Lombok Trip (2): Pesona Taman Bawah Air Gili Nanggu


Catatan sebelumnya : Budaya dan Pantai-pantai Keren


“Mas, Saya sudah di depan hotel”

Begitu isi SMS yang dikirimkan oleh Mas Ryan pada saya sekitar pukul 8 pagi waktu Mataram. Langsung enggak pake mikir, kami yang sudah siap daritadi langsung keluar menuju muka hotel. Benar saja, Mas Ryan sudah duduk manis di balik kemudi Avanza. Kami saling sapa sebentar, masuk mobil, dan berangkat.


“Berapa lama kira-kira perjalanannya Mas?”, saya penasaran bertanya soal lama perjalanan menuju Gili Nanggu.


“Sekitar satu setengah jam lah sampai ke dermaga Sekotong.”


Benar saja, begitu diintip di google map, jaraknya sekitar 45 kilometer. Dan perhitungan google bilang kalau perlu lebih dari satu jam untuk sampai di sana.





Baru saja sekitar 15 menit perjalanan, saya baru teringat kalau amunisi makanan ikan yang dibuat semalam tertinggal di hotel. Daripada harus bikin lagi, kami memutuskan untuk balik ke hotel mengambil amunisi makanan ikan. Kami kembali melanjutkan perjalanan setelah amunisi diambil.

Jalan yang kami pilih, persis seperti yang ditunjukkan pada google map. Jalan menyusur pantai. Jadi, kami bisa melihat kapal-kapal besar yang bersandar di dermaga yang kami lewati. Ternyata memang ini adalah jalur laut dan pelabuhan utama jika ingin ke Bali melalui laut.

* * *


“Dari sini nanti kita menuju Gili Nanggunya mas.”, Mas Ryan menunjuk sebuah dermaga. “Tapi kita lanjut dulu ke penangkaran mutiara.”


Kurang dari 15 menit, kami sudah tiba di tempat yang diberitahu Mas Ryan. Tapi sayang, tempatnya tutup. Mungkin karena ini adalah hari sabtu. Jadi tempat penangkaran mutiara itu tutup. Sepertinya tempat ini adalah binaan dari sebuah lembaga pemerintahan. Namun sayang tidak bisa masuk. Jadi tidak sempat gali info banyak di sini. Jadi kami langsung ke dermaga yang ditunjuk oleh Mas Ryan tadi.

Sampai di dermaga, kami disambut oleh seorang penyewa alat snorkeling. Ah sayang saya lupa namanya. Kami menyewa alat snorkeling padanya dengan harga 150 ribu. Kemudian kami dikenalkan pada Mas Dani. Dia adalah orang yang akan memandu kami menyusuri indahnya Gili Nanggu. Dan ongkos pandu yang ditawarkan adalah 100 ribu.





Perjalanan menuju Gili Nanggu dimulai. Udaranya segar sekali. Mungkin karena tempat ini masih asri dan 'perawan'. Jadi biarpun matahari terlihat gagah, tapi udaranya terasa segar. Debur-debur ombaknya terlihat okeh. Gili Nanggu yang tadinya sebesar upil, lama-lama makin terlihat. Kami makin dekat. Dan akhirnya sampai.





Setelah bersauh, kami menuju ruang ganti. Tenang. Di sini ada tempat untuk berganti baju. Jangan bayangkan tempatnya seperti bilik-bilik wc umum yang di pinggir kali. Ini seperti ruang-ruang kecil lengkap dengan air untuk bilas. Okeh setelah siap, kami menghampiri Mas Dani yang sudah menunggu. Lalu saya mengeluarkan amunisi makanan ikan yang semalam sudah kami buat.



“Salah nih. Bukan begini bikinnya!”, Mas Dani membenarkan. “Harusnya lubangnya cukup di atas saja. Sebentar saya bikinkan.”

Kurang dari lima menit, amunisi sudah siap. Benar saja. Hanya bagian atasnya saja yang dilubangi. Remah-remah roti yang ada di dalam botol, sudah diisi air laut dan dikocok-kocok.



“Nanti pas di air, tinggal dipencet saja. Biar ikan-ikan yang nyamperin kita”, Mas Dani mengingatkan.


Ini pertama kalinya saya snorkeling. Norak ya. Dari awal mulai membiasakan diri. Dan akhirnya kami bercanda-canda sama ikan-ikan di sini. Selanjutnya biar gambar yang bicara betapa indahnya Indonesia kita diciptakan oleh Sang Maha.








“Kita pindah yuk ke sana.”, Mas Dani menunjuk sisi lain pulau. “Di sana ada karangnya lebih bagus”.


Setelah pindah, ternyata bukan hanya ikannya saja yang besar-besar. Tapi kami di sini melihat kalau karang ini sedang tumbuh. Warnanya beragam, warna-warni indah. Dan ada finding nemo di sini. Keren. Kata Mas Dani, karang ini setahun tumbuh cuman satu sentimeter. Jadi bener-bener kita jaga di sini.








Setelah selesai, kami lanjut ke Gili Sudak. Di perjalanan menuju Gili Sudak, kami melihat rumah-rumah apung di sini. Katanya ini adalah pos jaga penangkaran mutiara. Artinya di bawah kami sekarang ini ada penangkaran mutiara laut.

Tidak lama kemudian kami tiba di Gili Sudak. Di sinilah kami makan siang sambil main air di bibir pantai. Di sini juga bersih sekali airnya. Dasarnya benar-benar terlihat. Tapi tidak ada ikan di sini. Mungkin karena di sini tidak ada karang buat ngumpet.






Sudah kenyang, makanan sudah turun. Kami lanjut lagi ke Gili Bedis. Kata Mas Dani, Pulau ini juga disebut pulau honeymoon. Biasanya orang yang ke sini menunggu orang lain pergi. Jadi pulau ini lebih private. Kami sampai di sana, keliling-keliling ashoy, terus pulang ke dermaga asal di Sekotong. Kami terus lanjut ke pasar Mataram beli oleh-oleh lalu istirahat di hotel lagi. Nanti malam kami mau makan di Senggigi dijemput Mas Ari.

Ah pantas saja Mas Ryan bilang, 'Jangan datang ke Lombok, nanti kau jatuh cinta.' Benar saja, di sini berasa santai, tenang dan bikin betah. Beruntung masih ada dua hari kami di sini.




Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment