Berbicara Variabel Membingungkan dan Dapat Merusak Informasi



"Eh tolong dong ambilin itu.. terus itunya dibeginikan dulu ya, biar tidak begini.."
Pernah dengar percakapan kalimat seperti di atas?!? Sebuah kalimat rancu yang banyak variabelnya. Saya sebut variabel karena kata 'itu', 'dibeginikan' dan 'begini' bisa memiliki banyak arti dan maksud. Coba kalau 'itu' diganti menjadi 'laptop', 'dibeginikan' diganti menjadi 'dibakar' dan 'begini' diganti menjadi 'malas'. Jadinya "Eh tolong dong ambilin laptop.. terus laptopnya dibakar dulu ya, biar tidak malas.." Nahloh?!? Jadi kacau kan?!?
Variabel biasanya identik dengan rumus. Saya ingat ketika belajar matematika dulu. Misal, C² = A² + B² dimana C² adalah hasil dari A² + B², sementara A dan B bisa diisi dengan angka. Kalau di dunia pemrograman, variabel itu seperti wadah yang bisa diisi apapun selama tipe datanya sesuai. Dan ternyata istilah variabel ini juga dikenal pada bahasa. Saya ingat pelajaran bahasa Inggris ketika SMP. Seorang guru cantik pernah mengajarkan soal refer. Kalau terjemahan lepasnya merujuk pada sesuatu, bisa itu sebagai objek atau subjek. Misal, Fahmi is a handsome boy, he drop his book on table. Nah kalau kata guru cantik itu, he merujuk pada subjek Fahmi.
Kemarin malam ketika saya sedang makan di sebuah kantin dekat kantor malam hari, ada Sepasang suami istri dan anaknya yang kira-kira berumur 3 tahun duduk di seberang saya. Ketika si ayah bertanya pada anaknya ingin minum apa, lantas si anak menjawab "Itu" sambil menunjuk gambar pada sebuah kedai. Ditanya kembali oleh sang ayah, "Jeruk?!? Jus Alpukat?!? Apa?!?". Si anak tetap menjawab "Itu.." kemudian sang ayah menggendong si anak dibawanya pada spanduk di depan kedai dan anak tersebut menunjuk lugas pada gambar jeruk.
Dari contoh kejadian di atas terlihat sekali betapa kata variabel menimbulkan ambigu yang banyak makna dan membingungkan. Mungkin ini jadi pelajaran untuk saya agar lebih banyak menambah perbendaharaan kata dan sebagai pembelajaran untuk mengenalkan kata lebih banyak pada anak kelak. Jadi lebih efektif dalam berkomunikasi.
Menyinggung soal variabel ini juga saya alami ketika sidang tugas akhir ketika kuliah. Sang dosen penguji sangat alergi dengan kata sifat. Ada salah satu ucapan seperti ini "Dengan menggunakan metode ini, proses pengolahan datanya jadi lebih cepat". Seolah geli dengan ucapan saya tersebut, sang dosen langsung memotong "Tunggu dulu..! Jangan pakai variabel..! Yang dimaksud lebih cepat itu seperti apa?!? Apakah satu menit?!? Dua menit?!? Satuan waktu atau apa?!? Ketika kamu pakai katalebih, harusnya ada perbandingan.. Berdasarkan apa dan mengapa bisa dibilang lebih!?!"
Tamparan sang dosen tersebut seketika menyadarkan saya akan kekurangan yang saya lakukan. Minimal dalam hal bertutur. Mungkin bagi sebagian orang penggunaan variabel dalam bertutur tidaklah penting. Tapi bagi saya yang mungkin karena bergelut di dunia IT menganggap penting. Saya anggap penting karena penggunaan variabel dapat membuat ambigu informasi. Informasi yang ambigu, dapat mengakibatkan kesimpulan yang ambigu pula. Bahkan bisa salah. Kalau misalnya informasi ambigu tersebut digunakan sebagai acuan pembentuk kebijakan, bayangkan kebijakan seperti apa yang akan keluar. Kemungkinan akan kacau kebijakan tersebut.
Tapi jangan salah, berbicara dengan varibel juga bisa membuat populer. Masih ingat dengan kalimat "Secara gitu loh!?!" dan Syahrini dengan "Sesuatu banget ya?!?" Populer bukan?!?
_________________________ , haduh-haduh ini apa sih?!?
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment