Tanpa Kembalian, Kiat Mudah Bertransaksi dengan Uang Elektronik


“Kembaliannya boleh disumbangkan Pak?”
Kayaknya begitu tuh yang sering keluar dari penjaga kasir kalau dia tidak menemukan uang kembalian untuk pembeli. Kalau pembelinya kekeuh untuk tidak mau memberikan sumbangan, kadang si kasir mengembalikan uang pembeli dengan pernak-pernik berupa permen, persis seperti acara sawer pernikahan adat sunda. Ada receh dan ada permen.

Perkara uang kembalian ini bukan hal sepele. Pernah membayangkan berapa nominal yang diperlukan oleh sebuah pintu gerbang keluar tol dalam satu hari? Mungkin bisa jutaan bahkan puluhan juta untuk gerbang tol yang ramai pengguna. Deputy General Manager Traffict Management PT Jasa Marga Cabang Jakarta-Tangerang Andrie Kustiawan mengatakan bahwa untuk tol Jakarta - Tangerang saja mencairkan hingga 1 miliar untuk mengantisipasi uang kembalian pada arus mudik lebaran. Fantastis ya.

Proses uang kembalian ini juga agaknya menyita waktu. Sang kasir perlu waktu tambahan untuk mengumpulkan dan menghitung kembali uang kembalian sebelum diberikan kepada pembeli. Proses ini mungkin tidak lebih dari 5 detik, namun di era yang serba cepat sekarang ini, tetap saja menyita waktu terlebih jika antrian panjang

Mengenal Uang Elektronik

Salah satu cara yang sedang ‘happening’ untuk mengurangi masalah kembalian adalah dengan menggunakan uang elektronik. Uang elektronik adalah alat bayar dengan menggunakan media tertentu. Pengisian nominalnya disetor di awal. Bisa pada saat pembuatan media pembayaran (misal kartu) dan atau sebelum melakukan transaksi. Uang elektronik ini bukan merupakan simpanan, sehingga tidak memperoleh bunga.

Uang elektronik memiliki 4 karakteristik. Yang pertama nominal kecil; uang elektronik cenderung digunakan pada transaksi-transaksi dengan nominal kecil yang rutin. Ini lah sebabnya beberapa layanan uang elektronik hanya membatasi nominal maksimal hanya hingga satu juta saja. Yang kedua, frekuensi sering; penggunaan uang elektronik sangat rutin dan sering. Seperti pembayaran moda transportasi masal. Yang ketiga, digunakan secara massal; seperti yang dijelaskan sebelumnya, uang elektronik dapat digunakan sebagai alat pembayaran tol dan transportasi umum yang sifatnya massal. Yang terakhir, transaksi cepat; ini salah satu keuntungan  uang elektronik. Cukup tempel medianya, transaksi langsung beres. Tanpa perlu menunggu uang kembalian.

Jenis-jenis Uang Elektronik

Uang elektronik terbagi menjadi 2 jenis. Jenis berdasarkan media dan jenis berdasarkan pencatatan. Berdasarkan media, uang elektronik terbagi menjadi 2, chip based (offline); dimana nilai uang disimpan dalam media chip dan transaksi dilakukan secara offline. Selanjutnya terdapat pula server based (online); dimana nilai uang disimpan dalam server dan transaksi dilakukan secara online.
Sedangkan berdasarkan pencatatan, uang elektronik juga terbagi menjadi 2, registered; dimana data identitas pemegang terdaftar dan tercatat pada penerbit uang elektronik. Dan unregistered; dimana data identitas pemegang tidak terdaftar dan tercatat pada penerbit uang elektronik.


Setidaknya saat ini beredar sedikitnya 8 produk uang elektronik yang dikeluarkan oleh Bank (penerbit uang elektronik). Beberapa diantaranya sudah sangat familiar bagi para roker (rombongan kereta - pengguna commuter) dan para pengguna transjakarta. Selain karena ‘terpaksa’ mengikuti sistem yang diterapkan PT KAI Commuter Jabodetabek dan PT Transportasi Jakarta, dengan menggunakan uang elektronik transaksi menjadi lebih ringkes dan cepat.

Disamping chip based, ada juga server based yang rata-rata dikeluarkan oleh provider telekomunikasi seluler. Penggunaan uang elektronik yang dikeluarkan oleh provider ini banyak digunakan secara luas untuk melakukan transaksi online dalam pembelian aplikasi berbayar pada smartphone. Sebagai alat pembayaran pada google play store, apple store dan sebagainya yang nanti aplikasi tersebut dapat digunakan pada piranti smartphone, tablet, atau bahkan komputer.

Tips Penggunaan Uang Elektronik

Zaman yang semakin canggih dan mobilitas yang semakin tinggi menuntut kita untuk melakukan segalanya serba cepat. Transaksi dengan uang elektronik sungguh menjawab tantangan ini. Namun perlu diingat bahwa setiap muncul teknologi anyar yang canggih, juga muncul resiko-resiko baru yang menyertainya. Bukan karena teknologi tersebut memiliki resiko lantas kita meninggalkan, tapi lebih bijak kalau kita mengenalnya untuk kemudian kita terapkan sebagai bahan antisipasi.

Yang sangat perlu disadari adalah bahwa uang elektronik adalah pengganti alat pembayaran, artinya ketika kita kehilangan uang elektronik, itu artinya sama seperti kita kehilangan uang cash. Maka perlakukan secara lebih berhati-hati. Jangan mentang-mentang karena tidak memegang bentuk fisik uang lantas kita jadi tidak peduli.

Periksa saldo secara berkala. Hal ini penting untuk mengevaluasi daftar pengeluaran yang sudah kita lakukan. Bisa juga kegiatan rutin ini menjadi cara untuk menemukan merchant-merchant yang bermain curang.

Pastikan juga tidak terjadi pendebetan melebihi transak yang dilakukan. Sudah banyak beredar keluhan kalau operator sering kali melakukan tap lebih dari satu kali. Mungkin dilakukan karena kurang yakin pada tap sebelumnya atau karena hal lain. Ingatkan dan awasi penggunaan uang elektronik ketika sedang bertransaksi.

Akhir kata, mengutip pesan Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) bahwa apapun produknya, ingat! Pastikan manfaatnya! Pahami resikonya! Dan perhatikan biayanya!
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment