Pengalaman Naik Citilink Pasca Kecelakaan Pesawat

Pesawat citilink di bandara Komodo.
Banyak sekali literatur yang mengatakan kalau transportasi udara adalah moda transportasi paling aman di dunia. Dibilang paling aman salah satunya karena begitu ketatnya regulasi yang mengikat. SOP maskapai diawasi, produsen pesawatnya juga ketat, bahkan setiap sebelum lepas landas dan setelah mendarat harus dilakukan pemeriksaan. Makanya kalau ada yang kecelakaan, seluruh dunia langsung heboh.

Beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 29 Oktober 2018 dunia penerbangan terguncang karena kecelakaan pesawat 610 milik Lion Air. Di pagi yang nyantai dapat berita itu tuh kayak petir di siang bolong. Serasa hari berjalan baik-baik saja, eh tahu-tahu ada tragedi. Yang kampret sih bukan soal seluruh media fokus meliput tragedi tersebut, tapi yang ngeselin adalah munculnya berita-berita yang membumbui rasa takut naik pesawat.

Dari mulai informasi rekrutmen pilot yang serampangan, hingga gaya hidup petugas pesawat yang dibongkar kebiasaan buruknya. Padahal saya tahu persis kawan saya yang jadi Pramugari betapa sehat gaya hidupnya. Berita-berita bumbu yang meningkatkan rasa takut naik pesawat itu nempel dong di benak saya. Secara tidak sadar, saya jadi takut naik pesawat. Ya namanya tidak sadar, ya kadang berasa kadang tidak.

Penampakan jendela saat di udara
Logikanya begini deh, kalau naik mobil, saat mesin mati yang tinggal berhenti aja, bisa turun terus dorong. Lah kalau di pesawat yang sedang di udara? Terus mesinnya matek gimana? Artinya resiko yang 0 saat menggunakan moda transportasi darat atau laut, bisa jadi resiko kematian saat di pesawat udara. Jadi, sangat wajar kalau takut.

Dan benar saja, akhir November 2018 kemarin saya implementasi project di Labuan Bajo. Namanya jauh, mau gak mau kudu naik pesawat. Maskapai yang kemarin kecelakaan jadi pesan serius dari kami yang pingin berangkat, Tolong jangan pakai! Management mendengar dan kami dibelikan tiket Citilink. Yang mana untuk rute ke Labuan Bajo sendiri, citilink baru beroperasi kurang dari 1 bulan.

Ah mending lah naik citilink. Begitu pikir saya, karena saya sering dengar cerita dari Om dan Tante yang gawe di Garuda, betapa ketatnya SOP di sana.

Tapi emang dasar udah takut ya jiper aja bawaannya. Apalagi kebagian duduk di sayap belakang yang dekat dengan roda belakang. Yang namanya baru lepas landas, pasti ada momentum turun sepersekian detik yang bikin jantung mau copot. Kayak pindah gigi lah. Belum lagi karena duduk dekat roda belakang, momen saat roda ditarik masuk dan momentum turun sepersekian detik itu sukses membuat keringat dingin, kaki berasa tidak napak dan dag-dig-dug di 30 menit awal penerbangan.

Sumpah ini mah kalau ada orang sunda tuh sing loba babacaan! Pokoknya tutup mata dan berdo'a tanpa putus hingga terbang tenang.

Penampakan sayap pesawat di udara.
Baru juga reda rasa takutnya, tiba-tiba pilot bilang kalau cuaca di depan agak mendung, jadinya nih pesawat nabrak-nabrak awan. Nabrak awan buat pesawat itu sama seperti lewat polisi tidur kalau naik mobil. Oalaaaah, jelas nabrak awan itu bikin kurva ketakutan meninggi lagi lah. ASEM!

1 jam perjalanan baru lah jiwa dan raga ini mulai menerima pelan-pelan kalau kondisi terbangnya baik. Dan semakin menenangkan saat hampir tiba di Labuan Bajo, pemandangan jelang mendaratnya itu luar biasa indah. Apalagi ditutup dengan pendaratan yang mulus walaupun jalurnya pendek.

Salut lah buat Citilink, jadi lebih PD naik pesawat lagi jadinya.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment