Kontroversi Lady Gaga, Lagi-lagi Membuktikan Kita Negara Hebat



Sekali lagi saya berpikir, "Media di Indonesia siapa sih sutradaranya?" Diantara hebohnya berita duka yang mendunia soal jatuhnya pesawat sukhoi SSJ-100, sekarang media heboh soal Lady Gaga. Penyanyi eksentrik yang lekat dengan simbol satanic dan anti kristus begitu heboh menghiasi media-media di Indonesia. Kontroversi soal konserLady Gaga dikesankan seolah FPI yang berperan. Pro-Kontra kemudian bermunculan, dari mulai alasan dosamoralerotisme, hingga soaladat ketimuran dan kegeraman ibu-ibu.

Saya pribadi menganggap sosok Lady Gaga adalah seorang pekerja seni yang benar-benar berekspresi tanpa batas. Benar-benar tanpa batas. Dari mulai gaya berpakaian, lirik lagu, menyebut diri sebagai mama monster, hingga aksi panggung. Tidak bisa dipungkiri, saya pun sukalagu Gaga yang berjudul Speechless. Emosinya saya suka, dan konon katanya lagu ini berkaitan dengan meninggalnya sang ayah dari si penyanyi.

Sudah berapa banyak sih artis-artis yang konon kelas dunia mampir ke negeri ini? Banyak! Sebut saja L'arc En Ciel dari Jepang, SuJu dari Korea, Katty Perry dari Amerika dan banyak lagi. Bukan cuma produk seni, produk teknologi seperti sukhoi juga sempat pamer di negeri ini. Bahkan tokoh politik dari negeri komunis Korea Utara Kim Yong-namjuga diundang datang oleh SBY.

Indonesia ini negara besar. Sangat besar. Sangat kaya. Amin Rais bahkan menyebut Negeri ini terlalu kaya untuk dicuri. Saking kayanya, tidak akan habis-habis dicuri. Dan saya masih ingat perkataan seorang dosen yang juga pakar geopolitik sebuah perguruan negeri (saya lupa namanya) waktu saya SMA pada sebuah acara televisi yang membahas IPO Krakatau Steel. Dia bilang, "Ketika persediaan minyak bumi sudah menipis, bukan tidak mungkin negara-negara adidaya tersebut akan melakukan ekspansi ke kutub selatan untuk mencari minyak, dan pintu paling strategis adalah Indonesia (Sambil menunjuk pelabuhan milik Krakatau Steel).".

Betapa hebatnya negeri ini. Sangat hebat. Namun kita seolah lupa dengan identitas kita. Tulisan soal pancasila yang dikagumi Fijimembuktikan betapa dahsyatnya kita. Selain itu, tulisan soal soalsabotase Amerika soal jatuhnya sukhoi juga membuktikan betapa negara-negara besar di luar sana seperti berebut menancapkan pondasi di negeri ini. Melalui budaya, teknologi, dan entah apa lagi.

Kita seolah lupa dengan identitas kita. Seorang teman bahkan bercerita, temannya sungguh malu ketika teman saya tersebut dengan gagahnya selalu berbicara dengan bahasa daerah (sunda). Sementara di daerahnya, anak-anak remaja seolah gagap berbahasa daerah. Anak-anak remaja tersebut seolah malu menggunakan bahasa daerah, terkesan tidak keren dan tidak gaul. Satu sisi, rasa kepemilikan terhadap identitas kesukuan seolah mengikis rasa nasionalisme (berpikir kedaerahan), tapi pada sisi lain, seolah melupakan ajaran luhur para leluhur.

Menjamurnya media-media lokal (terlebih televisi lokal) memang menjadi angin segar untuk melestarikan budaya yang mengusung kearifan lokal. Sudah sangat aneh kalau kita harus belajar bahasa daerah sampai harus jauh ke Eropa. Kita ini bangsa besar. Sangat besar. Namun identitas diri seolah terkikis. Saya pribadi sebagai orang sunda seringkali malu karena ketidakpahaman soal sunda. Mari mengenali diri sendiri sembari membangun benteng yang lebih kokoh.

___________________________________
, mari mengenal diri sendiri
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment