Oke, gengs, pernah denger nama DN Aidit? Mungkin enggak sepopuler pahlawan super di Marvel, tapi sumpah, kisah hidupnya jauh lebih drama dan penuh liku! Bayangin, dari anak kampung yang peduli rakyat kecil, dia bisa jadi pemimpin partai komunis terbesar ketiga di dunia. Gila, kan? Yuk, kita bedah cerita serunya!
Dari Belitung ke Jakarta: Bibit-Bibit Pergerakan
Jadi, Aidit ini lahirnya di Belitung, namanya Ahmad Aidit. Keluarganya lumayan terpandang, bapaknya pejuang anti-Belanda dan ibunya ningrat. Tapi, beda dari anak-anak ningrat kebanyakan, Aidit kecil ini punya hati yang tulus banget buat rakyat jelata. Dia sering main sama anak-anak nelayan, buruh tambang timah, dan di situ dia ngelihat langsung gimana ketidakadilan itu bekerja. Dia ngerasain banget pedihnya jadi kaum tertindas. Ini nih yang bikin dia mikir keras, "Gue harus ngelakuin sesuatu!"
Enggak cuma di kampung, pas dia pindah ke Jawa, jiwa aktivisnya makin menjadi-jadi. Dia gabung sama organisasi pemuda, terus ketemu sama ide-ide "kiri" yang waktu itu lagi nge-hits banget di kalangan anak muda idealis. Di bawah bimbingan M. Yusuf, Aidit makin mantap mendalami paham komunisme dan bahkan gabung ke PKI (Partai Komunis Indonesia) secara diam-diam waktu zaman Jepang. Demi keamanan keluarga, dia sampai ganti nama jadi Dipa Nusantara Aidit atau D.N. Aidit. Keren, kan, udah kayak agen rahasia aja!
PKI di Tangan Aidit: Melejit Sampai Puncak Dunia!
Nah, ini nih bagian yang bikin geleng-geleng kepala. Setelah PKI porak-poranda gara-gara peristiwa Madiun 1948, banyak yang nyerah. Tapi, enggak buat Aidit! Dia muncul sebagai penyelamat. Dengan tangan dinginnya, dia bangun lagi PKI dari nol, pelan-pelan tapi pasti. Dari Sekjen, dia naik jadi Ketua PKI.
Di bawah kepemimpinan Aidit, PKI bener-bener booming! Mereka punya program-program yang nyentuh banget ke masyarakat, dari pemuda, perempuan (Gerwani), petani (BTI), sampai seniman (Lekra). PKI jadi partai yang paling dekat sama rakyat kecil, dan hasilnya? Di Pemilu 1955, PKI berhasil jadi partai terbesar keempat secara nasional!
Bahkan, saking besarnya, PKI di tangan Aidit ini jadi partai komunis terbesar ketiga di dunia, guys! Setelah Uni Soviet dan Tiongkok. Bayangin, dari Indonesia lho itu! Ini nunjukkin banget gimana karisma dan kemampuan Aidit dalam memobilisasi massa. Dia jago banget pidato, bisa bikin jutaan orang percaya sama visinya.
Dekat dengan Bung Karno, Menuju Puncak Kekuasaan
Kesuksesan PKI bikin Aidit jadi bestie sama Presiden Soekarno. Bung Karno bahkan ngajak PKI masuk kabinet lewat konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis). Aidit akhirnya dapat status Menteri Kabinet. Ibaratnya, dia udah jadi salah satu orang paling berpengaruh di Indonesia saat itu.
Pada tahun 1965, PKI punya jutaan anggota, ditambah lagi jutaan dari organisasi sayapnya. Totalnya, lebih dari 20 juta orang ada di kubu PKI dan pendukungnya. Mereka punya kekuatan massa yang luar biasa! Tapi, makin tinggi pohon, makin kencang anginnya, kan?
G30S dan Akhir Tragis Sang Pemimpin
Malam 30 September 1965. Sebuah tragedi besar terjadi, yang kita kenal sebagai Gerakan 30 September (G30S). Enam jenderal dan satu perwira TNI AD diculik dan dibunuh. Dan, PKI dituduh sebagai dalang di baliknya, dengan Aidit disebut-sebut sebagai otaknya.
Sejak saat itu, semuanya berubah drastis. Pemerintah Orde Baru di bawah Soeharto melakukan pembersihan besar-besaran terhadap PKI dan semua yang berafiliasi dengannya. Pembunuhan massal terjadi di mana-mana, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Ini adalah salah satu periode paling kelam dalam sejarah bangsa kita.
Kisah kematian Aidit sendiri masih jadi misteri dan punya beberapa versi. Ada yang bilang dia ditangkap di Jawa Tengah, lalu dieksekusi tanpa pengadilan. Ada juga yang bilang dia diledakkan di rumah tempat dia ditahan. Makamnya pun sampai sekarang enggak jelas di mana. Tragis banget, kan?
Dampak yang Terlupakan: Kisah Istri Aidit
Yang sering terlewat dari kisah ini adalah nasib keluarganya. Istri Aidit, Sutanti, seorang dokter akupunktur pertama di Indonesia, berusaha mati-matian mencari suaminya setelah G30S. Dia sempat berdebat dengan Aidit sebelum Aidit dijemput orang berseragam militer. Sutanti bahkan sampai menyamar untuk mencari suaminya. Tapi, akhirnya dia ketahuan dan dipenjara selama 14 tahun! Gila, 14 tahun! Setelah bebas pun, dia dan ibunya terus-menerus diawasi ketat oleh pemerintah.
Pelajarannya untuk Kita
Kisah DN Aidit ini bukan cuma cerita sejarah yang bikin merinding, tapi juga ngasih kita banyak pelajaran. Gimana sebuah ideologi bisa menggerakkan jutaan orang, gimana kekuasaan bisa jadi pedang bermata dua, dan gimana pentingnya kita belajar dari masa lalu agar tragedi serupa enggak terulang.
Jadi, dari kisah DN Aidit, kita bisa ambil poin pentingnya: pentingnya berpikir kritis, enggak gampang terprovokasi, dan selalu mengedepankan perdamaian. Karena sejarah, sepahit apa pun, adalah guru terbaik kita.
Gimana, guys? Ada yang mau nambahin insight atau punya pandangan lain? Yuk, tulis di kolom komentar!
0 komentar :
Post a Comment