Persalinan dengan BPJS (1) : Kelahiran Anak Pertama yang Mendebarkan



"Lo kudu siap-siap! Kudu jadi suami siaga! Istri gue juga lahir 2 minggu lebih cepat."

Begitu kata teman di Bandung yang istrinya baru saja melahirkan akhir Desember 2015 lalu. Perkiraan hari lahirnya juga kurang lebih sama dengan istri saya yang jatuh pada awal Januari 2016. Karena lebih cepat, teman saya pun mengingatkan untuk bersiaga lebih awal.

Benar saja, 1 Januari 2016 jam 5 pagi istri saya mengeluh kencing tak tertahankan. Warnanya tidak keruh seperti air kencing, melainkan bening agak keruh, seperti air kelapa. Istri juga mengeluh bahwa ada lendir keluar dari vaginanya. Saya langsung berdiri, memintanya untuk bersiap, kita berangkat ke RS Aulia di Jagakarsa.

Pecah ketuban, Itu yang terlintas langsung di benak saya. RS Aulia kami pilih karena RS ini adalah faskes 2 setelah Klinik Marinir di mana kami terdaftar. Istri saya sebelumnya sudah sudah memiliki janji untuk datang ke RS ini pada tanggal 2 Januari besok. Namun lantaran dokter yang dipilih tidak ada pada tanggal tersebut, istri menjadwal ulang pada 5 Januari. Karena darurat, kami memutuskan untuk menuju ke sana.

Sekitar 30 menitan perjalanan kami tempuh dengan menggunakan sepeda motor. Kami tiba di sana dan langsung masuk IGD. Istri saya diperiksa oleh perawat yang terlihat lelah. Mungkin dia habis jaga malam dan belum pulang. Setelah diperiksa oleh perawat, istri kemudian diperiksa oleh dokter jaga di sana. Wajahnya juga tidak kalah lelah dibanding dengan perawat IGD.

Setelah telepon sana-sini untuk memastikan ketersediaan kamar, dokter yang saya lupa namanya ini memberitahukan bahwa tidak ada kamar di RS ini. Sontak saja saya langsung berpikiran negatif mengenai pelayanan BPJS ini. Saya teringat pengalaman teman saya yang langsung dicesar di RS di BSD ketika periksa. Saya masih berusaha meyakinkan diri tentang BPJS, lantaran dokter ini memberikan rujukan ke RS Marinir Cilandak.

Sekitar pukul 6 saya dan istri menuju RSMC menggunakan motor. Kami tiba di RSMC sekitar setengah 7 kurang. Kami langsung masuk UGD dan minta diperiksa oleh dokter jaga setelah istri memberikan surat rujukan. Setelah diperiksa singkat oleh dokter jaga di UGD, saya diminta untuk melakukan pendaftaran dan pesan kamar di loket pendaftaran sambil menunggu dr Obgin memeriksa istri saya.

Sungguh beruntung hari itu adalah hari libur. Jadi pendaftaran sangat sepi. Tidak perlu menunggu lama, saya langsung dapat kamar. Saya kembali ke UGD dan beruntung istri saya sudah ditemani oleh orangtuanya. Perlu diingat, berurusan dengan BPJS Kesehatan artinya pasien perlu dokumen-dokumen yang difotokopi, Kopian KTP dan BPJS adalah hal wajib yang perlu ada. Usahakan kopi yang banyak. Karena setiap transaksi dengan BPJS Kesehatan, 2 hal ini adalah komponen wajib yang harus selalu tersedia.



Pulang dari fotokopi, mertua saya tidak ditempat, istri saya sendirian. Sedang urus lab katanya.saya pun menemani istri saya, saya berusaha bercanda dengannya. Terus terang, kelahiran anak pertama ini mau tidak mau membuat saya jedag-jedug gak karuan. Setelah mertua datang, saya inisiatif membeli makanan di sekitar RSMC.

Sekembalinya saya dari membeli makan, saya tidak menemukan istri saya di UGD. Sudah dipindah ke kamar bersalin kata dokter jaga. Setelah mendapatkan letak pasti kamar bersalin, saya menuju ke sana setengah berlari.

Sampai di sana ternyata istri saya sudah ditangani oleh bidan. Karena ketuban sudah kadung pecah, istri perlu dibatasi geraknya. Jangankan berdiri, duduk saja tidak boleh. Khawatir air ketubannya habis katanya. Bidan juga mengingatkan kalau istri saya harus puasa. Karena dengan kondisi sekarang, kecil sekali kemungkinan untuk bisa lahir normal, sehingga operasi adalah langkah yang tepat. Maka bidan tadi mencarikan jadwal dan dokter yang available untuk melakukan operasi siang ini. Setelah atur jadwal, kemudian saya diminta membuat surat persetujuan operasi oleh bidan. Semua sudah ada panduannya. tinggal isi, setujui, dan tandatangani saja.

Sambil menunggu operasi, beberapa kali istri mengalami 'mules'. Wajahnya terlihat begitu tersiksa. Sesekali mengerang kesakitan menahan 'mules' dalam posisi tiduran. Hari itu adalah hari jum'at, saya tentu harus shalat jum'at. Dan saya meninggalkan istri bersama mertua saya.

* * *

Pulang dari shalat jum'at, saya masih mendapati istri saya di kamar bersalin. Bidan datang kemudian memeriksa istri. Tidak ada pembukaan sama sekali katanya. Sudah dipastikan istri akan dioperasi. Jadwal jam 2 ternyata mundur menjadi jam 3 sore. Tentunya jantung semakin jedug-jedug.

Saya kembali keluar meninggalkan istri saya untuk menyiapkan dokumen BPJS. Pikir saya setelah operasi mungkin tidak akan sempat. Tapi begitu saya kembali, ternyata istri saya sudah masuk ruang operasi. Saya bergabung dengan mertua saya menunggu di depan kamar operasi.

* * *



Satu jam menunggu, saya mulai lapar. Saya ijin pada mertua untuk pergi ashar dan mencari makan di sekitar RSMC. Setelah ashar, saya memilih kantin sebelah kiri rumah sakit dan memesan Mie Ayam. Karena memang hanya kantin itu saja yang buka hari libur ini.

Baru saja pesanan saya datang, tiba-tiba mertua saya menelepon dan mengabarkan bahwa bayinya sudah keluar dan minta segera diadzankan. Tanpa ba-bi-bu saya membayar dan minta dibungkus. Saya tinggalkan kedai mie, lalu berlari menuju ruang tunggu. Sambil tersengal saya mengadzankan dan mengkomatkan anak saya yang baru lahir ini.

Rasanya tidak bisa digambarkan. Mata saya sedikit basah. Adzan dan komat seperti orang menangis. Saya bahagia anak saya lahir selamat. Bagaimana dengan ibunya? masih di dalam ruang operasi kata susternya. Ibunya selamat. Sedikit lega namun belum puas.

Ternyata ada obat yang harus saya ambil di apotek. Saya setengah berlari menuju apotek. Dan ketika kembali ke depan kamar operasi, ternyata mertua saya tidak ada di sana. Setelah bertanya pada bidan yang berjaga, ternyata istri saya sudah berada di kamar rawat Pavilion Anyelir. Sesuai petunjuk bidan, saya dengan mudah menemukan kamar tempat istri saya. Alhamdulillah.

A photo posted by Fahmi Idris (@fahmi_gemblonk) on




Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment