biaya operasional yang sangat tinggi—sekitar 3 juta USD per tembakan—membuat keberlanjutan pertahanan ini menjadi pertanyaan besar. Pejabat intelijen AS bahkan memperkirakan bahwa Israel hanya dapat bertahan 10-12 hari tanpa pasokan senjata berkelanjutan dari Amerika Serikat. Ketergantungan ini menjadi titik lemah yang dimanfaatkan oleh Iran.
Di sisi lain, Iran telah menunjukkan kemajuan teknologi militer dengan peluncuran rudal hipersonik Fattah-1. Rudal ini diklaim tidak dapat dicegat oleh sistem pertahanan Israel, termasuk Iron Dome dan Arrow yang canggih. Dengan kecepatan mencapai Mach 15 (sekitar 5.145 meter per detik) dan jangkauan 1.400 km, Fattah-1 menimbulkan ancaman serius bagi keamanan Israel. Serangan masif Iran, yang dilaporkan melibatkan lebih dari 300 rudal, telah menyebabkan kerusakan parah di berbagai kota Israel, termasuk target-target penting seperti bangunan bertingkat, pusat intelijen, dan markas Mossad.
Sebagai respons, Angkatan Bersenjata Iran juga mengeluarkan peringatan evakuasi untuk lingkungan Neve Tzedek di Tel Aviv, sebuah langkah balasan terhadap peringatan serupa dari Israel untuk Teheran. Lingkungan ini memiliki nilai simbolis dan budaya yang signifikan bagi Israel, menunjukkan bahwa Iran menargetkan tidak hanya infrastruktur militer tetapi juga moral dan stabilitas sosial.
Israel tidak tinggal diam. Mereka mengerahkan lebih dari 50 pesawat angkatan udara untuk melancarkan serangan balasan terhadap lokasi militer dan fasilitas produksi senjata di Iran. Langkah ini merupakan upaya untuk merusak program pengembangan senjata, termasuk yang terkait dengan nuklir, dan mengurangi kemampuan Iran untuk melancarkan serangan lebih lanjut.
Keterlibatan Amerika Serikat menjadi faktor penentu dalam konflik ini. Dengan Israel yang dilaporkan kehabisan pencegat rudal Arrow, bantuan AS, termasuk sistem pertahanan rudal Patriot dan THAAD, menjadi sangat krusial. Namun, potensi keterlibatan AS juga memicu ancaman dari Iran. Iran dilaporkan telah mempersiapkan rudal dan perlengkapan militer untuk menyerang pangkalan-pangkalan AS di Irak, Suriah, dan negara-negara Teluk jika Washington memutuskan untuk bergabung dalam konflik. Milisi pro-Iran di Irak dan Suriah juga kemungkinan akan menyerang pangkalan AS, memperluas cakupan konflik regional.
Konflik ini semakin memanas dengan pernyataan keras dari pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menyatakan bahwa pertempuran telah dimulai dan tidak ada belas kasihan terhadap Israel. Serangan rudal Iran yang memicu sirene di sebagian besar wilayah Israel menegaskan tingkat ketegangan dan bahaya yang dihadapi kawasan tersebut. Perang ini tidak hanya pertarungan antara dua negara, tetapi juga pertaruhan geopolitik yang melibatkan kekuatan regional dan global.
Point penting:
0 komentar :
Post a Comment