Yakin Dengan Pilihan Anti Vaksin? Coba Pikir Lagi!

Berita anti-vaksin - sumber
Menurut catatan news-medical.net, vaksin pertamakali dikembangkan oleh Edward Jenner yang mengembangkan vaksin untuk cacar dan mempublikasikan penemuannya pada tahun 1796. Semakin ke sini semakin berkembang. Dan tentu yang dikembangkan adalah vaksin-vaksin yang diciptakan untuk melawan penyakit mematikan yang membahayakan kehidupan.

Saking bermanfaatnya vaksin, banyak kemudian negara-negara yang mewajibkan vaksin untuk warganya. Tak jarang titah wajib negara ini membuahkan kerusuhan, seperti yang terjadi di Brasil pada 1904. Kala itu pemerintah setempat mewajibkan vaksin untuk cacar, penyakit kuning dan beberapa penyakit lain.

Ragam Alasan Anti Vaksin

Sejarah banyak mencatat kalau penerapan vaksin di berbagai belahan dunia menuai aksi protes. Beberapa protes berujung pada sosialisasi vaksin karena setelah mewabah penyakit atas vaksin yang ditentang. Tapi setelah kejadian ini tetap saja banyak yang tidak percaya terhadap vaksin.

Konspirasi politik adalah salah satu alasan anti-vaksin ini merebak. Saat pemerintah ingin menerapkan vaksin wajib, kelompok-kelompok yang tidak senang dengan pemerintah ini kemudian menghembuskan isu bahwa vaksin yang akan diterapkan oleh pemerintah ini berbahaya. Macam-macam lah isunya yang dihembuskan. Intinya menggambarkan kalau pemerintah itu jahat mewajibkan vaksin pada masyarakatnya.

Alasan di atas terbilang jahat karena didasari atas kebencian. Tapi alasan kebebasan individu menjadi masuk akal karena setiap orang berhak menentukan apa yang baik dan tidak untuk dirinya. Jadi kalau misalnya dirinya tidak ingin divaksin ya hak dia. Ya kalau tidak mau itu kebebasannya. Alasan ini agak sulit untuk dibantah.

Agama dan Etika kemudian juga menjadi alasan untuk tidak melakukan anti-vaksin. Selain karena berkembang kabar kalau bahan vaksin dikembangkan dari bahan-bahan haram, alasan ini semakin diperkuat fatwa pemuka agama yang mengharamkan vaksin. Seperti yang terjadi di Nigeria.

Alasan efek samping menjadi dasar paling logis karena alasan ini berkembang dari jurnal yang dikeluarkan kalau vaksin bisa meningkatkan cacat fisik dan mental. Mengerikan ya.

Pandangan Saya Terhadap Anti Vaksin

Setiap orang punya memang punya hak untuk menentukan hidupnya mau ke mana dan bagaimana. Tapi saya percaya bahwa anak itu milik dunia. Karena walaupun kita sebagai orangtua menentukan apa yang menurut kita baik untuk anak, tetap saja sumbangsih anak kita kelak sebagai bagian dari dunia tidak bisa dihindari. Dia akan jadi bagian dari masyarakat. Bisa jadi berperan baik di masyarakat atau sebaliknya.

Semoga pemahaman saya mengenai anak di atas mampu meluluhkan hati para anti-vaksin yang beralasan kebebasan individu.

Konspirasi mengenai bahaya vaksin pasti akan ada dan selalu ada. Konspirasi? Kenapa saya sebut demikian? Terkesan jahat pemilihan katanya. Saya pilih kata tersebut, karena saya percaya para peneliti kesehatan yang menemukan ragam vaksin itu adalah orang-orang baik. Yang tidak baik itu adalah orang-orang yang memanfaatkan vaksin untuk kepentingan pribadi mereka. Saya yakin konspirasi itu kemudian muncul atas dasar curiga pada orang-orang yang memiliki akses penuh terhadap vaksin.

Dasarnya juga sudah jelek, curiga. Ya kalau segala keputusan diambil atas dasar curiga bisa bahaya. Kecuali kamu detektif yang sedang memecahkan kasus, itu baru benar. Tapi kalau curiga dijadikan dasar menentukan keputusan, ya keliru menurut saya.

Beruntung di Indonesia sepertinya tidak ada pemuka agama yang melarang vaksin. Mungkin ada, tapi kayaknya bergerak dalam senyap. Serem lah yang ini. Pemerintah sebagai ulil amr harus bisa merangkul para pemuka agama ini. Beri akses mereka untuk melihat secara langsung proses vaksin di Indonesia. Libatkan para pemuka agama untuk menilai dan memberi masukan.

Kalau soal efek samping vaksin, kalau itu terbukti, artinya pada saat testing ya gagal. Tapi perlu diingat kalau setiap DNA manusia itu unik. Bisa jadi cocok untuk si A belum tentu cocok untuk si B. Kerennya vaksin kan gitu, bisa cocok untuk semua orang. Nah, kalau terbukti cacat timbul karena vaksin, penyelenggara vaksin tentu harus bertanggungjawab. Bukan cuma dari institusi yang meyakinkan kalau vaksin tersebut baik, tapi juga penyelenggara seperti pemerintah juga harus turun tangan. Bahaya loh akibatnya, deffect yang kurang dari 1% bisa meruntuhkan keberhasilan yang 99%.

Yang jelas, saya yakin vaksin membantu untuk melanggengkan eksisnya manusia di muka bumi ini. Udah gitu aja.

Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment