Semoga Timnas U-23 Jadi Penenang Hati yang Berseteru



Beredar sebuah meme kalau Menpora sedang memberantas mafia sepak bola di negeri ini. Dikesankan bahwa mafia bola itu bermarkas di PSSI dan Menpora kudu memberantas. Hingga muncul Menpora vs PSSI. Ini agaknya hal ini terlalu lebay walau pun yang begitu sering muncul. Dua badan ini sedang berseteru.
Ini dua-duanya sama-sama gila. PSSI dengan angkuhnya tidak mau dikoreksi dan diberi masukan. Institusinya kudu independen katanya. Enggak boleh ada campur tangan pemerintah. Tapi begitu diminta penjelasan malah u'u a'a u'u a'a.
Menpora yang merasa perlu menyentil PSSI berlaku tak kalah angkuh. Dengan gagahnya meminta kepolisian untuk tidak memberikan ijin pertandingan. Lah kalau sudah begini kan pertandingan kagak bisa jalan. Trus pas PSSI membekukan (entah bahasa apa yang pas) Liga, Menpora malah menyalahkan PSSI atas berhentinya liga.
Percaya deh kalau ada duit besar di bidang olah raga terfavorit negeri ini. Duit ini sangat besar hingga sulit sekali untuk ditembus. Bahkan kayaknya media udah mulai ikutan. Tidak percaya? Lihat saja Mata najwa episode PSSI yang tayang bulan mei kemarin. Tonton saja di youtube. Sorak soray hinaan riuh terdengar ketika menyebut salah satu kubu. Seperti penonton bayaran.

Bisa jadi kalau kubu yang satunya datang. Mereka juga bakal bawa massa. Kebayang kalau kedua massa bentrok di studio. Pasti seru. Setuju banget sama usul dari narsum di Mata Najwa. Kenapa tidak dibuat tim konsolidasi saja. Sehingga tidak harus mengganggu jalannya liga.

Yaaah. Perseteruan masih sedang terjadi. Sanksi FIFA pun sudah turun kasih sanksi. FIFA yang katanya sekarang sedang ompong. Tapi tetap saja Liga tidak berjalan sekarang. Klub-klub sudah memikirkan untuk bubar jalan. Kembalikan uang investasi, siap putuskan kontrak para pemain. Kebayang enggak sih berapa ribu pemain yang periuknya cuma dari sepakbola? Tarkam mungkin jadi pilihan.
Iya tarkam. Dari liga profesional, mereka-mereka yang profesional ini akan turun kelas ikut permainan sepakbola amatir antar kampung. Berharap nanti tarkam jadi okeh dan bisa menularkan bibit profesional sepakbola di level bawah? Ini jalan panjang yang pasti perih. Dan belum tentu berhasil. Itu kan yang pemain dan atlet. Yang official gimana? Berapa sih kira-kira ledakan pengangguran akibat polemik ini?
Bisa enggak sih orang-orang yang katanya intelek dan berotak itu memikirkan nasib orang-orang yang sudah menaruhkan nasib di bidang ini? Tidak-kah mereka melihat mata-mata bercahaya penuh harap pasukan timnas U-23 yang semalam menang atas Filipina di SEA GAMES? Kemana mereka setelah ini? Berharap saja Timnas dapat emas di SEA GAMES. Semoga prestasi mereka jadi peluluh hati yang keras para intelek dan berotak itu. Setidaknya kalau pun tidak luluh, kita masih bisa tersenyum bangga. Dihukum FIFA aja kita dapat emas. Keren kan?!?
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment