Siapkan 5 Hal Ini Sebelum Anak Pegang Gawai

sumber : http://radioelnury.com/
Untuk yang belum tahu, gawai adalah bahasa Indonesia untuk gadget.

Anak itu peniru yang sangat handal. Coba lihat sekeliling kita sekarang ini, anak pegang gawai sudah sangat lumrah. Siapa yang mereka tiru? Ya tentu orangtuanya yang sehari-hari dekat dengan mereka. Si anak pasti setiap hari melihat orangtuanya menunduk melihat gawai. Mungkin terlihat keren kalau anak kita sudah faham dan mahir pegang gawai, tapi perlu siapkan 5 hal berikut :

1. Tanamkan soal kepemilikan pribadi.

Pernah lihat anak kecil berebut mainan dengan teman sebayanya? Ini terjadi karena salah satu orangtua mereka tidak menanamkan nilai kepunyaan. Si anak mudah mengakui barang yang bukan miliknya seolah kepunyaannya. Bayangkan kalau kita jadi orangtuanya, duh malu. Bisa jadi kita dihantui bahwa jangan-jangan nanti si anak dengan mudah merebut hak orang lain ketika dewasa.

Nilai kepemilikan pribadi bukan hanya soal kebendaan. Ini juga penting ditanamkan tentang kepemilikan tubuh. Istri saya semalam bercerita kalau ada pedofil yang menyamar dengan akun anak-anak. Lalu dia mengontak akun anak-anak lainnya melalu media sosial. Pembicaraan pun seputar dunia anak-anak. Hingga satu ketika si pedofil ini mengirimkan foto bagian privat anak. Lalu memancing anak yang diajaknya bicara untuk mengirimkannya juga. "Ini punyaku, punyamu gimana?"

Serem ya? Nah, kalau kita sukses membentengi nilai kepemilikan pribadi pada anak, harusnya anak kita kelak bisa menjawab, "Tidak bisa. Kamu tidak boleh melihat bagian tubuhku."

2. Luangkan waktu lebih banyak

Rasa bosan dan kesepian ternyata berbahaya bagi tumbuh kembang anak. Bayangkan ketika rasa bosan dan kesepian itu terus menemani hingga si anak beranjak remaja. Karena tidak mendapatkan kepuasan dari komunikasi di rumah. Bisa-bisa pelariannya nanti ke pornografi dan pergaulan bebas yang dekat dengan narkoba.

Sudah banyak cerita orangtua yang bersedih karena tidak turut serta dalam tumbuh kembang anaknya. Ketika melihat bencana menyapa, kelak orangtua cuma bisa bergumam menyesal, "seandainya dulu saya....."

3. Batasi penggunaannya

Kalau pun harus menyerah dan memberikan gawai  pada anak, tentu harus dalam pengawasan dan aturan yang sesuai. Batasi penggunaannya bisa menjadi solusi. Jangan biarkan anak kecanduan gawai. Bisa-bisa tumbuh kembang kecerdasan emosinya tidak optimal lantaran mata dan otak fokus melihat layar tanpa selingan bermain keluar.

Sebenarnya pembatasan ini tidak hanya melulu soal gawai. Seluruh kegiatan yang 'menyenangkan' namun kurang bermanfaat, bisa dikurangi sedikit demi sedikit waktunya.

4. Konten gadget bersahabat

"Eh jangan ngomong kasar dong. Anakku juga suka buka nih."

Begitu celoteh kawan SMA di ruang chat grup alumni yang sudah punya anak yang sudah bisa membaca. Anak memang bisa belajar dari mana pun. Termasuk tulisan-tulisan dari gawai orangtuanya. Kata-kata kasar atau pun gambar-gambar yang tidak layak untuk anak tentu bisa jadi pemicu si anak untuk mengeksplorasi lebih dalam akan hal-hal tadi.

Gawai yang bersahabat dengan anak tentu gawai yang memiliki konten yang bersahabat pula untuk anak. Kita bisa mengisinya dengan aplikasi-aplikasi permainan sesuai usia anak. Atau bisa juga menggunakan aplikasi Kids Center seperti yang sudah tersedia pada Acer Liquid Z320 seperti video di bawah ini.


Temukan keunggulan aplikasi Kids Center pada Acer Liquid Z320 di video berikut ini. #AcerTechnology
Posted by Acer Indonesia on Wednesday, January 13, 2016


5. Tetap belajar dan tumbuh.

Sebagai orang dewasa, kita sering lupa kalau nilai-nilai positif yang kita pegang sekarang seringkali tidak akan relevan lagi nantinya. Bisa jadi perkembangan pengetahuan tentang psikologi anak nantinya akan meruntuhkan pemahaman kita yang sekarang ini. Jadi, penting untuk kita tetap belajar dan terus menumbuhkan pengetahuan dan kemampuan untuk mendampingi pertumbuhan si anak. Termasuk soal perkembangan teknologi dan aplikasi pada gadget tentunya.



Sebagai pentutup, mungkin cocok untuk kemudian direnungkan. Ingatlah ketika 100 tahun Indonesia merdeka nanti tahun 2045, anak-anak yang sekarang masih piyik-piyik dan kecil ini nanti akan menjadi tulang punggung negara. Kalau generasi emas nanti tidak dipersiap sedari sekarang oleh kita, Lantas oleh siapa?


Miris nano2 melihat video ini.. Saya dan banyak teman2 lain perlu sering-sering diingatkan.. Mari kita jadikan Indonesia...
Posted by Fayza Fariz on Saturday, November 7, 2015
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment