Ibu, Penentu Kesehatan Keluarga
Ada salah satu tagline sebuah iklan sabun kesehatan. Pada akhir iklan tersebut hampir pasti ada sosok ibu dengan memeluk anaknya yang baru saja mandi dengan berkata "Kalau bukan saya yang merawatnya, siapa lagi?". Disamping promosi produk, ada hal yang yang saya tangkap, yaitu sang ibu bertanggung jawab atas kesehatan sang buah hati.
Pada saat usia sekolah dasar, saya dan keluarga pernah mendatangi seorang tabib yang juga profesor dan peneliti kacang panjang di bilangan kebon jeruk, Jakarta. Maksud kedatangan kami sekeluarga untuk memeriksakan kesehatan. Metodenya unik, kami satu persatu naik ke atas kasur, kemudian sang tabib tersebut menekan kedua tangannya pada perut bagian bawah. Dari sanalah sang tabib menganalisa penyakit-penyakit yang diderita oleh kami.
Setelah melakukan pemeriksaan, kami mulai berkumpul untuk mendengarkan hasil analisa sang tabib. Jantung lemah, hati lemah, liver kurang baik, kurang lebih itulah yang dilontarkan oleh sang tabib. Dan yang lebih mengejutkan, sang tabib memarahi ibu saya lantaran penyakit-penyakit yang kami derita. Katanya seorang ibu bertanggungjawab atas kesehatan keluarga.
Salah satu hal yang diingatkan sang tabib adalah kebiasaan sarapan dan pola makan yang teratur. Katanya kesehatan bergantung pada gaya hidup. Gaya hidup bergantung pada pola hidup harian. Dan pola hidup harian bergantung pada kebiasaan. Sementara kebiasaan dibangun sejak manusia lahir. Seorang bayi akan belajar pada sekelilingnya. Terutama pada sang ibu.
Kebiasaan bukan hanya soal kesehatan, tapi juga soal gaya hidup beragama. Saya punya seorang kakak perempuan yang memiliki anak usia batita. Sang kakak terbilang rajin beribadah. Sewaktu saya tinggal bersamanya di Bekasi, hampir setiap hari saya mendengar si ponakan menangis histeris. Ketika saya melongok ke dalam kamarnya, ternyata si kakak sedang shalat dan membiarkan anaknya menangis. Prilaku serupa saya temui juga pada tetangga saya yang seorang pastur di Bekasi. Setiap minggu pagi, anaknya sudah berdandan rapih dan bersiap untuk berangkat ke gereja.
Sekarang, keponakan saya yang akan menginjak usia 5 tahun sudah terbiasa untuk mengikuti sang ibu untuk shalat dan menyenangi prosesi mengaji. Sama halnya seperti anak tetangga saya tersebut, mandi pagi dan berangkat ke gereja pada hari minggu sudah menjadi kebiasaan rutinnya.
Dari kebiasaan baik, mementuk kondisi fisik yang baik pula. Kesehatan keluarga baik, akan membentuk kesehatan lingkungan yang baik pula. Kesehatan lingkungan yang baik akan membentuk kesehatan daerah yang baik pula. Seterusnya sampai membentuk Indonesia sehat. Selamat Hari Kesehatan Nasional.
___________________________
, catatan seorang yang memiliki banyak kebiasaan buruk
0 komentar :
Post a Comment