Dalam senja malam yang peluk gelap,
Subuh merangkak perlahan membuka tirai,
Matahari enggan menyapa, masih terlelap,
Dini hari, waktu tersembunyi sebelum nyala mentari.
Di keheningan malam yang berselimut dingin,
Langit masih berbisik, bintang-bintang terjaga,
Subuh membawa pesan ketenangan dan kelembutan,
Seperti sajak diam yang menyapa hati yang gundah.
Pada waktu ketika alam berbicara dalam bisikan,
Rimba dan sungai menyanyikan lirik tak terdengar,
Detik-detik dini hari adalah syair tak tertulis,
Mengalir lembut di antara kelopak bunga tidur.
Di senja yang masih merah membara di ufuk timur,
Ruhku merajut impian di benang sajak tak kasat mata,
Subuh, pemintal waktu yang menenangkan,
Mengajak jiwa melantunkan nada kebahagiaan.
Dini hari, rahasia terbuka dalam peluk embun,
Pohon-pohon bisu menjadi saksi bisikan alam,
Sejuknya angin menyapu lara dalam,
Dalam sajak subuh, hati menemukan damai.
Pada dini hari, kata-kata berkisar tanpa suara,
Seperti sayap kupu-kupu yang membentang lebar,
Sajak tak terucap, namun terasa dalam diam,
Sebuah puisi yang hanya bisa diresapi oleh yang mampu merenung.
Tinggallah sejenak, dalam pelukan senyap subuh,
Biarkan setiap serpihan sajak memenuhi rongga hati,
Dini hari, adalah lembaran putih yang menanti,
Untuk diisi dengan makna, dalam sajak yang tercipta sendiri.
0 komentar :
Post a Comment