Scrum Lebih Mudah dengan Samsung Galaxy Note Edge

Baru beberapa bulan ini saya menempati tempat kerja yang baru. Di tempat kerja ini saya ditunjuk sebagai system analyst. Bisa dibilang orang yang bertanggungjawab untuk menganalisa sebuah sistem sebelum sistem tersebut ditransformasi menjadi aplikasi. Segala macam pendefinisian fitur ada di tangan saya. Segala fitur harus saya definisikan sebelum dilemparkan pada tim development


Aplikasi yang sedang kami develop adalah aplikasi web yang nanti cita-citanya juga akan merambah pada perangkat mobile. Mengingat tempat kerja saya yang sekarang adalah agency marketing yang lebih fokus pada marketing digital maka hasrat untuk mengikuti perkembangan teranyar juga menjadi tuntutan.


Salah satu implikasi mengikuti perkembangan teranyar juga terasa pada tim development software di mana saya berada. Saat ini kami menggunakan metode scrum. Sebuah metodologi pengembangan software yang dalam setiap prosesnya dikenal dengan istilah sprint..


Pada metodologi waterfall (sebuah metodologi software development), setiap fase development dilakukan secara khusus. Tidak bisa dicampur. Sehingga proses penyelesaian sebuah product akan menjadi lebih lama.


CollabNet Youtube Channel - Introduction to Scrum - Simulasi SDLC Waterfall.png


Menurut Dr. Winston W. Royce (seorang ilmuwan komputer), “Konsep pengembangan software di atas penuh risiko dan dan memiliki tingkat kegagalan yang tinggi”. Hal ini sangat mungkin terjadi ketika tim development membuat sebuah aplikasi yang sangat rumit. Artinya dari awal ketika masuk tahap analisa, seorang analyst harus memiliki prediksi yang sempurna. Begitupun selanjutnya, designer pula dituntut hal serupa, dan seterusnya. Hal ini tidak mungkin terjadi. Dan tingkat kegagalannya akan semakin tinggi.


Berbeda dengan metode waterfall, scrum methodology menggabungkan fase analysis, design, code, integration, test dan deploy dalam waterfall menjadi satu. Setiap iterasi lingkupnya menjadi lebih kecil yang disebut sprint. Dalam setiap sprint, requirement hingga hasil akhir yang dihasilkan tidak dalam skala yang besar, namun dalam skala yang kecil yang terjangkau.


CollabNet Youtube Channel - Introduction to Scrum - Simulasi sprint dengan seluruh stakeholder.png


Dengan scrum methodology dan tergabungnya saya ke dalam tim development scrum sebagai system analyst, maka saya harus turut serta dalam segala meeting scrum development. Setidaknya ada 5 jenis meeting yang perlu saya ikuti dan ketahui.


CollabNet Youtube Channel - Introduction to Scrum - Jenis-jenis meeting dalam scrum.png


Sprint Planning Meeting; adalah pertemuan yang membahas iterasi sprint. Pada pertemuan ini harus dikeluarkan task-task yang akan dikerjakan oleh tim developmen. Segala task akan dibuatkan progresnya dan setiap orang yang bertanggungjawab terhadap task harus menyelesaikan task tersebut tepat waktu.


Daily Scrum; adalah pertemuan harian yang membahas segala kendala dan permasalahan dalam menyelesaikan task yang sudah dibuat pada Sprint Planning Meeting.


Sprint Review Meeting; Jika disepakati satu iterasi (sprint) adalah 2 minggu, maka pertemuan review ini dilakukan pada akhir iterasi. Tujuannya untuk mengukur skala keberhasilan dari sprint yang sudah dijalankan.


Sprint Retrospective Meeting; adalah kelanjutan dari sprint review meeting. Pada pertemuan ini akan dibahas segala rencana untuk pencapaian sprint yang berikutnya agar lebih berhasil.


Selain empat pertemuan di atas, masih ada satu lagi yaitu Backlog Refinement Meeting. Pertemuan ini diinisiasi oleh product master untuk melihat pencapaian iterasi yang berdampak pada perubahan requirement atau spesifikasi aplikasi yang sedang dibuat.


Proses di atas akan terus berlanjut hingga sang product master puas dengan hasil productnya.


Apa yang saya perlukan?


