Apa itu Fakir dan Miskin?

Hanan Attaki - islami.co
Sudah beberapa hari ini dengar Spotify Hijrah Kuy. Semacam podcast yang isinya ceramah-ceramah. Memang bukan diproduksi sendiri, tapi ngambil rekaman video yang audionya diupload ulang. Salah satu yang saya ingat dan dengarkan adalah ceramah dari Hanan Attaki, ustadz yang core dakwahnya soal pernikahan.

Katanya, buat yang belajar ilmu agama, jangan pernah mengambil arti dari satu sudut pandang saja, tapi dari sudut pandang lain juga. Contohnya saja anjuran menikah saat fakir. Hanan Attaki kemudian membahas soal Fakir ini.

Menurut ilmu fiqh katanya, Fakir itu adalah kondisi ketika tidak tahu hari ini makan apa. Beda dengan miskin, adalah kondisi dimana tahu hari ini makan apa, tapi tidak tahu besok makan apa. Ingat ya, definisi tidak tahu makan apa itu bukan soal mau beli makanan apa, tapi benar-benar tidak tahu apa yang bisa dibeli atau tidak memiliki makanan.

Itu kalau menurut fiqh, kalau menurut filsafat fakir itu adalah kondisi ketika kita merasa kurang. Merasa kurang itu korelasinya dengan kepuasan, jadi menurut ilmu filsafat ketika kita dalam kondisi selalu merasa kurang, maka kita ini fakir. Pernah dengar hadits ini?

كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا

Secara bebas banyak yang mengartikan Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran. Padahal kalau merunut dari penjelasan Hanan Attaki sebelumnya yang dimaksud itu bukan Miskin, melain perasaan tidak puas yang selalu merasa kekurangan yang mendekatkan kita kepada kekufuran. Pingin lebih, pingin lebih dan terus lebih hingga kita malah lupa bersyukur.

Oh iya, jangan juga samakan konsep fakir secara filsafat ini ketika khotib atau penceramah bilang dirinya fakir. Karena maksudnya sang khotib dan penceramah itu pingin bilang kalau dia banyak kekurangannya juga.

Udah gitu aja, semoga bermanfaat.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment