Kejadiannya tanggal 8 September 2012 lalu, menuju rumah salah seorang keluarga di daerah pondok gede. Kurang lebih jam 3 sore saya menaiki bis Agramas jurusan Kp.Rambutan dengan kondisi sesak. Untungnya bis ini dilengkapi AC yang mumpuni, sehingga sesak panas suhu manusia berhimpit bisa dikurangi walaupun saya tetap berkeringat.
Setelah keluar dan masuk kembali ke dalam tol dari Veteran, bis terjebak macet. Di tengah kemacetan, sang supir sangat lihai dengan atraksi pindah-pindah lajurnya sampai salah seorang di belakang berteriak. Macet terurai dan bis melaju dengan kencang.
Dalam keadaan kencang, tampak bis Karina dari sebelah kiri menempel ketat ugal-ugalan. Kaca samping si supir terbuka luas, tangannya keluar menunjuk-nunjuk supir bis Agramas. Makian dan cacian dikeluarkan. Suasana menjadi panas, ditambah dengan teriakan satu dua penumpang untuk meladeni. Namun ada juga ibu-ibu muda yang berharap agar terus jalan tanpa harus meladeni. Sang supir Agramas tampaknya tidak akan meladeni si supir Karina, bis melaju santai lurus.
Tiba-tiba dari sisi kanan muncul bis Karina yang tadi menempel di sisi kiri. Dia memaksa Agramas untuk mengambil jalur kiri. Dan dengan kecepatan tinggi mendahului dan kemudian berhenti dengan posisi serong persis seperti aksi polisi menghentikan mobil seorang penjahat jalan raya.
Kedua supir terlihat turun, suasana semakin panas. Ditambah teriakan seorang pria berambut cepak meminta para penumpang untuk turun dan membantu sang supir. Tiba-tiba seorang penumpang wanita berteriak "YA AMPUUUUN.. DIPUKUL!"
Selesai adegan arena dadakan di jalan tol, kedua supir naik kembali ke bis masing-masing dan memacu kembali bisnya.
Yang saya tangkap dari kejadian di atas :
- Beberapa bis Agramas, di dalamnya banyak ornamen-ornamen kaligrafi Jepang. Sebenarnya saya juga kurang paham, kaligrafi tersebut berhuruf Jepang atau Korea. Entah bis tersebut merupakan hibah atau bentuk kerjasama Agramas dengan pihak asing sana. Tapi yang jelas, bis tersebut nyaman dan layak. Terasa sekali empuknya suspensi bis tersebut ketika berhenti mendadak. Kemungkinan bis Karina tadi tersenggol bis Agramas ketika pindah lajur.
- Manusia itu mahluk sosial, kita akan dengan mudah melekat secara emosi dengan lingkungan yang baru. Entah sebagai bentuk pencarian diri atau bentuk perasaan 'sama'. Terasa sekali dari komentar-komentar dari beberapa penumpang. Sudah seperti suasana tawuran anak Sekolah Tingkat Atas.
- Bukankah adegan pindah-pindah lajur di jalan tol sebenarnya ada aturannya? Tidak diperbolehkan pindah-pindah lajur seenaknya. Bahkan yang terjadi, 3 lajur yang tersedia bisa menjadi 4 lajur. Ini yang menjadikan lajur seolah menjadi sempit.
- Harusnya kejadian perkelahian tidak perlu terjadi, pada setiap moda angkutan umum biasanya ditempel stiker untuk melapor pada pusat pengaduan armada tersebut. Kalau misalnya ternyata supir bis tersebut nakal, laporkan saja. Selain untuk meningkatkan kinerja armada yang bersangkutan, juga setidaknya akan membantu kelancaran lalu lintas.
semua yang berangkat dari emosi sesaat, seringkali tidak baik.
0 komentar :
Post a Comment