Samsung Galaxy Note Edge adalah jawaban. Sebagai seorang system analyst saya bertanggungjawab untuk membuat secara terperinci setiap requirement-requirement yang dikeluarkan oleh product master. Segala requirement harus mampu dipecah setidaknya menjadi konsumsi designer, konsumsi coder, dan konsumsi tester.


samsung-galaxy-note-edge-designboom01.jpg


Saya harus mampu membuat catatan-catatan terperinci atas setiap requirement yang dikeluarkan oleh product master. Catatan-catatan tersebut akan dengan mudah saya lahap dan catat dengan menggunakan Samsung Galaxy Note Edge. Dengan S Pen stylus, saya dapat dengan mudah mencatatkan keinginan sang product master layaknya saya menggunakan catatan agenda saya.


Segala catatan-catatan yang saya buat, selanjutnya akan saya masukkan ke dalam Trello; adalah sejenis Tools untuk mengkolaborasikan project. Tools ini sudah tersedia dalam platform android dan IOS. Dengan tools ini segala macam task dapat dipantau dengan mudah. Setiap task yang sudah diselesaikan, akan mengirimkan notifikasi. Dengan Samsung Galaxy Note Edge, notifikasi akan muncul dengan cantik pada layar edge di sisi. Kapan pun dan di mana pun saya bisa memantau progress dengan baik.


samsung-galaxy-note-edge-notif.png


Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa saya sebagai system analyst akan turut serta dalam pelbagai meeting yang di-assign pada metodologi scrum. Pada Sprint Planning Meeting, dengan bantuan Samsung Galaxy Note Edge  saya bisa langsung membuat draft task card yang selanjutnya akan saya buat lebih rinci untuk selanjutnya saya distribusikan pada designer, coder dan tester.


Pada Daily Scrum Meeting, saya akan dengan mudah melaporkan progress pencapaian secara harian. Saya cukup membuka aplikasi Trello pada Samsung Galaxy Note Edge saya untuk menyampaikan persentase perolehan sesuai dengan task card yang sudah diselesaikan oleh tim scrum development.


Pada Sprint Review Meeting, saya cukup melihat segala keluhan dan catatan ketidakberhasilan dalam genggaman saya. Dengan Samsung Galaxy Note Edge, saya dapat langsung melihat persentase progres dari task card yang sudah saya catatkan pada Trello.


Pada Sprint Retrospective Meeting yang merupakan kelanjutan dari sprint review meeting. Dengan Samsung Galaxy Note Edge, saya dapat langsung melihat segala laporan dari tim scrum development yang sudah saya catatkan. Dengan catatan ini, saya dan tim sprint review dapat menganalisa dan menentukan rencana yang tepat dalam menentukan bobot dan rencana pada iterasi sprint selanjutnya.


Dan yang terakhir, kapan pun sang product master meminta saya untuk turut serta dalam Backlog Refinement Meeting, saya akan dengan mudah membuat minutes of meeting pada Samsung Galaxy Note Edge milik saya. Untuk selanjutnya minutes of meeting  yang sudah saya buat dapat dengan mudah saya distribusikan pada setiap stakeholder yang membutuhkan.


Disamping kebutuhan-kebutuhan scrum di atas, di luar jam kerja, ketika saya menemukan ide, gambar, atau pun pemikiran menarik. Saya dapat dengan mudah mencatatkannya pada Samsung Galaxy Note Edge. Di mana pun dan kapan pun dengan dukungan Jaringan 4G Network pada Samsung Galaxy Note Edge, saya dapat langsung mencatatkannya pada catatan online milik saya.


Bahkan ketika saya malas untuk mencatatkan kejadian yang memunculkan ide dan pemikiran yang menarik, saya cukup mengabadikannya dengan kamera utama milik Samsung Galaxy Note Edge. Dengan besaran 16 megapiksel, dan resolusi sebesar 3456 x 4608 pixels saya dapat melihat hasil gambar yang jernih. Ditambah lagi dengan fitur optical image stabilization dan autofokus, hasil gambar pasti lebih tajam.


Kapan pun, di mana pun dan pada kondisi apa pun, dengan Layar tipe Super AMOLED capacitive touchscreen 16M colors milik Samsung Galaxy Note Edge, saya tidak punya alasan lagi untuk mencari tempat yang lebih redup untuk melihat apa yang terjadi pada layar Note Edge milik saya. Saya dapat langsung melihat apa yang terjadi di layar tanpa hambatan.


Yang pasti, dengan Samsung Galaxy Note Edge, tidak hanya pekerjaan saya yang terbantukan. Kehidupan sosial saya juga terbantukan. Selain menambah derajat ketampanan, Samsung Galaxy Note Edge juga menambah derajat kemapanan.


__

tulisan ini dibuat untuk disertakan dalam #MyNoteEdge

Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment