Pindah Menjadi Merah



Pria muda dengan rambut menutupi telinga wajah kurus berkacamata dan berkaus oblong berada di dalam kamar remang. Terduduk di depan monitor menyala, tangan kanan menggenggam pena  di atas meja dan tangan kiri menempel pada kertas dengan logo berwarna merah. Kedua  matanya menatap lurus kosong pada jendela, pikirannya menerawang. Menembus atap dan dinding langit, memikirkan logo berwarna merah.
Duh. Bagaimana ini? Ambil jangan?!?
Ambil aja lah. Kapan lagi?!?
Tapi bagaimana dengan mereka?
Ngapain ngurusin mereka? Apa pernah kamu tau kalau mereka memikirkanmu?
Tapi aku merasa bertanggungjawab pada mereka.
Apanya yang tanggung jawab? Kamu kenyang dengan tanggung jawab?
Ya memang tidak bisa kenyang dengan tanggung jawab, tapi orang-orang yang di ujung sana baik sekali padaku.
Apanya yang baik? Apa sih yang mereka bantu sampai kamu bilang baik?!? Pernahkah mereka hanya menunjukkan empati-empati semu. Ujung-ujungnya hanya demi kepentingan politik mereka belaka. Kamu hanya dimanfaatkan saja. Kamu hanya dibodohi saja. Apakah kamu merasakan itu?
Iya. Aku merasakannya. Tapi aku masih tetap merasa kalau orang-orang yang di ujung sana itu orang baik.
Ya memang mungkin mereka itu orang baik. Tapi kebaikan apa yang kamu terima dari mereka? Pernahkah mereka menjadi tameng untukmu? Pernahkah mereka memberi suntikan layaknya percepatan pertumbuhan? Rasanya tidak.
Aku memang tidak tahu apa yang ada di kepala dan hati mereka. Tapi aura mereka terasa berbeda ketika berkomunikasi.
Ingatlah, perasaan aura itu bisa berubah tergantung dengan pikiran positif dan pikiran negatif milikmu. Jangan terlalu sering berpikir positif. Berpikir negatif juga perlu. Kamu harus memikirkan kemungkinan terburuk agar kamu siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di depan nanti.
Lantas apa yang harus aku lakukan?
Ingat. Kamu punya hidup dan kehidupan. Kamu punya orang-orang terkasih yang tulus dan tanpa pamrih membantu dan memberimu semangat tanpa batas. Pikirkanlah kesedihan mereka. Apakah lantas kamu tega membiarkan mereka bersedih dan terus membantu? Ingat! Keputusan yang tiap kali dibuat oleh individu, tidak hanya akan berpengaruh pada individu tersebut, melainkan akan berpengaruh pada lingkungan dimana individu tersebut berada. Dan sebelum kamu memutuskan, minimal pikirkanlah dampak yang akan terjadi pada orang-orang terdekat di sekitar kamu.
Iya. Aku tahu itu.
Lantas apa yang kamu tunggu lagi? Bukankah orang-orang terdekatmu itu sudah seratus persen mendukungmu? Do'a restu bukan hanya soal si manusia berdoa kepada tuhan soal suatu kegiatan atau keputusan orang lain, tapi juga soal dukungan dan saran.
Iya. Orang-orang terkasih di sekitarku dengan sangat gamblang mendukungku
Lantas apa yang kamu tunggu lagi? Toh mereka juga tak akan segan memberikan dukungan moral dan materi bukan?!?
Baiklah. Akan kupiikirkan lagi.
Apa lagi yang ingin kau pikirkan?!? Dasar bodoh!
Pria muda berwajah kurus dan berjanggut itu bangkit dari tempat duduknya. Berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia masih tampak menimbang-nimbang. Tangan kanannya berada di depan, hanya telunjuknya yang dikeluarkan. Bergerak ke atas dan ke bawah. Berulang-ulang.
Sampai pada akhirnya ia berhenti pada lemari dengan kaca cermin berbentuk oval. Ia berhenti lama di sana. Menatap dirinya pada cermin. Matanya menatap tajam dengan penuh api semangat. Timbangannya sudah benar sekarang. Keputusannya sudah bulat. Kayu jati lemari usang seolah menjadi saksi. Saksi gumam penuh semangat.
Baiklah, aku akan pindah partai.
_________________________, Duh.. Jadi politik...
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment