 |
| Patung di lapangan banteng - dokpri |
Kalimat itu sudah diminta istri dari minggu-minggu lalu. Dan baru beberapa hari lalu akhirnya ke sana. Malam hari setelah main di Gandaria City, kami menyempatkan ke sana untuk lihat seperti apa. Terus terang saya dan istri bisa dibilang buta peta. Kami saat sampai ke sana pun malah bingung, parkir di mana, lapangan banteng ke arah mana, dan seterusnya.
Alhasil, kami parkir di Pasar Baru, dan jalan kaki ke Lapangan Banteng. Iya, jalan kaki sekitar 500 meter lebih. Naik jembatan penyeberangan lalu jalan ke sana. Agak jauh memang, dan kemudian agak menyesal, karena ternyata banyak mobil parkir di pinggir jalan Lapangan Banteng. Lah kalau tahu kan mending kan parkir di sini.
Sampai di sana sudah lewat isya, artinya pertunjukan air mancur sudah dimulai. Karena menurut jadwal, pertunjukan air mancur ini. Yang nonton ternyata banyak. Memang ada tempat khusus untuk nonton, tapi karena repot jagain Damar dan mau rekam, jadi ya di pinggir kolam aja langsung rekam.
Hasilnya?
Ah, abaikan hasil rekaman yang amatir ini. Sebenarnya ini rekaman dari HP istri yang jauh lebih OK dibandingkan hasil video saya yang fokusnya berantakan. Karena baru tahu belakangan kalau harus disetting terlebih dahulu fokusnya di HP Xiaomi. Norak!
Kesan nonton air mancur ini, KEREN! Sinkronisasi air mancur dan musiknya cucok banget! Apalagi lagu pengiringnya adalah lagu-lagu nasional yang kalau tidak salah karya dari Twilight orchestra Adi MS yang kalau diperhatikan, lagunya sama seperti fase tunggu di kabin Garuda Indonesia. Rasanya tuh menggugah rasa nasionalisme, sampai berkaca-kaca saat nonton.
Lepas nonton air mancur, saya keliling-keliling sama Damar. Di sini juga ada tempat main anak. Ada perosotan, panjat-panjatan, bahkan banyak juga titik refleksi. Ramai sekali!
Lupakan lah soal Lapangan Banteng ini bikinan Ahok atau Anies. Lupakan soal politik! Yang jelas lapangan ini dinikmati banyak orang.
Udah gitu aja.
0 komentar :
Post a Comment