Indonesia itu bangsa yang korup, korupsinya tinggi
Korupsi itu bikin jengah ya? Setiap kali kita melihat kasus korupsi di media, kita begitu terkaget-kaget melihatnya. Betapa banyak para pemangku tanggungjawab publik begitu banyak tertangkap karena melakukan tindakan korupsi. Saking banyaknya, stigma negatif soal korupsi dan bangsa ini begitu lekat seolah korupsi sudah menjadi karakter bangsa. Kita seolah bermimpi, seandainya tidak ada korupsi di negeri ini, mungkin kita sudah menjadi negara adidaya.
Kisah tentang pengeboman Hiroshima dan Nagasaki mungkin dapat menjadi contoh betapa dahsyatnya peran kualitas SDM. Setelah pengeboman itu, pemerintah Jepang fokus mengumpulkan guru, mendidik mereka, mengirimkannya ke luar negeri untuk kemudian mengajari masyarakat Jepang, agar menghasilkan SDM berkualitas. Hasilnya, dalam jangka waktu satu dekade saja, Jepang mampu bangkit.
Jepang bisa kita jadikan contoh untuk membentuk karakter bangsa. Pendidikan menjadi tonggak utama. Jangan bermimpi ini adalah gerakan instan. Mungkin paling cepat kita baru bisa merasakannya pada generasi berikutnya.
Pendidikan dari Keluarga
Ketika buih-buih kecil di lautan bergabung, lama-lama dia akan jadi gelombang. Suatu saat dia akan jadi gelombang besar yang mampu merubah segalanya.
Pendidikan pertama yang dialami oleh manusia berada pada lingkungan tempat tinggalnya. Ayah, Ibu, Saudara kandnung, Kakek, Nenek, dan seterusnya. Keluarga menjadi pilar untuk mendidik manusia.
Dr Tareq Al Habeeb berpesan pada para orang tua,
- Jika anakmu sering berbohong , itu karena kamu terlalu banyak menghukumnya.
- Jika anakmu tidak percaya diri, itu karena kamu tidak pernah mendukung/memuji dan lebih banyak menghinanya.
- Jika anakmu jarang bicara padamu, itu karena kamu jarang bicara padanya.
- Jika anakmu mencuri , itu karena kamu tidak mengajarinya cara berbagi yang adil.
- Jika anakmu menjadi penakut itu karena kamu terlalu banyak melindunginya dan menakut-nakutinya.
- Jika anakmu tidak hormat pada orang lain itu karena kamu suka bicara keras dan kasar pada anakmu
- Jika anakmu cepat marah, itu karena kamu tidak pernah mendengarkan dan menghargainya.
- Jika anakmu kikir, itu karena kamu tidak suka berbagi dengannya
- Jika anakmu suka membully itu karena kamu sering melakukan kekerasan padanya.
- Jika anakmu tidak tegar dan lemah, itu karena kamu sering mengancam dan mencelanya
- Jika anakmu suka iri hati, itu karena kamu berlaku tidak adil dan suka menolak eksistensinya.
- Jika anakmu suka iseng dan menggangu, itu karena kamu jarang memeluk, mencium dan memujinya.
- Jika anakmu tidak menuruti nasehatmu , itu karena kamu terlau banyak menuntut.
- Jika anakmu tidak pandai bergaul, itu karena kamu terlalu sibuk dengan pekerjaanmu.
Seorang kawan mengingatkan bahwa anak itu seperti sponge. Dia dengan mudah menyerap apa yang dia dengar, lihat dan rasakan. Maka segala sesuatu yang dialami oleh si anak akan menentukan seperti apa karakternya kelak. Pembentukan karakter anak bisa mengacu pada 14 poin di atas. Mau seperti apa karakter si anak kelak, orangtua dan keluarga bisa menentukan dan saling membantu.
Agama sebagai Pilar
Selain 14 trik di atas, kenalkan agama dan jadikan agama sebagai benteng. Gambaran mengenai surga dan neraka. Ceritakan siapa-siapa saja penghuni surga. Dan siapa-siapa penghuni neraka. Tuhan tidak pernah tidur, Tuhan Maha Melihat. Kalau iman sudah tangguh, maka segala bentuk godaan untuk melakukan kejahatan tak akan ampuh.
Media memberi Kesan
Media juga punya peran penting dalam membentuk karakter bangsa. Kita akan berpikir 'enaknya jadi koruptor' kalau media menampilkan wajah sumringah tersangka korupsi dan menampilkan kemewahan sang koruptor.
Tersangka korupsi itu seperti artis di atas panggung. Bukannya malu dan sedih, justru si pelaku korupsi yang tidak tahu malu malah tersenyum dan melambai pada kamera. Seharusnya adegan ini tidak ditampilkan. Harusnya memberikan kesan bahwa koruptor ini.
Semangat untuk memberikan kesan buruk bagi koruptor ini harus dimiliki oleh setiap reporter dan para editor media. Diharapkan informasi-informasi yang masuk pada pemirsa dan pembacanya dapat membangun waspada dan kebencian terhadap korupsi. Sehingga kelak karakter anti korupsi akan terbangun.
Peran Penegak Hukum
Sungguh menyebalkan ketika mendengar banyaknya penegak hukum yang justru 'bermain' dalam kasus korupsi. Ada yang menjadi tersangka. Ada yang membantu koruptor untuk bisa tidak terjerat. Stigma penegak hukum lebih brengsek dari koruptor. Bahkan 'penegak hukum sarang korupsi' banyak dialamatkan karena kasus-kasusnya. Pucuk-pucuk pimpinan penegak hukum sekarang sudah banyak berkomitmen untuk melakukan reformasi birokrasi. Merubah aturan menjadi lebih ketat untuk oknum-oknum yang terindikasi melakukan korupsi. Semangat anti korupsi sudah mulai dihembuskan di dalam. Kurikulum anti korupsi sudah jadi kurikulum wajib pada setiap instansi pemerintah dan penegak hukum. Harapannya kelak petugas-petugas anyar akan lebih kuat bentengnya terhadap serangan korupsi.
* * *
Semisal 4 langkah di atas dilakukan dengan serius dan berkelanjutan. Yakin lah, paling cepat dalam waktu 10 tahun kita bisa menciptakan karakter bangsa y ang baru, karakter bangsa yang anti korupsi.
0 komentar :
Post a Comment