Coba Pola Hidup Sehat, Icip Quaker Oat Instan Kari


Beberapa waktu lalu mendapati thread kesehatan yang menggiurkan dari chirpstory. Sebuah thread yang mengulas tentang keberhasilan seseorang dalam menurunkan berat badan hanya dengan berhenti memakan nasi.

Menurutnya cuma ada 4 cara sederhana untuk beralih menjadi lebih sehat. Pertama, berhenti konsumsi nasi. Penggantinya bisa berupa mie, bihun, mihun atau oat. Ini yang melandasi saya icip Quaker Oat Instan Kari ini. Tapi lanjut dulu sampai 4 ya.

Kedua, perbaiki metabolisme tubuh. Tandanya adalah dengan total BAB setiap harinya. Pastikan setidaknya dalam satu hari itu ada sekali BAB. Itu menandakan metabolisme baik. Kalau BAB tidak setiap hari, cari tahu sebabnya, bisa jadi kurang serat atau perlu tambahan asupan makanan.

Ketiga, banyak minum air putih. Tapi minum air putihnya juga pakai adab. Jangan langsung gleg-gleg banyak-banyak. Sedikit-sedikit aja dan sambil duduk, pokoknya kaki nekuk tidak rata dengan badan lah. Ini persis tata cara minum yang dianjurkan Rasulullah.

Keempat, olahraga! Gak usah yang berat-berat, dibikin rutin aja kayak jalan kaki setidaknya sehari 30 menit juga udah cukup katanya.

Yang bikin menggiurkan, langkah-langkah sederhana ini membuat berat badan turun drastis katanya. Dan itu lah sebabnya saya banyak eksperimen makanan pokok, salah satunya ya Quaker Oat Instan Kari ini.


Bikin ngiler dengan makanan instan ini jelas karena ada tulisan kari-nya. Sebagai penyuka makanan rempah, langsung penasaran ambil dari Alfamidi. Harganya berapa ya? Aduh lupa! Tapi yang jelas di dalam kemasan ini terdapat 4 bungkus kecil untuk dihidangkan.


Sorenya penasaran nyobain, kayak apa rasanya. Lihat petunjuknya, langsung eksekusi. Hasilnya seperti di bawah ini :


Benar kata yang nulis thread soal hidup sehat itu. Oat buat lidah Indonesia yang udah kadung kena rempah bakal terasa hambar. Itu yang saya rasakan. Mending kalau teksturnya kayak bubur. Ini mah lembek tapi ada kres-kresnya kayak minum energen. Bedanya gak pakai rasa energen.

Dan yang mengejutkan, rasa karinya sama sekali tidak terasa di lidah. Rasa kari cuma terasa pada hidung saja (baca: aroma). Kapok dong makan bungkus pertama. Saya pikir 3 bungkus lainnya bisa saya kasih Damar. Ya namanya anak kecil belum kena banyak makanan yang aneh-aneh harusnya makanan begini terasa enak buatnya.

Tapi saya lagi-lagi salah! Bahkan Damar pun tidak suka. Dilepeh dong! Mungkin karena dia memang tidak suka tekstur seperti pasir.

Katanya sih kalau dibiasakan bisa jadi suka karena terbiasa. Duh saya kok sangsi ya? Mending beli mihun aja deh yang banyak.

Udah gitu aja.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment