Ini Tentangmu, Tentang Kita



Eh, kamu tau gak? Waktu ngeliat kamu tuh ya, sungguh aneh.
Kok ada ya wanita yang kelakuannya kayak kamu sih?
Keras kepala, terkesan tak mau kalah dan nyeleneh.
Belum lagi kalau kamu lagi seneng, udah kayak anak kecil ketemu mainan.
Senangnya bukan main, bisa terbahak sesuka hati, sungguh kekanakan.
Kadang aku tak kuat melihat karena menurutku memalukan.

Kamu inget gak waktu pertama kali kita berkomunikasi?
Kamu berikan gambar berupa brosur tentang Islam Liberal.
Kamu sepertinya gigih sekali ingin mengajakku ke sana biar aku direhabilitasi.
Rasanya kamu seperti menunjuk hidungku kalau aku ini sesat dan bebal.

Makin hari kamu makin gencar.
Mungkin itu sudah jadi sifatmu, membenarkan yang salah.
Seringkali kamu mempertanyakan dan mendebatkan soal alkohol.
Kamu juga menceramahiku soal rokok itu tak benar.
Kita berdua sama-sama keras kepala dan tak mau kalah.
Bagai perdebatan tak berujung antara dua orang tolol.

Perdebatan dan perselisihan kita memanjang.
Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu.

Kamu ingat? Saat kamu bertanya padaku soal alamat di daerah Banten sana?
Aku pun dengan sigap mencarikannya lewat google map.
Menawarkan jasa antar dengan senang hati.
Besoknya kita ke sana.
Berdua naik motor diantara debu-debu dan asap kendaraan yang mengganggu.
Pulangnya, kita makan es duren.
Mangkuknya lucu, ada alpukat, pacar cina, warna-warni.
Setelahnya kita makan shabu-shabu di belakang pasar.
Kita berdua sumringah, saling berceloteh satu sama lain.
Sesekali kita berdebat.
Sampai akhirnya wajahmu cemberut ketika aku menyalakan rokok.
Sampai akhirnya kita selesai dan aku mengantarmu pulang.
Hari itu adalah hari pertama kita menghabiskan waktu bersama.

Satu waktu, kamu menghujani pertanyaan padaku soal shalatku.
Ketika itu aku risih sekali, untuk apa kamu tanya-tanya? toh bukan urusanmu!

Seiring waktu berjalan, aku shalat dan merenung.
Dalam renunganku yang terdahulu, aku teringat soal doaku pada Allah.
"Ya Allah, pertemukan lah aku pada wanita yang dekat padaMU dan bisa membawaku dekat padaMU"
Entah kenapa do'a itu teringat dalam renunganku tadi.
Dan aku ingat kamu.

Lama berselang, setelahnya aku kembali berdo'a.
"Ya Allah, jika dia jodohku, dekatkanlah!"

Entahlah.
Setelahnya kita sering menghabiskan waktu bersama.
Berdua seharian.
Bahkan hingga malam.
Kita makin akrab.
Kalimat-kalimat kepedulian pun terlontar.
Bahasa kita semakin lembut.
Kita lebih banyak tersenyum.
Dan kamu tahu? Aku gemetar karenanya.

Malam itu di Monas.
Ada acara impor persahabatan dari negeri sakura sana.
Itu lah malam pertama kita bergandengan tangan.
Aku tak rela kamu jauh dariku.
Aku ingin membentengimu dengan tubuhku diantara kerumunan penonton konser.
Aku ingin menjagamu.

Pulangnya,
Kita masih bergandengan tangan.
Aku yakin,
Kamu juga merasa hal yang sama denganku.
Dada kita berdebar-debar saat bergandengan.

Kemudian,
Kata sayang terlontar.
Bibirku kelu dan malu.
Dadaku sesak karenanya.
Dan aku semakin takut dekat denganmu.
Sampai sekarang.
Takut.
Tapi senang.

Kemarin,
Kamu bercerita tentang perceraian.
Soal komitmen dan keinginan.
Katamu, jika tak perlu dilanjutkan, maka tak usah berlanjut.
Memang saat itu kamu berceloteh tentang orang lain.
Tapi.
Tahukah kamu?
Saat kamu bercerita tentang itu.
Aku sedih.
Aku marah.
Aku takut.

Aku sedih lantaran kamu begitu mudahnya berkesimpulan seperti itu.
Aku memang tak merasakan apa yang kamu rasakan, namun aku sedih mendengarnya.
Aku marah karena kamu bercerita dengan sepenuh hati, seolah kamu berbicara tentang kita di masa datang.
Aku takut kita akan seperti yang kamu ceritakan.

Sampai sekarang,
Aku masih belum berani bicara serius tentang kita.
Aku ingin ketika seluruh kewajibanku sirna.
Baru aku ingin bicara tentang kita ke depannya.
Bukan diantara kerumunan orang penunggu busway.
Bukan di sebuah ruangan ramai dengan meja-meja dan makanan.
Ini tentang kita.
Dan hanya kita.

Kamu tahu,
Aku masih berdoa pada Allah.
Tentang pantasnya aku untukmu.
Tentang diberinya keberkahan untuk kita berdua.
Tentang diberinya pandangan baik oleh Allah dan oleh orang-orang di sekitar kita.
Tentang terwujudnya mimpi-mimpi baik nan indah kita bersama.

Amin.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment