Orangtua Harus Bergerak dan Berpikir, Biar Enggak Stress



"Jangan lupa shalat ya mi."

Begitu yang selalu diingatkan mamah setiap kali akan menutup telepon. Saya memang rutin meneleponnya minimal 1 minggu sekali. Sekadar menanyakan kabar. Sebenarnya sih saya menelepon orang tua seminggu sekali lantaran khawatiri. Banyak kabar terdengar banyak orang tua meninggal lantaran stress. Stress karena tidak ada yang diurusi.

Kenapa bisa stress? Begini, untuk laki-laki, ketika terbiasa pagi bekerja, pulang malam karena pekerjaan, lalu harus pensiun karena usia, tentu punya tantangan tersendiri. Badan dan pikiran yang sudah terbiasa beraktifitas karena bekerja tiba-tiba mendadak berhenti tanpa kegiatan tentu bisa membuat mati karena bosan. Begitu juga perempuan. Ibu yang biasa mengurus anak-anak jelang sekolah, pusing soal kenakalan anak, atau ribet karena mengurus biaya kuliah juga kegiatan yang tentu saja menyita fisik dan emosi. Ketika kegiatan fisik dan emosi tadi hilang, tentu bisa membuat bosan yang sangat menyiksa.

Begitu saja sih alasan saya menelepon kedua orang tua saya setiap minggu. Kadang setiap hari. Hanya ingin mendengarkan suara dan cerita mereka di kampung halaman sana. Saya memang lebih banyak bercerita dengan Mamah, maklum anak laki memang cenderung lebih dekat dengan ibunya. Tapi beruntung karena Mamah yang cerewet, saya bisa tahu semua kejadian yang mereka alami.

Papap, begitu saya memanggil ayah adalah seorang pegawai dari sebuah BUMN. Ia pergi pagi dan pulang malam setiap harinya. Bahkan ketika kami sekeluarga pindah ke Bekasi sementara kantor Papap ada di Jakarta, beliau pulang sampai rumah jam 10 malam setiap malamnya. Sementara berangkat harus sebelum jam 6 pagi. Kata Papap, kalau berangkat jam 6, bisa sampai kantor jam 9, sementara kalau setengah 6, sampainya jam 8 pagi. Hanya beda berangkat setengah jam, tapi beda tiba di kantor bisa sampai 2 jam. Lalu lintas Jakarta awal 2000an sudah menunjukkan gejala padat.

Lain lagi kalau saya berbagi cerita tentang Mamah. Mamah bisa dibilang penyakitan. Entah dapat dari mana penyakit yang dialami Mamah. Ada saja penyakit yang dialami oleh Mamah. Beberapa kali bulak-balik masuk rumah sakit karena harus operasi. Yang saya ingat, Mamah pernah operasi Ambeien, itu dulu waktu saya masih SD. Agar tidak terlantar, saya dititipkan di rumah Tante di daerah Jonggol.

Selanjutnya waktu saya usia kelas 4 SD, rahim Mamah harus diangkat lantaran Mamah mengalami 'hamil anggur'. Sejauh yang saya ketahui sekarang, hamil anggur adalah istilah dimana ketika janin dalam rahim gagal mengalami pembelahan sempurna. Yang harusnya janin membelah pelan-pelan menjadi bayi dalam kandungan, justru hanya menjadi buih-buih dalam rahim. Akibat 'hamil anggur' ini saya batal memiliki adik dan rahim Mamah harus diangkat.

Selain itu, Mamah juga mengidap katarak. Karena katarak yang sudah parah, mamah harus menjalani operasi. Yang namanya operasi mata itu penyembuhannya sangat menyita waktu dan energi. Banyak sekali pantangan yang harus dihindari. Salah satunya adalah konsumsi santan. Oh iya, Mamah operasi katarak ini sampai 4 kali kalau tidak salah. Mata kiri 2 kali, mata kanan 2 kali. Namun ketika mata kanan sedang dalam fase pemulihan, Mamah melanggar pantangan dokter dengan makan rendang. Alhasil mata kanan tidak dapat ditolong lagi, mata kanan Mamah sekarang tidak bisa melihat.

Akibat dari beberapa operasi yang dialami Mamah, seringkali Mamah mengalami sakit kepala yang luar biasa. Mamah menguranginya dengan tidur siang saja.

Di sela-sela sakitnya, Mamah masih menjadi Ibu terbaik. Beliau tidak  pernah lupa mendampingi anaknya belajar, memasak, dan tentu saja menjaga warung milik keluarga. Warung yang disiapkan Mamah dan Papap pasca Papap pensiun sebagai tulang punggung keluarga.

Warung dan cita-cita yang dibangun di Bekasi akhirnya harus ditinggalkan. Saya sangat mendukung kedua orangtuaku ini pindah ke Tasikmalaya tempat kelahiran Papap. Saya pikir di sana lebih bersih udaranya. Mungkin kehidupan di sana bisa lebih santai karena persaingan di Tasik tidak akan seperti Bekasi yang penuh dengan keluarga muda yang bersaing di kota Industri.

Mereka sudah jauh dari hingar bingar kota. Saya hanya bisa mendoakan dan menjaga mereka agar tidak bosan. Memberikan kegiatan rutin harian untuk mereka adalah keinginan saya. Sepeda yang biasa dipakai Papap untuk main-main ke Galunggung setiap harinya baru saja hilang. Beruntung ada sepeda milik sepupu di sana yang nganggur. Jadi bisa dipakai. Sementara Mamah, selain urusan rumah tangga, kesibukannya hanya diisi dengan jalan kaki sejauh mungkin. 10 ribu langkah targetnya setiap hari. Tetap bergerak demi menjaga kesehatan.

Bersyukur setahun lalu kakak membelikan kolam ikan tak jauh dari rumah. Jaraknya sekitar 7 km dari rumah. Jadi setidaknya kegiatan harian orangtua bertambah dengan mengurus kolam ikan, membersihkan kebun sekitaran kolam, dan tentu saja untuk mencapai kolam ikan, mereka tempuh dengan berjalan kaki. Lebih sehat.

Harapan saya tidak muluk untuk mereka. Hanya berharap semoga sehat terus Tunggu cucunya lahir. Doakan terus anak-anaknya.

_______

Tulisan ini diturutkan dalam kemeriahan GIVAWAY HARI IBU
yang diadakan oleh bloggerreporter.org 



Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment