Perbincangan Warung Kopi: Pemimpin Itu Harus Gaul



"Mie rebus satu kang! Pake telor, tapi diacak aja ya telornya, jangan utuh."
"Begadang lagi nih Jo?!?"
"Iya nih kang, beresin tugas kuliah."
Ajo adalah seorang mahasiswa tingkat akhir sebuah perguruan negeri ibu kota negeri ini. Minggu-minggu terakhir ini dia sering mampir pada warung kopi milik kang Asep seberang kosannya tengah malam. Sambil menunggu pesanannya siap, ia menyalakan sebatang rokok kretek yang diambil dari saku celananya. Matanya menatap televisi yang dibiarkan menyala pada sudut warung.
"Ini debat kandidat yang tadi ya kang?"
"Iya", Suara kang Asep terdengar dari belakang.
"Kayaknya makin seru aja ya kang ini pemilihan gubernur", Sambil mengepulkan asap dari mulutnya, "Pilih mana kang?!? Ada enam pasang nih!"
"Siapa aja sih calonnya?", Kang Asep datang memberikan mangkok mi rebus yang mengepul-ngepul, "Weits ada Bang Juki nih", Menyambut Bang Juki si Tukang Ojeg yang sering nangkring di sini.
"Calon gubernur? Gue cuman tau tiga pasang. Fauzil Bowo nyang gubernur sekarang, Jokodi sama Aljafri Nurdin!", Bang Juki langsung nimbrung.
"Masih ada 3 pasang lagi bang, Hidayat Supandji, Hendra Nurisnaeni, sama Fuad Basri", Ajo menuang merica pada mangkuk mi rebusnya.
"Lah?!? kok gue kagak tau yak?!? Ntu Hidayat Supandji siapa? Lo tau Jo?!?"
"Glek. Dia adiknya Herman Supandji yang pernah jadi Jaksa Agung. Militer yang aktif di kepengurusan olahraga karate."
"Waduh?!? Saya mah gak berani ah pilih militer-militer. Takut kayak Suharjo."
"Wah.. Ini Kang Yayat dateng-dateng langsung nimbrung aja nih. Justru kalau kata saya mah lebih enak militer. Biar kayak  Suharjo. Merenbarang-barang bisa murah deui."
"Ah teuing ah! Pokonamah saya takut sama militer"
"Sluuuurp.... Liat HBY presiden kita kang. Dia juga kan dari militer. Tapi gak nakutin kan?"
"Itu mah militer aneh. Jiga gak tegas. Mencla-mencle! Payah!"
"Yaah si akang. Keliatannya aja mencla-mencle. Kita kan gak tau apa yang udah HBY pikirin sebelum mengambil keputusan. Bisa jadi keliatannya aja di tipi kayak gitu. Kita kan gak tau gerilyanya dia di belakang panggung kayak apa."
"Et dah..! Ni kan lagi ngomongin calon gubernur? Kok lo pade malah ngomongin presiden sih? Terusin Jo, Hendra Nurisnaeni siapa?"
"Lah itu yang pernah jadi ketua MPR."
"Ooooh.. Nyang kayak ustad ntu yak?!? Bagus juga tuh kayaknya jadi gubernur. Terus Fuad Basri siapa? Eh Sep.. Kopi item atu!"
"Setahu saya sih dia ekonom sama politikus yang ngediriin Mara cikal bakal Partai Amanat Rakyat. Dia juga aktif di Pengawas Persaingan Usaha kalau gak salah."
"Eleh-eleh.. Kumaha ieu teh?!? Biasa jadi pengawas pengen jadi pelaku.", Kang Asep memberi kopi hitam Bang Juki.
"Yaaa.. siapa tau aja lebih canggih kang! Pengawas kan pasti banyakngeliat dari luar, jadi kemungkinan kelemahan sama kekuatan yang diawas jadi lebih khatam."
"Gue gak tau nih milih yang mana. Bingung. Semuanya keren-keren.Nyang rame paling kasus Aljafri Nurdin soal korupsi ntu."
"Simpelnya sih bang kalau dia bener-bener kesangkut kasus korupsi ya gak akan lolos dari Badan Pemilihan Umum."
"Nah.. Ntu nyang bikin gue bingung!"
"Halah.. Jangan bingung bang! Pilih aja atuh calon yang gaul!"
"Gaul gimana nih maksudnya kang Yayat?"
"Pokoknya jangan kayak kepala camat di kampung saya yang enggak gaul. Itu si borokokok ngeluarin ijin bangunan buat toko. Dia gak mikir kalau tuh bangunan ngaganggu saluran cai ka sawah. Pokonamahsemenjak ruko-ruko itu berdiri, sawah-sawah jadi pada kering. Mau bangun toko, gak punya duit. Akhirnya dijual juga sawahnya ke yang bikin perumahan. Sekarang tani-tani di kampung pada jadi tukang ojeg. Kalau tuh camat gaul, kan bisa gak keluar ijin bangunan tokonya."
"Jadi gue milih nyang mana nih?!? Bener-bener bingung dah!"
"Bentar-bentar.. Ini pada serius ngomongin gubernur gini, saya jadi penasaran. Kang Asep KTP Yakarta?!?"
"Enggak!"
"Kang Yayat?"
"Bukan!"
"Bang Juki?"
"Eits.. Jelas dong.. Gue kan punya KTP Bagasasi!"
"Walah!?! Bagasasi sama Yakarta beda bang! Abang gak punya hak pilih dong.", Ajo kemudian merogoh kantongnya, mengeluarkan uang 5000, "Udah ah, saya mau lanjut beresin tugas lagi. Nih Kang uangnya, makasih ya!"
"Jadi gue gak punya hak pilih ya?!? Elo Jo KTP Yakarta? Kayaknya udah siap punya jagoan nih!"
"Bukan! Saya KTP Dandung!"
"Kok lo apal banget sama PilDaDa Yakarta?"
"Ibu kota negara cerminan negara juga bang. Harus ngikutin. Kalau kacau, malu-maluin soalnya. Yuk ah, duluan!"
___________________________
, semoga yang terbaik, amanah dan gaul yang terpilih
, semoga yang kalah, ikhlas, biar gak rusuh
, semoga pengelolanya jujur menyeluruh.
Share on Google Plus

0 komentar :

Post a Comment