Serunya Mengurus SKCK


Keinginan kuliah memaksa saya untuk mengurus SKCK di domisili asal. Sebuah hal yang menyebalkan sebetulnya harus mengurus surat ini itu mengingat saya saat ini tinggal di daerah Krukut, Depok. Yang lebih menyebalkan lagi, keperluan mengurus SKCK itu harus berlangsung pada hari  kerja. Artinya saya harus meluangkan waktu pada hari kerja untuk mengurusnya (baca : bolos).

Karena saya kepingin mengurus SKCK beres dalam tempo satu hari, maka saya memutuskan untuk berangkat ke Cikarang selepas pulang kantor. Saya sudah kebayang ribetnya ngurus SKCK. Dari yang saya baca-baca di Internet, SKCK kudu ada pengantar dari Kelurahan/Desa. Dan untuk mendapatkan surat pengantar Kelurahan jelas harus ada pengantar dari RT terlebih dahulu.

Ternyata saya tidak bisa langsung ke Cikarang selepas pulang kantor, saya harus mengantar paket dulu ke rumah. Iya, paket dari Bilna dikirim ke kantor. Paket yang dibeli ketika Harbolnas kemarin sama istri. Jadi, saya baru dapat bis sekitar jam 10 dan tiba di Cikarang sekitar setengah dua belas malam.

Suasana jalan diambil dari dalam bis. Blur-nya pooolll
_____
Paginya jam 7 saya langsung meluncur ke rumah Pak RT. Rada enggak enak juga waktu ngurus surat, karena Pak RT masih tidur. Saya langsung inisiatif mengurus 2 surat pengantar sekaligus. Surat untuk mengurus SKCK dan surat untuk pindah domisili.

"Nanti kalau udah dari desa, kasih tau saya aja. Biar saya antar ke kantor polisinya." Arif menawarkan. Arif adalah anak dari Pak RT yang juga ada di situ. Dia baru bangun juga.

Selesai dapat dua surat pengantar, saya kembali pulang ke rumah paman. Ngurus surat selesai jam 7.30an. Sementara menunggu kantor desa buka jam 9, saya beberes saja dulu di rumah. Menyiapkan segala dokumen sambil merapihkan pakaian.
____
Jam 9 saya langsung ke kelurahan. Di sini saya langsung minta diurus dua surat pula. Surat pengantar ke kantor polisi untuk mengurus SKCK dan surat untuk pindah domisili. Mengingat suasana masih sepi, saya langsung dilayani petugasnya. Saya hanya perlu menyerahkan fotokopi KTP saja, selebihnya petugas yang uruskan.
Mesin tik yang ada di meja kerja di Kelurahan. Canggih, zaman sekarang masih ada. Tapi sudah tidak dipakai sepertinya.
Selepas beres dapat surat, saya langsung menuju cetak foto. Saya perlu cetak foto dengan background warna merah. Oh iya, menurut kabar, untuk mengurus SKCK perlu background foto warna merah. Selain mencetak 6 helai foto 4x6, saya juga memfotokopi kembali beberapa dokumen yang sekiranya diperlukan untuk mengurus SKCK nanti.

Beres cetak dan fotokopi, saya langsung kontak Arif untuk mengantar saya ke kantor polisi urus SKCK. Kami janjian di Indomaret dekat rumah.
____
Ini banner yang terpampang di kantor polisi. Lengkap dengan segala persyaratannya.

Sampai di kantor polisi, ternyata masih ada beberapa dokumen yang kurang. Saya perlu fotokopi KTP yang diperbesar dan ijasah pendidikan terakhir. Tiba-tiba saya langsung kepingin pulang saja, karena saya ingat betul kalau ijasah pendidikan terakhir saya sedang dibawa ke Bandung untuk dilegalisir karena keperluan kuliah ini.

Beruntung saya ingat kalau rasanya saya pernah menyimpan bentuk digital ijasah saya ini. Saya bongkar kembali email saya. Dan alhamdulillah, ijasah yang saya perlukan ada di salah satu thread email yang saya gunakan untuk melamar kerja setahun lalu. Menurut penjaga loket SKCK, loket buka sampai jam 3 sore dan istirahat jam 12 hingga jam 1 siang. Artinya saya masih punya waktu, saya dan Arif langsung mencari tempat print terdekat. Hari sudah menunjukkan jam 11.

Pencarian tempat print ternyata tidak mudah, butuh waktu 20 menitan untuk mendapatkannya. karena hampir jam 12, kami memutuskan untuk makan dan solat duhur terlebih dahulu sebelum kembali ke polsek. Karena kami tahu, penjaga loket tentu sedang istirahat sekarang ini.
____

Benar saja, begitu kami tiba loket masih tutup karena istirahat. Saya dan Arif lalu sedikit berbincang. "Enak kali ya di Bandung..!?!", Begitu yang diucapkan Arif untuk memulai percakapan. Kami lantas larut dalam cerita tentang Bandung. Ia lebih banyak mendengarkan karena saya punya secuplik kisah waktu kuliah di Bandung.

Entah umurnya berapa Arif ini. Tapi yang jelas dia sekarang berprofesi sebagai tukang ojek. Kalau Dari tampang, mungkin usia 20an awal. Giginya tampak berkawat menandakan dia anak muda yang kekinian. Tutur bahasanya sopan dan dia tidak merokok. Penting banget ya bilang anak muda usia 20an tidak merokok. Karena biasanya rokok jadi bukti eksistensi anak muda daerah satelit Jakarta.

Matanya sangat bersinar ketika saya bercerita tentang Bandung, Malang, dan kota-kota yang pernah saya kunjungi. Cuma secuil secuil ceritanya. Tapi Arif menyimak dengan khidmat. Terasa sekali gregetnya waktu menyimak ceritaku. Sepertinya dia ingin langsung pesan tiket terus pergi ke Bandung.

Pikiran saya Agak ngelantur. Mungkin banyak pemuda-pemudi macam ini yang belum 'kenal' dunia lantas diiming-imingi keindahan lalu dengan mudah diajak. Berapa banyak pemuda-pemudi yang diimingi mimpi lantas berakhir kelam? Serem ya.

Pada Arif saya hanya berbicara sedikit tentang keindahan kota-kota tadi. Bagaimana keadaannya dan seterusnya. Saya juga menekankan kalau kota-kota tadi maju karena kreatifitas penghuninya. Pemuda-pemudi yang cinta daerahnya Dan ingin membangun tempat asalnya.

Sedang asik ngobrol, tiba-tiba loket diserbu. Ternyata sudah buka, saya lalu ikutan. Setelah menyerahkan berkas syarat-syarat pengurusan, saya diminta biaya administrasi SKCK sebesar 10 ribu dan diberikan form TIK untuk SKCK. Saya isi, kemudian saya serahkan kembali pada penjaga loket. Tidak lama SKCK saya jadi.

"Fotokopi terus balik lagi ya mas, dilegalisir dulu", kata penjaga loket.

Setelah selesai fotokopi, balik lagi, tidak sampai 10 menit, legalisir SKCK saya sudah di tangan. Tepat jam 3 sore urusan saya dengan SKCK sudah selesai, waktunya pulang.Pertemuan dan percakapan dengan Arif juga harus diakhiri. Saya kemudian meminta padanya untuk diantar ke terminal.

"Terima kasih ya. Hati-hati. Assalamualaikum"

Begitu sapa terakhir saya di terminal pada Arif sambil memberi beberapa lembar uang karena sudah jadi ojek pribadi seharian.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment